Korps Pembaca dan Korps Penulis

Korps memang kata yang hampir jarang digunakan dalam penulisan meskipun maknanya sama dengan ‘kelompok’. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ‘korps’ bermakna n himpunan orang (badan, organisasi) yg merupakan satu kesatuan. Kita lebih mengenal korps karena disematkan pada kepanjang KORPRI yaitu Korps Pegawai Negeri Indonesia. Ada lagi kadang menggunakannya untuk menyebut kelompok polisi  menjadi korps polisi.

Saya tidak ingin membahas kata ‘korps’ sebenarnya. Kata itu hanya menjadi judul pemanis untuk menyebutkan pertumbuhan ‘korps penulis’ dan ‘korps pembaca’ yang lahir dari komunitas penulis dan komunitas pembaca. Kini memang menjadi era komunitas dan jejaring sosial sehingga begitu mudah sebuah korps lahir dari kesamaan visi dan misi ataupun kesamaan kegemaran. Jadi, dari sebuah komunitas maka muncullah sebuah korps.

Korps pembaca dan korps penulis adalah sebuah modal bagi Indonesia untuk ditumbuhkan demi memancangkan cita-cita membentuk reading society dan writing society.

Hanya dalam tempo 1 bulan, saya terlibat langsung dalam pembentukan dua korps ini. Pertama, pembentukan korps penulis dari hasil workshop Cara Taktis Menulis Buku yang digagas komunitas Bunda Terampil Menulis (BTM) dan dideklarasikan pada Desember 2010 menjadi Korps Penulis Alumni CTMB dengan target penerbitan buku antologi pada Januari 2011. Kedua, adalah pembentukan korps pembaca berdasarkan kesamaan menggemari novel NIBIRU karya Tasaro GK. Muncullah gagasan membentuk 1.001 first reader NIBIRU dan lalu, dimulai dari Solo muncul Korps Nibiru Reader Solo yang bermula dari kumpulan lima orang pembaca awal novel NIBIRU.

Korps Pembaca Nibiru di Solo

Meski dalam kelompok kecil dan terserak, korps pembaca dan korps penulis ini ibarat bibit-bibit yang sudah tersemai dan tengah bersemi untuk tumbuh menjadi sebuah kekuatan atau gelombang dahsyat minat baca dan minat menulis di Indonesia. Adalah bukan sebuah kebetulan kini di IKAPI (sebagai organisasi penerbit terbesar di Indonesia) membentuk kompartemen khusus penanganan minat baca. Artinya, IKAPI mulai mengambil haluan penting untuk fokus pada peningkatan minat baca generasi baru Indonesia.

Para penggiat korps ini memang menjanjikan masa depan Indonesia yang membaca karena mereka dominan dari kalangan muda berusia belasan dan dua puluh tahunan. Kadang-kadang dari korps ini muncul kreativitas dan inovasi yang tidak terduga, bahkan bukan tidak mungkin mereka kelak menjadi penggerak utama kemajuan literasi dan budaya Indonesia karena peduli pada membaca dan peduli pula pada menulis.

Kini, para penulis juga mendapati peran sentral, bahkan nyaris ditempatkan layaknya selebritas dengan segala kekaguman orang kepadanya. Tasaro GK sang penulis NIBIRU, kini tengah menapaki anak tangga puncak kepenulisan. Dalam rentang singkat 2009-2010, ia menghasilkan tiga novel berbeda genre: 1) Galaksi Kinanthi bergenre roman kontekstual-spritual; 2) Muhammad: Lelaki Penggenggam Hujan bergenre spritual; 3) Nibiru dan Kesatria Atlantis bergenre aksi-fantasi. Serentak muncul gelombang pembaca dan peminat karya-karya Tasaro GK. Apalagi, karya terbarunya itu memberi ruang bagi pembaca segala usia layaknya Harry Potter.

Gejala ini bukan gejala biasa. Makin eksisnya penulis buku, lalu munculnya korps pembaca dan korps penulis setelah kemunculan komunitas-komunitas literasi. Ini bagian positif dari dampak kemajuan teknologi, globalisasi, dan dunia yang semakin datar. Gelombang ini memang harus terbaca oleh penerbit maupun penggiat pendidikan bagaimana telah tumbuh generasi yang makin haus baca dan meminta sesuatu yang sifatnya berkualitas, unik, dan memunculkan kadang-kadang euforia tersendiri.

:: catatan perbukuan Bambang Trim

Praktisi Perbukuan Indonesia

1 thought on “Korps Pembaca dan Korps Penulis”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.