Teruslah Berproses Kreatif….

Semangat hari ini: Tak pernah berhenti berkreasi….

salah satu halaman picture book Lingling dan Bakpao Keberanian
Iseng-iseng saya memikirkan perjalanan seorang anak yang getir–ditinggal meninggal oleh orangtuanya dan hidup sebatang kara; kehilangan salah satu orangtuanya; serta terpaksa diasuh orang lain. Pikiran ini lalu tertaut dengan sejarah asal usul makanan. Lalu, saya menggabungkan kisah tentang kemandirian hidup dan asal-usul makanan. Jadilah kemudian serial buku anak bergambar (picture book) berturut-turut:

1. Lingling dan Bakpao Keberanian (bersetting China);
2. Martha dan Pizza Kebahagiaan (bersetting Italy);
3. Malik dan Kebab Persahabatan (bersetting Turki);
4. Buyung dan Ketupat Kejujuran (bersetting Indonesia/Minang).

dan berlanjut dengan beberapa judul lain yang sedang dalam penggagasan sekaligus penggarapan.

Alhamdulillah, teman-teman di Dixigraf Publishing Service membantu proses kreatif saya ini dengan menerjunkan tim kreatif inti untuk menjadikannya buku anak bergambar yang berkualitas. Buku ini diformat dalam ukuran small square dan fullcolor dengan retouching desain interior serta ilustrasi secara komputerisasi. Tim Dixi biasa melakukan brain storming untuk mendiskusikan karakter dan format ilustrasi yang tepat. Saya bangga dengan hasil kerja tim yang sudah dibina dua tahunan ini.

Baru saja Tim Dixi menyelesaikan buku pesanan dengan tema Princess yang mengambil setting Eropa. Jadilah dua buku berjudul Princess Caroline dan Dua Benih Ajaib (Bambang Trim) serta Princess Tara dan Ratu Bintang (Yulia). Pekerjaan ini akan berlanjut pada seri kisah putri-putri dari negeri Afrika, Arabia, dan Asia. Tim Dixi membuktikan bahwa rasa cinta, hasrat, dan skill yang tinggi menjadi kolaborasi penting untuk sebuah hasil kerja berkualitas dan berdaya.


Kembali ke cerita Lingling dan Bakpao Keberanian, idenya tertangkap sangat sederhana. Lingling saya gambarkan sebagai bocah perempuan dengan keberanian yang besar. Ia diwariskan oleh ayahnya dua ilmu: wushu dan keterampilan membuat bakpao atau dalam bahasa asilnya disebut baozi. Lingling ingin membantu kesulitan ekonomi yang dialami ibunya sepeninggal ayah mereka dengan berjualan bakpao. Lalu, kisah pun dimulai….

Buku ini seperti khas picture book lainnya hanya memiliki tebal 24 halaman. Insya Allah, buku ini sudah dapat beredar pada Maret 2010 dengan berbagai serinya. Selain itu, saya pun meluncurkan buku dalam format chapter book berjudul: Putri Ceria dan Putri Cemberut. Buku PCPC mengangkat gagasan soal perbedaan karakter ceria dan cemberut sekaligus menyisipkan pesan cinta lingkungan kepada anak-anak dengan mengambil setting cerita di dalam hutan.

Kisah Lingling dan cerita lainnya adalah sebuah pesan keberanian menghadapi hidup, optimisme, kemandirian, dan kekuatan sinergi maupun berbagi yang ingin saya install ke dalam diri anak. Seorang sosiolog terkemuka, David McClelland, pernah mengemukakan teori soal “Need of Achivement” yang kemudian populer dikenal dengan istilah virus N-Ach (keinginan untuk berhasil). McClelland mengungkapkan bahwa ciri-ciri masyarakat yang mempunyai N-Ach tinggi terlihat dari banyaknya dongeng anak-anak yang memotivasi beredar di daerah tempat masyarakat tersebut tinggal.

Dongeng anak-anak di Barat, termasuk dari pendongeng dunia Hans Christian Andersen selalu berakhir bahagia (happy ending) sehingga menghasilkan anak-anak yang optimis. Begitupun cerita-cerita rakyat Amerika yang dipenuhi petualangan dan keberanian menginspirasi masyarakatnya untuk berani mengembara. Di sisi lain, sebagian besar dongeng anak-anak di negara-negara berkembang berakhir dengan kesedihan karena pahlawannya mati. Cerita-cerita ini dapat ditemui di India, China, hingga Indonesia. Di Indonesia pernah beredar kisah pewayangan seperti epos Mahabharata yang memperlihatkan para pahlawan besarnya justru musnah dalam Perang Bharata. Di Sumatra Barat populer cerita Malin Kundang yang durhaka. Sayang, Malin Kundang tidak tobat, malah menghardik ibunya dan akhirnya dikutuk menjadi batu oleh ibunya sendiri. Begitupun dongeng si Kancil yang selalu sukses ‘menipu’.

