Myelinasi Menulis #2

Proses myelinasi menulis yang paling efektif adalah memahami editing, melakukannya untuk diri sendiri (self-editing), dan menarik minat kita untuk mempelajari berbagai cara orang menuliskan sesuatu.

Masuk di Prodi D3 Editing memang sebuah takdir yang tidak terhindarkan bagi saya. Namun, pengalaman mengikuti berjam-jam kuliah setiap hari itu sendiri mendorong saya untuk mengetahui berbagai seluk beluk penulisan-penerbitan. Saya belajar menemukan berbagai kesalahan di dalam kebahasaan, konsistensi, gaya, maupun ketelitian data dan fakta. Semua dilakukan berulang-ulang selama enam semester dan saya menikmatinya tahap demi tahap meski bagi sebagian besar orang hal ini adalah pembelajaran yang paling membosankan.

Bayangkan hampir setiap waktu, saya dicekoki kata-kata baku dan kata-kata nonbaku; kalimat-kalimat rancu; kalimat efektif; kalimat-kalimat salah nalar; serta juga urusan soal konsistensi. Di pihak lain, saya dibawa memahami tipografi, desktop publishing, manajemen dan negosiasi penerbitan, teknik grafika, dan juga soal perpustakaan. Jadi, soal teks, buku, dan berbagai pernak-perniknya berseliweran setiap hari. Rasanya ada kepuasan ketika berhasil mematut sebuah paragraf yang kacau ataupun satu tulisan yang mengandung banyak kesalahan menjadi enak dibaca.

Coba saya tunjukkan paragraf berikut ini.

Dalam merangkum semua yang perlu dilakukan pemerintah seperti tersebut diatas dalam suatu kebijakan sehingga perencanaan tenaga kerja harus bisa memberikan informasi dan data yang tepat agar bisa diformulasikan dalam kebijakan dan program pemerintah khususnya bidang ketenagakerjaan.

Bagaimana pendapat Anda tentang satu kalimat yang merupakan satu paragraf ini? Dapatkah Anda menyuntingnya menjadi teks yang bernas? Anda dapat bayangkan jika satu tulisan, apakah itu artikel, makalah, atau laporan mengandung banyak kalimat atau paragraf seperti ini. Anda akan menghadapi kebosanan tingkat tinggi, pengulangan demi pengulangan, namun sebenarnya Anda sedang menebalkan myelin Anda untuk peka menemukan berbagai kesalahan dan membongkar sebuah tulisan yang sulit dimaknai. Semakin banyak kesalahan yang Anda temui serta perbaiki, semakin terampil Anda melakukannya dengan kecepatan tinggi.

Sebuah karier kepenulisan adalah sebuah proses. Sebaiknya, Anda dapat mendokumentasikan awal proses hingga Anda kemudian mampu meloloskan sebuah tulisan ke media massa atau penerbit buku. Kita akan melihat proses ‘pendewasaan’ diri dalam menulis. Boleh jadi tulisan sepuluh tahun lalu ketika Anda baca kini malah mengundang tawa dan memberikan kesan: “betapa naifnya saya menulis waktu itu.”  Myelinasi terbangun dari situ karena ada hasrat terus-menerus memperbaiki diri dan belajar dari kesalahan.

Myelin melindungi rangkaian serabut saraf kita yang mirip kabel untuk mengalirkan sinyal-sinyal ‘keterampilan’ menulis itu. Myelin menebal melindungi impuls listrik ‘keterampilan’ tadi seiring dengan pelatihan berulang-ulang dan tingginya hasrat  kita mencapai kesempurnaan. Sebagai karunia Allah, semua orang memiliki potensi myelin ini–dan umumnya berkembang saat masa kanak-kanak. Walaupun demikian, para ahli menyebutkan myelin berkembang terus sepanjang hidup seseorang. Karena itu, dalam urusan menulis pun tidak ada kata terlambat untuk menebalkan myelin menulis walaupun orang itu sudah berusia 40 tahun atau lebih.

