Update dan upgrade, dua kata yang penting bagi saya dalam menjalani proses kreatif sebagai penulis. Update berarti selalu memperbarui apa yang hendak disampaikan kepada pembaca melalui tulisan. Adapun upgrade berarti naik tingkatan dengan upaya mempelajari lebih dalam dari apa yang sudah kita tuliskan.
Dalam sepengalaman saya memang tiadalah kita dapat merasa sempurna dalam menulis. Jikalau kita mengejar kesempurnaan, alamat tulisan tidak akan pernah selesai. Ternyata jawaban untuk itu semua adalah kesempatan meng-update atau dalam bahasa penerbitan disebut revisi. Updating dilakukan manakala ternyata pengalaman, pengetahuan, dan wawasan kita bertambah. Lalu, dalam sebuah pencerahan, kita pun menemukan suatu hal terkait tulisan masa lalu yang harus diperbarui.
Selaras dan sejalan dengan update tentunya upaya upgrade yang terus-menerus kita lakukan sebagai manusia pembelajar. Sama halnya mengejar kesempurnaan kita pun perlu sadar diri bahwa kita tiadalah sempurna. Kekeliruan mungkin saja kita lakukan. Lalu, kependekan berpikir dan ilmu yang masih berada di batas rendah membuat kita terkadang seperti tertinggal jauh. Kesadaran ini menjadi dorongan positif untuk meng-upgrade diri terus-menerus dan tidak menempatkan diri seperti katak di bawah tempurung ataupun orang yang sudah merasa tahu segalanya.
Dalam update dan upgrade, tidak jarang kita menemukan sebuah metode baru–metode yang lebih aplikatif atau bahkan lebih cepat terkuasai. Buku-buku sekarang banyak sekali mengangkat gagasan kecepatan ini meskipun terkadang kedengaran naif. Misalnya, buku yang mengusung judul 1 Jam Mahir… 24 Jam Jago… dan sebagainya.
Dalam kaitan kemampuan menulis, update dan upgrade juga perlu dilakukan seorang penulis untuk menyesuaikan kemampuan dari masa ke masa atau menajamkan cara ia menulis dan berproses kreatif. Upaya update dan upgrade tidak terlepas dari kegiatan MEMBACA, baik membaca secara harfiah maupun membaca secara luas lingkungan yang ada. Karena itu, semestinya kita bersyukur apabila pancaindra anugerah Tuhan masih lengkap berfungsi dengan baik agar kita mampu ‘membaca’ segala tanda-tanda zaman dan gagasan yang berseliweran.
Update dan upgrade juga menjadi jalan menambah kuantitas karya atau portofolio judul yang dihasilkan. Dahulu mungkin kita asyik menulis fiksi, dengan upgrade diri maka kita pun mulai mampu merambah dunia nonfiksi atau faksi. Begitu pula sebaliknya. Dahulu kita mungkin hanya menguasai satu laras penulisan yaitu penulisan akademik, tetapi kini kita sudah mampu mencoba laras penulisan jurnalistik. Memang manusia harus memanfaatkan sarana ini untuk mengubah diri.
Lima proses kreatif menulis merupakan sarana update dan upgrade yang sistemik, yaitu 1) Prewriting; 2) Drafting; 3) Revising; 4) Editing & Proofreading; 5) Publishing. Ada kalanya seorang penulis hanya menguasai satu poin dari proses tersebut atau dua poin maka ia pun dapat meng-upgrade-nya menjadi lima poin lengkap. Perhatikan bahwa poin 4 dan 5 adalah hal yang paling kurang diketahui kebanyakan penulis. Hanya penulis yang sudah akrab dengan dunia penerbitan paham perihal editing maupun publishing.
Jika kita pecah lagi, setiap poin selalu mengandung makna update dan upgrade dengan begitu banyak metode atau kiat. Saya pernah mengusung metode H16H (hanya 16 halaman) sebagai upaya cepat mau dan mampu menulis buku. Metode ini sempat dilatihkan beberapa kali dan karena menggunakan sistem pengondisian untuk menulis, 90% peserta mampu menyelesaikan tugasnya membuat buku 16 halaman.
***
Buka kembali karya-karya tulis kita terdahulu yang pernah dipublikasikan dan cukup membanggakan hati. Bacalah kembali dan Anda mungkin akan menemukan suatu celah update karena ternyata waktu membuat Anda menjadi manusia yang mengalami upgrade.
Pikiran kita memang layaknya CPU komputer yang memerlukan upgrade untuk menyesuaikan diri dengan software yang semakin canggih atau tuntutan zaman yang menginginkan kecepatan serta kemudahan. Para pembaca tentu menginginkan bacaan yang reader friendly–mudah dibaca, dicerna, dan membuat mereka punya gagasan perubahan.
Semoga bermanfaat.
:catatan kreativitas Bambang Trim
Sahabat-sahabat dapat meng-update dan meng-upgrade kemampuan dan keterampilan MENULIS serta MENYUNTING dalam Double Impact Training: Writing & Editing, pada 22-23 Juli 2010 di Hotel Vue Palace, Bandung. Investasi Rp1 juta selama 2 hari plus fasilitas hotel *** lunch + 2 x coffee break. Hari I berlangsung hingga malam hari dengan langsung praktik penulisan (pkl 9.00-20.00) include dinner. Fasilitas training: handout eksklusif + CD e-book + sertifikat. Hubungi Irma (081320200363)

Bambang Trim adalah Pendiri Penulis Pro Indonesia (Penprin). Ia telah berpengalaman 30 tahun di dunia penulisan-penerbitan serta telah menulis lebih dari 250 buku (1994–2023). Ia tercatat sebagai perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia. Kini, ia menjadi Ketua Umum Perkumpulan Penulis dan Editor Profesional periode 2022–2026. Bambang Trim aktif di Pusat Perbukuan, Kemendikbudristek sebagai narasumber dan anggota Komite Penilaian Buku Teks.