Ada yang paling berkesan dalam Training Menggebrak Dunia Buku Anak yang saya berikan Sabtu, 6 Juni 2009, lalu: Saya mendapat feedback energi perhatian luar biasa dari peserta yang berjumlah 47 orang dan sebaliknya, saya pun mengerahkan banyak energi untuk mengurai potensi buku anak nonfiksi. Alhasil, terbangun komunikasi yang hidup dengan audiens dan saya menangkap semangat yang membara.
Satu hal yang ingin saya bagikan adalah kesadaran terhadap ‘pembaca sasaran’ potensial dari upaya melahirkan karya buku anak nonfiksi. Bahwa pembaca sasaran yang tengah kita tuju sekarang adalah mereka yang diistilahkan secara populer sebagai generasi platinum yaitu generasi yang lahir pada 2000-an. Jikalau mereka lahir pada 2000, mereka kini berusia 8 tahunan; jikalau lahir pada 2003, mereka kini berusia 6 tahuan. Begitu seterusnya dalam rentang 2000-2010, merekalah yang patut menjadi perhatian para penulis buku anak.
Sekilas tentang generasi platinum, mereka adalah anak-anak dengan ciri-ciri berikut: 1. akrab dengan teknologi tinggi dan cenderung mudah mengakses informasi dan sangat akomodatif; 2. tumbuh bersama tren internet, web, blog, hingga facebook; 3. canggih dalam pengembangan diri; 4. punya potensi sebagai produsen, kreator, dan inisiator. Mereka tumbuh pada tingkat persaingan yang sangat tinggi dan supercepat, di samping tersedianya sarana pendidikan yang juga cenderung mahal. Mereka dapat menguasai berbagai bahasa dengan cepat serta beberapa di antaranya mampu menjadi pemimpin dalam usia sangat belia. Karena itu, dalam benak saya tidak terbayang bagaimana mengeksplorasi gagasan bacaan untuk generasi semacam ini.
Mari kita lihat juga generasi yang kini menjadi orangtua mereka dan umumnya yang kini juga menjadi penulis untuk mereka. Orangtua dan para penulis kini umumnya generasi X yaitu generasi yang lahir pada rentang 1964-1980. Generasi X dideskripsikan sebagai generasi yang tumbuh bersama video games dan MTV. Remajanya berciri kurang optimis, sinis, skeptis, dan tidak lagi menjunjung nilai-nilai. Umumnya lebih baik dalam tingkat pendidikan.
Lalu, sebagian kecil mereka (sebagai penulis) berasal dari generasi Y yaitu generasi yang lahir dalam rentang 1981-1995. Generasi Y dideskripsikan sebagai generasi yang tumbuh bersama komputer dan internet. Hidup pada masa mahalnya biaya pendidikan. Tipikal cenderung menuntut, tidak sabar, serta buruk dalam berkomunikasi dengan sesama. Mereka terkenal dengan sikap cuek dan anti-peraturan. Namun, memiliki energi dan semangat luar biasa dalam bekerja.
A-ha ada pertemuan dua generasi dan yang menjadi jembatannya adalah buku anak. Ada dua fakta yang perlu kita cermati yaitu fakta fiksi dan nonfiksi. Fiksi anak cenderung berbasis pada keingingan (want) sehingga paling sulit diprediksi, kecuali seorang penulis buku anak benar-benar menceburi diri dalam perkembangan dan pertumbuhan anak masa kini. Nonfiksi anak cenderung berbasis pada kebutuhan (need) sehingga lebih mudah diprediksi dengan (yang paling mudah) mencermati silabus ataupun kurikulum pendidikan serta pengamatan terhadap fenomena yang terjadi. Sebagai contoh, kita ketahui bahwa generasi platinum makin jauh pada hal-hal yang bersifat alami (nature) sehingga gagasan-gagasan back to naturemenjadi menarik untuk mereka. Pun gagasan-gagasan yang sifatnya futuristik ataupun isu-isu global, seperti global warming, energi alternatif, ataupun kepunahan binatang spesies tertentu.
Di sinilah keterampilan tingkat tinggi para penulis buku anak diperlukan. Bukan seperti yang terjadi pada saat ini ketika industri buku anak di Indonesia dibanjiri dana proyek, seperti BOS, DAK, ataupun Bapusda; lalu beramai-ramailah muncul para penulis buku anak dadakan yang tidak lagi mempertimbangkan aspek pembaca sasaran mereka. Apa yang penting bagi mereka adalah menulis buku dan mendapatkan honorarium–tidak peduli buku itu dibaca ataupun memberikan manfaat bagi anak-anak.
