Saya mulai mempelajari fenomena dan pola buku serial terutama pada tiga tahun belakangan tentang efek dan dampaknya dalam marketing plan sebuah penerbitan buku. Paling khusus adalah buku-buku anak yang tampaknya semakin tren dibuat serial oleh para penulis buku anak.
Pada 1997, saya sempat bergulat menyunting buku-buku anak serial spiritual Islam yang ditulis oleh seorang sahabat saya, HF Rahadian. Beliau menulis kali pertama di Penerbit Salam Prima Media berupa serial Imam Mazhab (ada lima seri), kemudian serial pahlawan Islam, dan akhirnya membuat serial 25 Nabi yang diberi judul Telusur Jejak Rasul.
Beberapa tahun kemudian makin marak buku-buku anak Islam, terutama setelah dimotori oleh DAR! Mizan. Penerbitan buku-buku ini menunjukkan produktivitas tinggi karena memang dapat dibuat secara serial. Kandungan nuansa Islam memang memberikan peluang untuk itu. Sebut saja dari Asmaul Husna kita dapat membuat serial Asmaul Husna hingga 99 judul; dari kalimat thayyibah dapat dibuat serial pula; biografi tokoh-tokoh Sahabat maupun Sahabiyat juga dapat diserialkan; dan banyak lagi. Pola serial ini sangat dimungkinkan untuk dijual secara set. Hanya konsekuensinya harga menjadi lebih tinggi.
Tren membuat serial sampai kini pun makin tinggi sehingga sering terjadi judul yang sama antarpenerbit saling beradu display dan akhirnya beradu daya jual. Tidak terhitung saat ini penerbit yang membuat buku anak Kisah 25 Nabi. Namun, yang membuatnya serial menjadi satu nabi satu judul atau jilid memang hanya beberapa penerbit. Dari kasus ini umumnya yang paling laris adalah seri Nabi Muhammad saw. Judul-judul lainnya kadang harus menerima nasib tidak bergerak.
Bagaimana dengan buku serial untuk orang dewasa? Umumnya serial untuk orang dewasa adalah serial lepas. Artinya, setiap judul bisa berdiri sendiri tanpa bergantung pada judul lainnya, kecuali tafsir Quran (kategori kitab suci) yang jilidnya sambung-menyambung sampai 30 juz.
Apa itu Jebakan Buku Serial?
Saya perlu membuat perbedaan dua jenis buku serial atau buku yang dibuat berseri oleh penulis atau penerbitnya. Apa saja dua jenis buku serial itu?
Pertama, buku serial berkait. Buku serial berkait disebabkan ide yang diambil dari sebuah konsep jumlah, misalnya 99 Asmaul Husna, 25 Nabi, 5 Rukun Islam, 6 Rukun Iman, atau lebih umum seri tata surya yang membahas planet-planet (sesuai dengan jumlah planet) dan seri 7 keajaiban dunia. Buku serial jenis ini memang umumnya satu judul tidak bisa berdiri sendiri karena berkait dengan serial lainnya. Dalam kategori fiksi, buku serial semacam ini tentu terkait dengan jalan cerita yang terus menyambung (misalnya Harry Potter). Artinya, pembaca akan merasa kehilangan kalau tidak melengkapi koleksi ini secara serial atau tidak akan mendapatkan benefit yang penuh.
Kedua, buku serial lepas. Buku serial jenis ini hanya mengusung satu ide topik, namun setiap judulnya dapat dibuat lepas berdiri sendiri hingga tidak terbatas. Contoh konkret dari buku jenis ini adalah buku dewasa kategori nonfiksi, seperti buku serial bisnis UKM, buku serial masakan nusantara, atau buku serial tempat-tempat eksotik di seluruh dunia. Jika pembaca hanya membeli satu judul dari serial ini, tentu disesuaikan dengan kebutuhannya dan pembaca tidak akan kehilangan benefit meskipun tidak mengumpulkan semua serial.
Selain itu, ada juga buku serial yang mengusung satu tokoh yang kadung menjadi brand, misalnya Serial Upin Ipin, Serial Tom and Jerry, Serial Peter Rabbit, dan banyak lagi. Serial seperti ini dapat dikategorikan juga serial lepas.
Serial lainnya adalah mengusung brand dalam bentuk topik. Contoh konkret yang sangat berhasil di Indonesia adalah buku anak serial Kecil Kecil Punya Karya (KKPK). Ada lagi serial Chicken Soup yang benar-benar populer di seluruh dunia.
***
Buku serial yang dapat menjebak upaya marketing sebuah penerbit adalah buku kategori pertama. Artinya, buku ini berisiko tinggi untuk diterbitkan karena alasan-alasan berikut ini.
- Buku serial yang berkait sangat sulit didisplay di toko buku semuanya secara bersamaan. Kalaupun bisa, umur displaynya akan sebentar sekali.