Waktu dan energi adalah modal utama untuk melakukan myelinasi menulis. Pelatihan-pelatihan menulis hanya merangsang dan membawa Anda pada pusat sinyal keterampilan menulis. Namun, penguasaan menulis sendiri hanya Anda yang dapat menentukannya dengan curahan energi dan waktu Anda melatihkannya. Karena itu, dorongan finansial yang membuat Anda bermimpi segera menjadi penulis dengan bayaran jutaan, puluhan juta, bahkan ratusan juta hanya sebuah ilusi ketika Anda sama sekali tidak pernah membuat orang kagum dengan tulisan Anda. Debut awal Anda sebagai penulis ketika diterima di media massa ataupun penerbit buku bukan berarti telah meloloskan Anda untuk menjadi penulis profesional karena debut awal itu adalah cetak biru untuk melihat kesalahan-kesalahan Anda dalam menulis–dan Anda masih butuh waktu serta energi untuk menyempurnakannya.

Myelinasi menulis berbicara soal kecepatan, ketepatan dan akurasi, serta juga kebrilianan ide-ide yang ditawarkan dalam tulisan. Kelayakan imbalan sebuah tulisan memang kadang harus diukur dari waktu dan tingkat kesulitan. Saya kadang menjual karya tulis saya dengan sistem flat fee (outright) atau beli putus untuk buku-buku anak karena terkadang saya menuliskannya dalam satu hari antara 4-6 jam (panjang 48-56 halaman). Karya itu bisa berharga lebih dari tiga jutaan rupiah. Effort ini untuk waktu 4-6 jam saya kira layak dibandingkan saya harus menggunakan sistem royalti dan menunggu 6 bulan-1 tahun kemudian menerima laporan royalti hanya Rp500-Rp1 juta per buku. Ini adalah karya-karya cepat yang dibuat dengan dukungan myelinasi menulis. Berbeda dengan karya-karya yang butuh waktu, riset mendalam, serta saya merasa ini benar-benar karya terbaik saya, tentu imbalan royalti lebih diperhitungkan, terutama karya-karya yang life time-nya lama. Walaupun demikian, pemilihan mitra penerbit pun harus menjadi bahan pertimbangan agar energi dan waktu yang kita investasikan benar-benar berbuah keberhasilan jangka panjang.

Saya coba simpulkan tulisan ini dengan diagram rahasia bakat yang diperkenalkan Daniel Coyle. Coyle memberikan sebuah proses bahwa PELATIHAN MENDALAM itu harus didukung oleh pengapian dan juga pelatihan dari para ahli (master coach). Pada ujungnya bakat dapat ditumbuhkan dalam bidang apa pun.

Benar kata Coyle bahwa Pelatihan Mendalam memerlukan energi, hasrat, dan komitmen. Dahulu saya sangat ingin mengikuti beberapa pelatihan penulisan. Di Bandung masa saya kuliah, ada sebuah lembaga bernama Ira Communication yang mengadakan pelatihan menulis dan diasuh seorang ahli bernama Nilna Iqbal. Saya tidak memiliki cukup uang waktu itu yang saya ingat betul harga pelatihannya Rp90 ribu untuk beberapa kali pertemuan. Saya benar-benar tidak memiliki uang sebanyak itu yang hampir sama dengan biaya satu semester kuliah saya. Tapi hasrat sangat tinggi. Akal pun bermain ketika saya tahu teman kuliah saya ada yang mengikuti sesi pelatihan itu. Saya pun meminta padanya untuk dapat memfotokopi bahan-bahan pelatihan itu dan juga mendengarkannya bercerita perihal apa yang dilatihkan. Hasrat saya tinggi, tetapi saya belum dapat mengumpulkan biaya sebanyak itu.

Kini pun banyak orang yang berhasrat seperti itu ketika saya menggelar pelatihan penulisan. Mereka entah karena tidak punya biaya atau karena menganggap pelatihan itu terlalu mahal hanya punya hasrat. Namun, kebanyakan hasrat tidak didukung oleh sebuah keyakinan ataupun energi yang besar berikut komitmennya. Mohon maaf jika selintas saya melihat beberapa orang hanya memimpikan memperoleh imbalan finansial dari menulis, mendapatkan tempat terhormat dengan sanjung puji, ataupun membuat mereka seperti magnet bagi banyak orang. Betul menulis dapat membawa Anda ke sana, namun niat seperti itu tidak akan membawa Anda benar-benar menguasai menulis dan menjadi tuan (master) terhadap teks-teks tertulis.