Kita sambungkan dengan teori McClelland bahwa dalam pembelajaran generasional, kisah-kisah itu tidak cukup menghasilkan manusia-manusia yang berkecukupan dan berkecakapan untuk menjadi pejuang-pejuang kemakmuran dengan virus N-Ach. Demikianlah, McClelland mengeluarkan premis. Satu-satunya yang terbantahkan mungkin kenyataan bangsa China meskipun banyak melahirkan ‘kisah-kisah pilu’, tetapi kini menjadi raksasa ekonomi dunia. Mungkin arus globalisasi turut mempengaruhi ragam kisah anak yang bertebaran kini bahwa anak sudah dapat mengakses kisah-kisah dari bangsa lain atau negara lain meski harus menghadapi pemikiran kesenjangan budaya.

***

Saya tidak ingin banyak berteori. Intinya, saya menyiapkan serial buku cerita bergambar anak dengan setting budaya dari berbagai negeri dan tambahan pengetahuan asal usul makanan untuk menyisipkan optimisme dan kemandirian pada anak. Hal ini seiring dengan buku yang baru saja selesai saya tulis dan insya Allah akan diterbitkan oleh Penerbit Tiga Serangkai berjudul Kids on Business: Vaksin Wirausaha untuk Ananda–sebuah buku pendidikan entrepreneurship untuk anak dengan pembaca sasaran para orangtua dan guru.

Sungguh proses kreatif tidak akan pernah mati jikalau kita senantiasa menghidupkan visi dan misi, semangat, empati, simpati, dan berbagai pemikiran positif lainnya untuk berkarya. Sungguh Allah Swt. menyediakan gagasan di dunia ini yang tiada habisnya; ibaratnya kita baru menuliskan setetes air dari lautan gagasan yang menghampar.

Beberapa waktu lalu, saya bertemu calon klien dari Bakorsurtanal. Bakorsurtanal memiliki salah satu ‘samudera ide’ tentang keindahan dan potensi Indonesia. Saya mendapatkan hadiah bookmagz bertajuk “Ekspedisi Geografi Indonesia”. Sepintas bookmagz ini mirip National Geographic. Isinya langsung melambungkan banyak gagasan saya. Apakah anak-anak Indonesia tidak tertarik kalau saya menuliskan picture book kisah tentang anak-anak Suku Laut Bajo Torosiaje (tinggal 500 km dari Gorontalo).

Suku Bajo itu benar-benar tinggal di atas laut dengan pemandangan hutan bakau (mangrove yang menempatkan Indonesia masuk peringkat 1 dengan luas terbesar di dunia). Seorang ekspeditor menggambarkan bahwa permukiman ini adalah surga yang terpendam. Bagi seorang penulis hanya perlu data, film tentang Suku Bajo, dan mulailah menggagas cerita eksotik dari sisi dunia anak. Memang kalau memiliki modal, sang penulis dapat langsung terjun ke sana. Itu baru satu sudut kecil Indonesia.

Karena itu, mengapa banyak penulis buku anak yang masih ‘miskin’ gagasan? Kita memang menghadapi perang budaya, tetapi tidak berarti kita tidak dapat memodifikasi budaya. Kisah Lingling mengambil setting budaya bangsa China, pun Martha dari bangsa Italia, dan Malik dari bangsa Turki. Kisah-kisah ini justru mengayakan pengetahuan anak tentang budaya, termasuk kisah para princess. Apa yang dapat kita modifikasi adalah pesannya karena bagaimanapun generasi kini sudah menikmati dampak globalisasi.

Lalu, bagaimana kita menunjukkan rasa cinta terhadap budaya Indonesia? Mulailah berpikir keseimbangan sehingga saya pun mulai melanjutkan cerita dengan setting Minang, setting Sulawesi, setting Bali, setting Jawa Barat dan lainnya dengan mengusung kekayaan kuliner bangsa kita (kaitan picture book yang mengangkat ide asal usul makanan). Karena itu, menulis, khususnya buku anak, juga menjadi perjuangan tanpa henti….

Teruslah berproses kreatif… semoga Tuhan memberkati.

:catatan kreativitas
Bambang Trim

www.dixigraf.com
www.bambang-trim.com

2 thoughts on “Teruslah Berproses Kreatif….”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.