Rencananya hari ini pasangan pemimpin Baca dan Tulis akan dideklarasikan. Deklarasinya dibuat menyebar bak virus di rumah-rumah keluarga Indonesia. Jargon yang diusung adalah BaTu sebagai representasi dari kekerasan kepala dan hati karena tidak mau menyerah di tengah bangsa yang disebut masih minim membaca dan menulis. Pasangan ini juga bisa disingkat BT (bukang Bambang Trim yang menuliskan note ini, tetapi baik dan taat).
Pasangan Baca dan Tulis memang sedang berburu waktu sebelum memasuki hari yang disebut hari keramat bagi ‘anak kandung mereka’, yaitu 17 Mei, Hari Buku Nasional. Buku adalah anak kandung mereka dan merupakan hasil rekacipta (imagineering)–meminjam istilah Syamsuddin Haesy–manusia yang punya bobot kreativitas di atas rata-rata. Mereka ingin sekadar mencuri perhatian bangsa ini dari tiga pasangan lainnya: JK-Win, SBY Berboedi, dan Mega-Pro. Maka pasangan BaTu ini coba mencari celah-celah dengan dana sekitar 12 T (hasil dari transaksi perbukuan setahunnya yang dihasilkan oleh bangsa ini) dan kampanye melalui 12.000 judul buku (hasil terbitan para penerbit; mitra koalisi mereka yang dihasilkan dalam setahun di negeri ini).
Pasangan BaTu merasa bahwa batu sandungan bagi keberhasilan mereka memimpin negeri ini adalah banyaknya orang ndablek yang membenci baca-tulis atau mereka yang munafik menjadikan buku sebagai sekadar alat mencapai tujuan rendah: harta, tahta, dan wanita. Capres Baca pun dengan khidmat menyampaikan pesan deklarasinya: “Saya berjanji dalam tempo lima tahun ke depan, industri kreatif penerbitan akan melesat jauh dan saya jadikan sebagai industri strategis bangsa ini!” Lalu, cawapres Tulis menimpali: “Bangsa ini sudah terlalu lama dijajah oleh produk penulisan asing, dibungkam hingga gagu menulis, dan akhirnya dibangkitkan untuk menulis, tetapi dengan cara penghancuran yang sistemik. Apa itu? Bangsa ini menjadi penulis SMS terbesar nomor satu di dunia. Kita harus melawan penjajahan ini!” tukasnya dengan gaya cool, tetapi berwibawa.
Jangan lupa tanggal 17 Mei pasangan ini akan mulai berkampanye luas. Lalu, pada tanggal 29-31 Mei, pasangan ini juga akan diundang dalam acara Salam Book Days di kawasan Salam Book House, Bandung, sebuah kota basis perbukuan nasional. Pasangan ini akan meresmikan Majelis Iqra Darussalam (MISQAD) dan kawasan Salam Book House. Hadir di sini para tokoh nasional pendukung Baca dan Tulis–mereka yang telah menjadi orangtua asuh para buku di rumah-rumah, perpustakaan, kantor-kantor, tempat ibadah, dan di tempat manapun di negeri ini yang menghargai buku.
Dalam keletihan selepas deklarasi Capres Baca sempat berbicara kepada wartawan: “Bagi saya kalah-menang bukan hal utama. Siapa pun presiden dan wakil presiden kelak, saya harus pastikan bahwa program kami masuk dalam agenda mereka. Kami tetap akan keras kepala seperti juga mitra-mitra koalisi kami IKAPI, FEI, Komunitas Baca-Tulis, dan seluruh pembaca serta penulis di negeri ini. Kami tetap akan menyebarkan virus baca-tulis agar bangsa ini segera terbangun dan sadar bahwa kita adalah BANGSA YANG BESAR dengan segudang kreativitas YANG MEMBANGGAKAN. Saya yakin para capres dan wapres yang sudah mendeklarasikan diri mereka segera akan mendekati kami untuk berkampanye lewat buku. Karena itu, kami mau membuat kontrak politik denagn mereka apabila terpilih. Jadi, siapa pun capres dan wapresnya, Baca-Tulis adalah programnya.”
Deklarasi ditutup dengan doa bersama dipimpin seorang Ustadz Buku: “Ya Allah, jadikan bangsa kami ini bangsa yang menang (win), bangsa yang berbudi, dan bangsa yang pro terhadap iman, ilmu, dan teknologi sebagai bangsa madani. Berikan bangsa kami salam keselamatan. Karena itu, jadikan bangsa kami bangsa salamadani yaitu bangsa yang selamat dan mengusai iman, ilmu, serta teknologi yang berperadaban. Jangan Engkau cabut Ya Allah, keberkahan dari negeri ini karena kami buta membaca dan rabun menulis. Tuntun dan rahmati presiden dan wakil presiden kami kelak agar mereka menjadi presiden dan wakil presiden yang membaca dan menulis. Amin ya Rabbal alamin.”
:hanya imajinasi
Bambang Trim
praktisi perbukuan nasional

Bambang Trim adalah Pendiri Penulis Pro Indonesia (Penprin). Ia telah berpengalaman 30 tahun di dunia penulisan-penerbitan serta telah menulis lebih dari 250 buku (1994–2023). Ia tercatat sebagai perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia. Kini, ia menjadi Ketua Umum Perkumpulan Penulis dan Editor Profesional periode 2022–2026. Bambang Trim aktif di Pusat Perbukuan, Kemendikbudristek sebagai narasumber dan anggota Komite Penilaian Buku Teks.