Kali ini soal drafting dan pemetaan karya buku nonfiksi. Apa yang kini lagi tren dan membuat orang semua menjadi bisa menulis buku? Salah satu yang berkembang pesat adalah metode menulis ala butiran. Saya mengenalkannya dengan model outline butiran.
Outline butiran merupakan perencanaan tulisan yang dikembangkan dari kumpulan tulisan-tulisan pendek seperti butiran. Bermacam bentuknya. Ada yang berupa kumpulan artikel maupun feature; ada pula berupa kumpulan ucapan (quotation); ada pula berupa kumpulan bedah kasus, bahkan kumpulan SMS, dan sebagainya.
Pada 2010 saya menghasilkan dua judul buku dengan model butiran seperti ini, yaitu berjudul 99+ Ekspresi Cinta untuk Ananda dan 99+ Ekspresi Humor untuk Ananda yang diterbitkan Tiga Serangkai. Metodenya mudah yaitu mengumpulkan 99 ide bagaimana membuat anak merasa dicintai dan bagaimana membuat anak tertawa. Pada praktiknya terkadang justru tidak mudah karena ke-99 ide itu ada yang harus dikaji sekaligus dibedah dari pengalaman diri sendiri, ada yang merupakan ide pengalaman orang lain, dan juga harus dihubungkan dengan teori-teori pendidikan serta psikologi anak usia dini.
Pekerjaan besar yang sedang saya kerjakan dari naskah dengan model outline butiran adalah 101 Solusi Editing yang berisi pemaparan kasus-kasus editing tulisan berikut solusinya dan saya sudah memetakan 101 kasus dari kebahasaan, hak cipta, anatomi tulisan, hingga teknis editorial. Ibaratnya jika memegang buku ini, seorang penulis, wartawan, dan editor akan mendapatkan jawaban atas banyak permasalahan editing tulisan.
Memang jika dibandingkan dengan model outline lainnya seperti tahapan, model butiran jauh lebih mudah. Seorang penulis pemula dapat saja menulis note-note di facebook ataupun di blognya. Lalu, semua tulisan itu dikumpulkan dan dipilah yang memiliki kesamaan tema. Selanjutnya, diberi prakata dan meminta kata pengantar dari seorang tokoh dan segerombolan endorsement dari banyak tokoh; jadilah sebuah naskah buku. Contoh kasus seperti ini sudah banyak terjadi di Indonesia sehingga membuat pertambahan judul yang signifikan dalam industri perbukuan Indonesia.
Bagaimana menerbitkannya? Tidak perlu susah, kini tinggal menghubungi Mas Dani Ardiansyah untuk menerbitkannya secara indie atau masuk menjadi member di Nulisbuku.com punya Mbak Ollie untuk mewujudkannya menjadi buku. Memang menulis buku bukanlah sesuatu yang sulit dan bukan pula lagi harus berurusan dengan penerbit. Naskah ditolak, kreativitas bertindak. Dan faktanya….
Saya berani berasumsi bahwa kebanyakan buku yang diterbitkan dengan cara self-publishing saat ini adalah yang menggunakan model dan metode pengembangan outline butiran. Bukan karena memang tabiat orang Indonesia senang mencicil (termasuk tulisan) hingga terkumpul butiran-butiran, melainkan karena memang lebih mudah dalam pemetaan dan eksekusi–meskipun pada praktiknya dituntut pula kemahiran menyatukan sekian banyak tulisan dalam satu gagasan utuh. Anda dapat melihat judul-judul buku: 7 Rahasia… 30 Hari … 40 Cara… 101 Metode …. Semua dihimpun dengan cara butiran, termasuk buku-buku kumpulan biografi tokoh atau kumpulan berbagai hal yang unik.
Belajar Menuju Tahapan
Bagaimanapun model dan metode pengembangan outline dengan tahapan akan menuntut seorang berpikir sistemik dan terpadu sehingga keterampilannya makin terasah. Di sinilah letak kesulitan yang kerap membuat seorang penulis pemula keteteran atau juga kedodoran. Sebenarnya, bagi mereka yang pernah kuliah dan sudah sarjana, metode ini telah dipraktikkan dalam penulisan skripsi maupun karya ilmiah. Metode penahapan yang dimulai dari pendahuluan, bab 1, bab 2, dan seterusnya. Sayangnya, kebanyakan skripsi memang dibuat dengan cara imitasi kalau tidak mau menyebutnya dengan cara copycating. Alhasil, tidak ada pembelajaran yang dapat dipetik. (Dalam sebuah buku wisuda dari sebuah universitas saya melihat judul-judul skripsi para sarjananya. Hampir semua judul dimulai dengan kata: Analisis…, Pengaruh…, dan Peranan…. Seperti tidak ada judul lain. Namun, ini menunjukkan model imitasi atau peniruan dari yang sudah ada.)
