Lama sebenarnya hendak menonton film 3 Idiots sejak diluncurkan. Baru Ramadhan kemarin bertemu Mas Sony Set dan beliau menyarankan saya menonton film itu. Setelah menonton, pas kemarin 11/09, film itu pun diputar di SCTV sebagai program lebaran. Film ini memang telah direkomendasikan banyak orang untuk ditonton. Pas untuk anak-anak muda, apalagi cukup ‘menampar’ bagi orangtua yang masih berpikiran kolot tentang masa depan anaknya. Masa depan anak adalah insinyur untuk lelaki dan dokter untuk wanita.
Tokoh Rancho dalam film ini menjadi inspirasi bagi Raju dan Farhan yang kemudian ketiganya diasosiasikan sebagai 3 Idiots dalam film ini. Kisah dimulai secara flashback, lalu mengalir pada kisah perkuliahan mahasiswa di sebuah perguruan tinggi engineering terkemuka di India. Rancho menjadi tokoh sentral mahasiswa cerdas yang justru dianggap idiot oleh para dosen dengan membawa paradigma baru soal arti pemelajaran, sukses, dan juga kreativitas.
Menonton film yang berdurasi 3 jam ini membawa pikiran saya berkoneksi dengan berbagai pengalaman. Film ini sama mengesankan dengan film Dead Poet Society yang diperankan Robin Williams, juga bercerita soal dunia pendidikan. Bedanya, Williams berperan sebagai guru yang coba mengubah paradigma belajar mengajar sehingga mendapat cibiran dari rekan seprofesinya.
Saya teringat dengan mahasiswa-mahasiswa saya yang 80%-nya memang sebenarnya dalam kebingungan menentukan arah hidup. Kuliah bagi mereka adalah status dan umumnya juga karena dipilihkan oleh orangtua mereka, kakak mereka, atau malah terpengaruh teman. Mereka tidak mengikuti kata hati lagi, yang penting kuliah, apalagi di universitas negeri. Akhirnya, mereka yang sebenarnya brilian, menjadi idiot dengan sistem pengajaran yang justru tak memanusiakan mereka sebagai ‘orang bingung’ atau orang yang sedang mencari-cari ‘kebenaran’. Mereka serba hidup dalam kebetulan.
Mereka kadang menjadi remaja-remaja yang digegas oleh orangtuanya atau dipaksa lingkungannya. Bahkan, mungkin sejak kecil mereka sudah digegas untuk menjadi ‘sesuatu’ harapan orangtuanya. Ujung-ujungnya mereka stress berat dan dalam film 3 Idiots beberapa mahasiswa stress akhirnya mengambil jalan pintas bunuh diri!
Sewaktu memilih jurusan di SMA, sungguh saya terobsesi menjadi insinyur. Ayah saya seorang pakar mesin yang sempat mengenyam pendidikan guru teknik di Bandung. Saya memilih jurusan fisika. Pada akhir masa SMA, sempat terpikir di benak mengambil jurusan teknik elektro. Hijrah ke Bandung, saya beranikan diri mengambil jurusan teknik industri di ITB. Hasilnya: gagal!
Justru dalam kegagalan, saya mengitari kampus Unpad di Jalan Dipati Ukur. Dari situ saya melihat pengumuman tes masuk program D3 Editing, Unpad. Berpikir sejenak, baru saya memutuskan ikut tes program tersebut dan saya ajukan kepada kakak serta orangtua saya. Alhamdulillah, sejak kecil orangtua memang telah memberikan kebebasan memilih bagi kami anak-anaknya. Yang penting bagi orangtua adalah anak-anaknya bisa kuliah, terserah mengambil jurusan apa. Itulah yang membuat saya bisa kuliah dengan nyaman tanpa stress soal tidak dapat menikmati kuliah–meski saya harus mengubur impian menjadi tukang insinyur.
