Antara Tren dan Kecenderungan (Buku)

Menarik menyimak makin banyak orang melirik usaha penerbitan buku. Namun, banyak juga yang meraba-raba peruntungan mereka di dalam dunia buku yang terkadang didirikan hanya bermodalkan semangat berjualan buku. Kini, para penerbit buku teks mulai melirik peluang di buku-buku umum. Para penerbit buku umum non-Muslim, melirik peluang di buku-buku Islam. Industri buku makin berisikan varian-varian sehingga muncul tren melahirkan imprint di beberapa penerbit buku besar.

Saya selalu mencoba membedakan tren dan kecenderungan. Dalam banyak hal, kita tidak bisa membedakan mana tren dan mana kecenderungan. Di dalam buku Mindset, John Naisbitt yang diterbitkan oleh Dastan Book terlihat cara pandang Naisbitt terhadap kecenderungan dan tren yang berbeda.

Saya coba membedah dari sisi industri buku. Ketika Penerbit Pena melahirkan buku Khadijah dan laku keras maka beberapa penerbit pun mengikuti suksesnya—untuk tidak mengatakan menjadi epigon. Lalu, disebutlah bahwa buku-buku bertopik istri Rasulullah saw. ini, terutama Khadijah dan Aisyah menjadi tren dunia perbukuan Islam di Indonesia. Ini bukan tren, ini adalah kecenderungan yang dihidupkan sendiri oleh para penerbit. Sama halnya dengan buku Misteri Shalat Subuh yang kali pertama diterbitkan oleh Aqwam yang disusul dengan buku-buku lainnya. Apa yang terjadi bukanlah tren masyarakat Muslim Indonesia sedang gandrung shalat subuh, yang pasti ini adalah kecenderungan penerbit membedah beberapa rahasia shalat sehingga menimbulkan kesadaran berantai di dalam diri kaum Muslim. Tentu kita tidak bisa menyebut telah terjadi tren shalat subuh berjamaah di masjid di kalangan Muslim.

Tren bisa dibaca dari kebutuhan dan keinginan yang berlaku pada masyarakat. Saat ini, harga laptop makin terjangkau dan merek-merek baru bermunculan di pasar Indonesia, seperti Lenovo, Benq, atau Zyrex. Lalu, muncul pula laptop mungil nan murah dengan harga 3-4 jutaan. Alhasil, telah terjadi kebutuhan akan laptop, termasuk di kalangan mahasiswa yang juga didorong kemunculan hot spot (online internet gratis) di mana-mana. Memiliki dan menggunakan laptop menjadi tren. Karena itu, penerbit yang jeli, seperti kelompok Agro Media, pun menerbitkan buku-buku tentang laptop. Penerbit tersebut memanfaatkan tren yang ada dalam masyarakat, bukan kecenderungan.

Lalu, apa tren buku sekarang? Tren berarti terlihat secara lebih luas sehingga kita bisa sebutkan bahwa tren buku sekarang adalah:
1) buku-buku bertema spiritual; 2) buku-buku bertema bisnis dan entrepreneurship; 3) buku-buku bertema self-development atau self-improvement; 4) buku-buku bertema how to atau life skills. Kecenderungan buku-buku spiritual Islam ke mana? Sekarang mungkin sedang cenderung membahas kehebatan segala shalat, aliran sesat, terapi Islami atau tibbun nabawi, novel romantis spiritual, dan sebagainya. Tren dibaca dari perubahan yang terjadi pada masyarakat kita serta hal-hal yang ingin mereka ketahui dan kuasai.

John Naisbitt dalam Megatrends sempat menyebutkan:
“Kelak editor tidak akan memberi tahu kita apa yang harus kita baca. Akan tetapi, kita yang akan memberi tahu editor apa yang ingin kita baca!”

Perubahan itu tengah terjadi dan pasukan redaksi (editorial) di penerbit harus bisa melihat tren dan kecenderungan ini secara bersamaan. Lalu, perhatikan buku-buku asing dalam kurun waktu terakhir ini. Terkadang tercantum tim editor yang terdiri atas Acquisition Editor, Development Editor, dan Copy Editor. Dahulu, hanya ada satu yang disebut editor, kini ada tiga jenis, bahkan lebih. Dua yang pertama adalah pilar yang mampu memosisikan penerbit sebagai TREN SETTER.