Metod matriks yang kemarin saya bagikan kepada para peserta training sebenarnya metode sederhana pemetaan buku dengan mempertimbangkan amat sangat pembaca sasaran, kebutuhan mereka, serta anatomi buku yang sesuai. Para peserta digiring untuk merancang template halaman-halaman dan distimulus untuk mengonsep berbagai pengayaan (enrichment) yang membuat sebuah buku anak benar-benar bergizi. Saya menampilkan beberapa contoh pdf layout sebuah buku dari negara yang baru saja dikoyak perang, yaitu Kroasia. Contoh-contoh dari Kroasia benar-benar membuat kita ternganga.
Lalu, apa kabar industri penerbitan buku anak di Indonesia? Beberapa penerbit sudah membuat lini buku anak sendiri seperti DAR! Mizan dan Erlangga for Kids. Beberapanya ada yang baru mulai karena melihat potensi serta peluang. Lalu, beberapanya lagi ada yang sudah memulai, tetapi seperti kehabisan darah untuk menseriusi. Sekali lagi, penerbitan buku anak benar-benar sebuah peluang besar untuk dikembangkan mengingat orang-orang tua yang kini memiliki anak usia balita dan usia SD adalah mereka yang berasal dari generasi lebih baik dalam tingkat pendidikan dan lebih sadar efek membangun sebuah buku. Apa yang perlu dipersiapkan penerbit adalah PENULIS dan PEMBACA-nya dengan merancang sebuah pola training, komunitas, serta pasar yang akrab. Artinya, jangan pernah mencoba menjauhkan anak-anak (pembaca sasaran) dengan penulisnya. Mereka akan mencoba mencari akses untuk berhubungan dengan penulis. Mereka dapat mengetikkan sesuatu atau bertanya sesuatu pada ‘Mbah Google’, lalu mereka dapatkan data-data yang menggerakkan keingintahuan mereka untuk bertanya dan bertanya.
Alhasil, dibutuhkan banyak keajaiban gagasan yang berwujud dalam produk ‘buku ajaib’ untuk generasi platinum. Generasi ini menginginkan sesuatu yang fresh, logis untuk imajinasi mereka alias tidak absurd, sesuatu yang dapat diakses lebih jauh, dan sesuatu yang mengejutkan buat mereka. Generasi yang tumbuh bersama Harry Potter akhirnya bertemu dan menerima Twilight, lalu mereka terus bertumbuh. Mereka yang tumbuh bersama cerita dodol plus konyol bertajuk Kambing Jantan ala Raditya juga akan terus bertumbuh dan mulai mencari sesuatu yang lebih serius. Generasi-generasi yang terkesima pada Laskar Pelangi akan kembali mencari hal-hal yang membuat mereka takjub akan sulitnya dunia dan perjuangan mencapai sukses.
Terus, siapa yang juga punya peran penting? Dia adalah editor–pencari bakat nomor satu dalam jagat penerbitan. Pencari jejak (pathfinder) paling diandalkan di hutan rimba penulisan. Mereka (editor) yang kebetulan mendapat tugas mulia mengembangkan buku anak adalah pribadi yang harus benar-benar mencintai anak beserta dunianya, mengetahui karakter setiap generasi yang sedang bertumbuh, mengawal gagasan-gagasan ajaib maupun liar dalam dunia kepenulisan, serta konsultan paling baik untuk mengarahkan para penulis. Metode matriks adalah salah satu alat bantu bagi mereka. Karena itu, kalau mereka (editor ini) layu sebelum berkembang, alamat penerbitan buku anak akan mati suri.
Semoga Anda adalah penghasil ‘buku ajaib’ atau penikmat ‘buku ajaib’ yang membuat anak-anak kita menjadi lebih baik dan sanggup ‘melawan’ negeri semacam Malaysia ataupun Singapura.
Bambang Trim
Praktisi Perbukuan Indonesia
Konsultan penulisan dan penerbitan untuk berbagai penerbit
Penulis 100+ judul buku

Bambang Trim adalah Pendiri Penulis Pro Indonesia (Penprin). Ia telah berpengalaman 30 tahun di dunia penulisan-penerbitan serta telah menulis lebih dari 250 buku (1994–2023). Ia tercatat sebagai perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia. Kini, ia menjadi Ketua Umum Perkumpulan Penulis dan Editor Profesional periode 2022–2026. Bambang Trim aktif di Pusat Perbukuan, Kemendikbudristek sebagai narasumber dan anggota Komite Penilaian Buku Teks.