Ada semacam tantangan. Anda belum benar-benar menulis buku nonfiksi sesungguhnya jika Anda belum menghasilkan buku beroutline tahapan. Buku yang disusun benar-benar sistematis, runtut, dan tuntas dengan sebuah kesimpulan yang dapat ditangkap oleh pembaca.
Buku jenis tahapan ini akan menantang Anda untuk memeras pikiran membuat sebuah alur pemetaan dan sekaligus membuat sebuah model penyajian yang penuh pengayaan. Banyak penulis akademisi kedodoran menulis buku yang sistemik seperti ini karena terkadang mereka tidak tahu the way-nya meski mereka punya segudang referensi dan ilmu mumpuni yang membuat mereka bergelar PhD. Soalnya, walaupun mereka bisa menghasilkan sebuah buku nonfiksi tahapan bermuatan akademis, justru bukunya paling sulit dipahami oleh mahasiswa maupun rekan sejawatnya.
Namun, jangan dulu pesimis Anda tidak mampu membuat naskah tahapan seperti ini. Jangan-jangan sebenarnya karena Anda memang malas berpikir atau tidak mau bersusah-susah menempuh sebuah sukses luar biasa. Metode penahapan ini dapat dilatihkan dengan membuat matriks. Syaratnya, Anda memang harus tahu dulu anatomi sebuah naskah buku, menguasai benar bahan yang akan ditahapkan, memiliki referensi yang relevan, dan tentunya berkomitmen menyelesaikan karena ada visi dan misi tertentu yang harus Anda tunaikan.
Saya boleh berkata ‘kasta’ Anda akan naik satu tingkat dari butiran ke tahapan. Keuntungannya, Anda menguasai kedua-dua metode penulisan ini meskipun saya tidak hendak membuat dikotomi bahwa tahapan lebih baik daripada butiran–hanya tingkat kesulitannya lebih menantang dan mendorong kita untuk berpikir jauh serta mendalam.
Buku yang baik adalah buku yang dapat mempengaruhi pembacanya menjadi lebih baik karena pembaca mampu menangkap inti pesan penulis. Jadi, buku yang baik bukanlah buku yang ditulis dengan metode tahapan atau metode butiran. Tahapan dan butiran hanya sebuah model dan cara. Karena itu, tiada salahnya Anda menjajal keduanya. Karena itu, tetaplah berusaha menulis dari butiran ke tahapan atau sebaliknya, juga tidak mengapa.
***
Karya buku saya pada 2009-2010 yang berupa tahapan: Taktis Menyunting Buku, Brilliant Entrepreneur: Muhammad saw., Kids on Business: Vaksin Wirausaha untuk Ananda. Karya-karya dalam tahap penyelesaian: BT Buka Tabir Bagaimana Taktis & Bagaimana Tuntas Menulis Buku, The True Power & The True Secret, Muhammad saw & Khadijah on Business, dsb.
:: catatan kreativitas Bambang Trim
Praktisi Perbukuan Indonesia
Penulis 100+ buku dan Editor Karier
Info Penting:
Yuk, kita bongkar strategi menulis dengan teknik dan metode sistemik. Kapan? Tepatnya 18 Desember 2010 diselenggarakan komunitas Bunda Terampil Menulis (BTM) ada event TAKTIS MENULIS BUKU, bersama Bambang Trim, Dani Ardiansyah, dan Triani Retno. Silakan ngelink ke http://www.facebook.com/?ref=home#!/?page=1&sk=messages&tid=10150124182040130

Bambang Trim adalah Pendiri Penulis Pro Indonesia (Penprin). Ia telah berpengalaman 30 tahun di dunia penulisan-penerbitan serta telah menulis lebih dari 250 buku (1994–2023). Ia tercatat sebagai perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia. Kini, ia menjadi Ketua Umum Perkumpulan Penulis dan Editor Profesional periode 2022–2026. Bambang Trim aktif di Pusat Perbukuan, Kemendikbudristek sebagai narasumber dan anggota Komite Penilaian Buku Teks.
Dengan baca tulisan-2 mas Bambang serasa diri ini mengikuti kursus singkat. Mestinya para penulis pemula harus rajin membaca blognya mas Bambang.
Saya sedang mencoba mengisi matriks yang diajarkan pada pertemuan lalu, untuk buku saya yang serahkan ke mas Bambang. Sebagai bahan evaluasi mas Bambang.
Maju terus dan sukses selalu.
Oya mas, mohon izin untuk mengquote, mempergunakan ilmu mas Bambang dalam mata ajar yang saya pegang. ya mas. than you
Siap Bu, mohon disebarkan semangat kepenulisan ini.