Belajar Banyak dari Agro Media Group
Saya mengamati pergerakan Agro Media Group (Gagas Media, Wahyu Media, Qultum Media, Kawan Pustaka, Tren Media, Visi Media) sebagai kelompok yang paling atraktif membaca keinginan pasar saat ini. Saya terkadang mengangguk-angguk melihat debut mereka menerbitkan buku sebelum orang lain terpikir. Ada buku bagaimana mengurus sertifikat tanah, ada buku kumpulan lagu-lagu dangdut populer (dulu mana ada yang mau menerbitkannya! ), bagaimana menggunakan Macintosh aplikasi Mac-OS Tiger, bisnis jual-beli mobil, bisnis jual-beli motor, sampai kepada antherium.
Saya juga mengamati pergerakan teman-teman penerbit Muslim di Solo. Meskipun dianggap kecil, mereka memiliki daya dobrak pasar yang kuat karena punya basis naskah yang kuat. Mereka pun pintar membaca keinginan pasar dari mulai soal shalat, soal keluarga, hingga soal-soal motivasi ala Islam.

Saya mengamati juga pergerakan para pembesar penerbit, seperti Kelompok Gramedia, Mizan, GIP, dan Erlangga, yang juga tidak mau kalah pamor berpacu dengan buku-buku pencetak hit. Kekuatan para pembesar ini ada pada jaringan penulis mapan, dari mulai kelas lokal hingga internasional dan umumnya punya nama serta reputasi. Kadang para pembesar goyah juga menghadapi serbuan buku-buku penerbit baru maupun kelas 2. Kecepatan dan kejelian menjadi faktor penentu. Keakuratan tidak terlalu penting sehingga jangan heran jika banyak penerbit baru ataupun penerbit kelas menengah yang hasil terbitannya muncul dengan editing kacau balau.

SDM Penerbit, Makhluk Mahal
Alhasil, ujungnya kekuatan penerbit ada pada siapa di balik semua itu? Kekuatan utama penerbit sebagai intangable asset ada pada gagasan (property right). Dan siapa pemilik gagasan-gagasan brilian tadi? Merekalah tenaga-tenaga muda penerbit yang punya semangat dan motivasi besar kini untuk bertarung dalam industri kreatif perbukuan. Mereka tadinya (beberapa di antaranya) adalah tenaga-tenaga yang tidak punya tujuan dengan ilmu yang dikuasainya secara akademik, tetapi mereka cinta baca dan cinta buku. Mereka menjadi bersemangat dan berenergi luar biasa ketika bersentuhan dengan dunia yang awalnya sangat misterius itu. Kini mereka menikmati bekerja di penerbit, menikmati plesiran ke luar negeri karena ada even perbukuan internasional, dan menikmati bertemu dengan orang-orang (para penulis) yang sebelumnya tak terbayangkan oleh mereka.
Mereka menjadi dicari. Sebagian berhenti dari satu penerbit, sebagian lain menclak menclok ke penerbit lain.

Para pemimpin penerbit sekarang dan yang akan datang, juga termasuk orang-orang masa depan yang punya peran mengubah karakter bangsa ini lewat buku. Kini para pemimpin penerbit rata-rata merupakan generasi kedua penerbitan buku di Indonesia yang siap berkiprah dengan cara lain daripada pendahulunya. Ada yang benar-benar siap menerima tongkat estafet, namun banyak juga yang merasa keberatan atau gamang karena dunia buku bukanlah dunia mereka.
***
Salam buku,

Bambang Trim
praktisi perbukuan Indonesia
Tulisan ini pernah diposting di milis pasarbuku dengan perubahan seperlunya.

2 thoughts on “Antara Tren dan Kecenderungan (Buku)”

  1. salam mas bambang. bagaimana ya caranya agar buku diterbitkan tanpa modal awal. saya ada naskah namun bingung ma diterbitkan kemana. naskah saya novel. trims .tolong masukannya,

    1. Salam, ya kalau mau menerbitkan buku tanpa modal, ditawarkan ke penerbit Mas. Waduh saya juga bingung kalau naskahnya saya ndak tahu, novel apa. Baca tulisan saya di blog yang terakhir Mas. Lakukanlah riset ke toko buku untuk mengenali penerbit yang cocok. Terima kasih.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.