Film 3 Idiots mewakili suara saya dan juga banyak suara generasi masa kini. Mereka menginginkan kebebasan memilih jalan hidup. Sukses tidak ditentukan semata oleh pendidikan yang kaku, bahkan dari bangku kuliah bergengsi. Berbagai penelitian menunjukkan betapa sukses diraih orang-orang yang justru brilian dalam menggunakan otak kanannya, bukan semata otak kiri. Mereka bisa dari mana saja, dan terkadang tanpa embel pendidikan tinggi.
Farhan dalam 3 Idiots akhirnya memilih kata hatinya untuk menjadi seorang fotografer alam liar meski harus DO. Raju yang selalu dihantui ketakutan akhirnya bisa lepas dari ketakutan dengan mengedepankan kejujuran. Hidup menurut Rancho tidak boleh ada dalam ‘kepura-puraan’ dan ‘ketakutan’ karena makin didalami akan semakin menyiksa.
Posisi “idiot” itu tumbuh karena dikondisikan. Anak yang semestinya brilian dalam suatu bidang menjadi tampak idiot begitu orangtua mematikan gen-gen kecerdasan bidang tertentu yang sudah dibawa anak sejak lahir. Siapa sangka ternyata seorang mahasiswa yang tampak idiot di jurusan teknik sebenarnya memiliki kemampuan/kecerdasan luar biasa di bidang sastra? Mahasiswa saya justru ada yang berbakat dalam bidang melukis, tetapi mengapa ia tidak masuk ke jurusan desain grafis? Lha, inilah sistem pendidikan yang kurang mendengarkan suara hati. Kita dibuat “idiot” karenanya. Karena itu, kita wajib ‘ditampar’ biar sadar.
:: catatan kreativitas Bambang Trim
Praktisi Perbukuan Indonesia

Bambang Trim adalah Pendiri Penulis Pro Indonesia (Penprin). Ia telah berpengalaman 30 tahun di dunia penulisan-penerbitan serta telah menulis lebih dari 250 buku (1994–2023). Ia tercatat sebagai perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia. Kini, ia menjadi Ketua Umum Perkumpulan Penulis dan Editor Profesional periode 2022–2026. Bambang Trim aktif di Pusat Perbukuan, Kemendikbudristek sebagai narasumber dan anggota Komite Penilaian Buku Teks.
takut miskin dan kekhwatiran yang berlebihan akan hidup melarat menjadikan anak-anak indonesia kebingungan Pak. (Termasuk saya hehe..) Terus adanya kecenderungan untuk hidup instant, mencari jalan termudah dan terdekat demi kesuksesan materi.
Kemiskinan jangan ditakuti, tapi harus dilawan. Kita tidak mengejar kekayaan, tapi memperjuangkan kekayaan. Karena itu, kita fight dan berani melawan arus. 🙂
Betul, Pak. Saya jg sdh nonton filmnya. Para guru dan ortu wajib nonton ini. Saya sendiri tdk prnh kuliah dan hanya sempat ngenyam pendidikan SMP. Tapi sy tetap survive jadi penulis dgn belajar otodidak, sdh puluhan penghargaan lomba mengarang tlh sy dapat dan anggap sj seperti ijasah. Sayang, sy kerap gagal menembus penerbitan buku. Mgkn nama sy gak laku. Dunia penerbitan lbh welcome dgn nama2 top/populer dan menyandang gelar sarjana!
Sepakat, filmnya bagus… sangat menginspirasi… 🙂
Oh ya kemaren saya nonton di metro tv dokumenter tentang orang indonesia yang ceritanya mirip ama 3 idiot. Seorang bapak dengan hidup sederhana ngajarin guru dan anak2 sekolahan teknologi dengan pake roket dari air dan peswat dari gabus .. trus juga bikin pesawat “aneh” dengan 3 baling2… persis kayak yang di terbangin si Ranchodas 🙂
ini trailer nya :
Group Fb
http://www.facebook.com/group.php?gid=148041015224394
Blog
http://www.habibieselokanmataram.blogspot.com