Saya menghabiskan dana yang banyak untuk buku-buku, menghabiskan waktu berjam-jam di perpustakaan, berlembar-lembar halaman untuk berlatih, mengerahkan energi untuk mempelajari gaya penulisan banyak penulis ahli, lalu berusaha mengikuti sesi pelatihan ketika sudah memiliki cukup uang. Saya menemui para mentor yang kadang memang tidak dikenal. Seperti Nilna Iqbal, justru takdir saya bertemu beliau dalam beberapa tahun terakhir ini. Bukannya diangkat menjadi murid, malah beliau yang meminta saya mengisi sesi pelatihannya di Keynote Speaker Indonesia. Lebih dari 40 sesi pelatihan sudah saya isi untuk lembaga beliau tersebut dan membawa saya justru belajar lagi tentang kepenulisan–semakin melatihkan semakin saya merasa tidak tahu apa-apa.

Kata Coyle kita memerlukan pertama adalah pengapian. Kita memerlukan motivasi, tetapi bukan motivasi dalam bentuk kata-kata dan didengungkan para motivator dari atas panggung. Motivasi adalah tangki bensin dan latihan mendalam adalah mesin yang menggerakkan keterampilan. Motivasi itu terkadang hanya membersit, mengundang ketertarikan kita, lalu membuat kita ‘menikah’ dengan sebuah bidang. Itu mengapa saya juga sulit menjawab pertanyaan: “Kapan kali pertama Anda jatuh cinta  pada profesi penulis?” atau “Kapan kali pertama Anda mendalami menulis?” Saya tidak pernah tahu tepatnya kapan. Apakah pada saat kuliah seperti yang saya sebutkan. Ataukah pada saat SMP-SMA ketika saya begitu keranjingan dengan karya Hilman Hariwijaya (Lupus) dan juga ‘memamah’ semua tulisan di Majalah HAI waktu itu.

Pasti selalu ada momentum, mungkin saya atau Anda harus mengingat-ingatnya dengan keras. Momentum ketika motivasi begitu berarti dan menjadi percik pengapian. Boleh jadi karena kita ingin menyamai seseorang dalam hal menulis; boleh jadi karena kita menemukan sesuatu yang luar biasa dalam menulis; atau boleh jadi karena kita tahu bahwa menulislah pilihan hidup kita. Akhirnya, muncullah pemodelan–kalau sudah ada orang yang bisa melakukannya, mengapa saya tidak bisa?

Maka Anda pun akan mencari model; siapa yang yang akan membantu Anda melakukan pemodelan dan memoles keterampilan Anda melalui myelinasi? Di sinilah master coaching beraksi.

Pertanyaannya sekarang, yakinkah Anda untuk menjadi seorang penulis? Apakah Anda memiliki komitmen untuk itu dan benar-benar menjadikannya keterampilan? Wah, Anda masih ragu-ragu… atau Anda bertanya bisakah saya kaya raya dengannya? Sama halnya dengan juga Anda bertanya, bisakah saya kaya raya dari terampil menyodok bola billiard. Begitu tidak ada keyakinan, ya tinggalkan saja karena akan percuma myelin Anda tidak bekerja.

Sama halnya semua orang yang kali pertama berlatih memainkan gitar, terutama yang tidak memiliki dasar musik mungkin membayangkan kesulitan. Namun, bagi mereka yang yakin, justru yang dibayangkan keasyikan memainkan gitar dengan lagu-lagu kesenangan. Sepertinya mudah tinggal menghafalkan letak jari di senar gitar dan menyebutnya sebagai kunci. Lalu, mulailah memetiknya ataupun meng-genjreng-kannya.  Dan terbukti seseorang yang yakin tadi dalam waktu cepat menguasai permainan gitar standar. Hendak menjadi ahli? Maka dia berhasrat mendatangi seorang Joe Satriani untuk belajar langsung dengan sang master, atau tidak usah jauh-jauh, ia pun bisa mendatangi Ian Antono atau Eet Sjahrani.

Sebelum melantur ke mana-mana, saya tutup saja tulisan di blog ini. Saya masih melamunkan soal myelinasi. Bagaimana saya bisa memulai pengapian dan pelatihan mendalam untuk para calon penulis masa depan? Wallahu’alam bis shawab. [2]

1 thought on “Myelinasi Menulis #2”

  1. Pingback: Myelinasi Menulis #1 | MANISTEBU

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.