- Buku serial berkait tidak akan rata dalam jumlah penjualannya (selling out) karena mungkin budget yang terbatas atau pembaca hanya menganggap satu judul sudah cukup atau ada juga yang mencicil membelinya untuk melengkapi judul dan jilid. Akibatnya, ketersediaan stock serial kerapkali tidak seimbang karena mungkin ada judul yang fast moving dan ada yang slow moving. Akibatnya, ketika hendak dijual secara set, penerbit kesulitan. Sering juga ketika buku diobral, pembaca justru menginginkan set yang lengkap.
- Buku serial terkait sering juga ditulis oleh penulis yang berbeda-beda dan mengakibatkan kualitas tulisan juga berbeda-beda.
Artinya, memang sebuah penerbit tidak berarti harus menolak naskah-naskah serial terkait, tetapi harus benar-benar membuat perencanaan marketing yang matang kalau tidak mau terjadi badai stock buku-buku serial yang relatif sulit dijual terpisah-pisah. Apalagi jika serial itu diberi nomor 1, 2, 3, dan seterusnya. Ketika ada bazar buku, yang nongol cuma ada nomor 2 dan nomor 3, nomor satu sudah habis. Lalu, apa yang terjadi? Pembeli atau calon pembaca tidak jadi membeli karena mereka ingin satu set lengkap. Jika nomor 1 tidak ada, mereka menganggap buku ini ‘cacat’ untuk dibeli.
Jadi, buku serial berkait lebih relevan untuk dijadikan book set dengan penjualan premium layaknnya ensiklopedia dengan sistem direct selling. Dengan demikian, satu serial dapat diikat menjadi satu set yang memang perlu dimiliki secara keseluruhan. Buku serial berkait sebaiknya juga tidak lebih dari 10 jilid agar dapat diminimalisasi risikonya atau dikontrol stock jilidnya. Idealnya buku serial berkait hanya terdiri atas 3-7 jilid/judul dalam satu serial.
Buku Serial dan Produktivitas Penulis
Buku serial memang memungkinkan produktivitas penulis sangat tinggi karena mereka dapat memanjangkan portofolio judulnya hanya dari satu tema besar serial. Misalnya, seorang penulis bisa mengambil tema: “Olahraga-Olahraga Berbahaya Sepanjang Masa”. Nah, dari ide ini dapat dibuat serial dengan memaparkan subtopik olahraga berbahaya menjadi satu judul atau jilid buku. Wilayah kreatifnya meliputi fiksi, nonfiksi, dan faksi.
Dalam wilayah faksi misalnya, penulis dapat membuat biografi tokoh-tokoh. Penulis dapat membuat tokoh yang sudah pasti jumlahnya dan sangat dikenal seperti serial Wali Songo atau yang belum pasti jumlahnya serial pahlawan-pahlawan wanita Indonesia. Semuanya dapat ‘dikebut’ penulisannya dengan memanfaatkan penelusuran sumber pustaka ataupun melalui riset lapangan.
Jadi, memang kalau penulis ingin melakukan jalan pintas dalam memperbanyak portofolio karya, buatlah buku-buku serial, baik serial yang berkait maupun serial yang lepas. Pola serial ini juga dilakukan oleh penulis-penulis di negara maju dan juga diterbitkan dengan sangat antusias. Namun, umumnya yang menggunakan pola serial adalah penerbit buku-buku anak karena begitu banyak tema-tema menarik yang dapat diserialkan.
Penerbitan buku serial di luar negeri sungguh dilakukan dengan apik dan serius sehingga sangat menarik. Tampak dalam pola serial berkait, di cover belakang setiap jilid atau judul dicantumkan cover-cover buku lain yang terdapat di dalam satu serial tersebut. Tentu ini adalah upaya marketing untuk mendorong para pembaca mengoleksi serial secara lengkap.
Dengan produktivitas tinggi karena ada ‘sedikit’ faktor kemudahan dalam proses kreatif buku-buku serial ini maka penerbit harus jeli benar untuk menyeleksi naskah-naskah buku serial. Penerbit jangan sampai terjebak pada orientasi menambah portofolio judul penerbitan ataupun hanya karena dikejar target jumlah judul yang harus diterbitkan. Hal utama yang harus dipikirkan adalah bagaimana buku-buku serial itu dijual dan bagaimana setiap judul/jilidnya dapat rata terjual dalam satu rentang waktu yang sudah diestimasi bersama.
Bagaimana membuat dan merencanakan buku serial menjadi sebuah program penerbitan yang andal? Nah, ini yang harus dibedah dan digali terus oleh tim akuisisi naskah penerbitan. 🙂
:catatan kreativitas Bambang Trim
Praktisi Perbukuan Indonesia

Bambang Trim adalah Pendiri Penulis Pro Indonesia (Penprin). Ia telah berpengalaman 30 tahun di dunia penulisan-penerbitan serta telah menulis lebih dari 250 buku (1994–2023). Ia tercatat sebagai perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia. Kini, ia menjadi Ketua Umum Perkumpulan Penulis dan Editor Profesional periode 2022–2026. Bambang Trim aktif di Pusat Perbukuan, Kemendikbudristek sebagai narasumber dan anggota Komite Penilaian Buku Teks.
Jadi lebih mengerti dan menjadi jeli. Lebih dari itu memodali saya dalam membuat analisis. terima kasih.
terimakasih infonya menarik