Writerpreneur itu Nyata!

Memang agak asing mendengar istilah writerpreneur. Namun, dapat dikenali sebagai dua kata yang disatukan menjadi frasa (kelompok kata), yaitu writer (penulis) dan entrepreneur (wirausaha).

Apakah menulis memang dapat dijadikan pijakan kewirusahaan alias kemandirian dan usaha yang menghasilkan benefit? Ini pertanyaan yang berulang diajukan dan jawabannya bahwa salah satu profesi yang dapat dijalankan dalam kondisi apa pun serta di mana pun adalah sebagai penulis. Pilihannya adalah mau menjadi amatir atau memang benar-benar profesional.

Saya lalu membuat tagline: writerpreneur adalah orang yang mampu mengubah kertas kosong 1 rim seharga Rp30.000 menjadi bernilai Rp30.000.000. Alasannya, ada 500 lembar kertas kosong yang dapat ditulisi dan diisi dengan ide-ide brilian, kemudian akhirnya berharga jutaan, belasan juta, puluhan juta, hingga ratusan juta.

Alberthiene Endah adalah seorang jurnalis yang kemudian mengambil spesialisasi menulis biografi orang-orang terkenal. Alberthiene punya penghasilan jutaan dari buku yang ditulisnya. Ia berprofesi sebagai co-writer alias penulis pendamping. Beberapa co-writer yang juga sering nampang di sampul buku adalah Dody Mawardi yang juga mendirikan sekolah penulis. Mereka menjadi contoh nyata writer yang berjiwa entrepreneur.

Yang tidak tampak dalam cover ataupun halaman copyright sebuah buku adalah ghostwriter. Penulis profesional jenis ini juga menjadi langganan para tokoh ataupun pejabat yang hendak menuliskan sekadar pemikiran ataupun autobiografinya. Bayarannya dapat berkisar pada jutaan, puluhan juta, hingga seharga mobil kelas menengah.

Selanjutnya, adalah orang-orang yang murni mengambil jalan buku untuk menggelontorkan pikirannya. Mereka menulis di mana saja: di rumah, di kantor, di tempat-tempat wisata, di pasar, di hotel, di pantai, di gunung, dan di manapun. Mereka adalah para penulis buku yang kadang mengambil jalur spesialis di tiga ranah pilihan, fiksi, nonfiksi, atau faksi. Atau juga mereka dapat menjadi generalis dengan kemampuan menulis apa pun.

Entrepreneurship memang menjiwai seluruh proses penulisan itu. Pertama, adalah kemandirian dalam hal menyiapkan ide-ide penulisan, mengusahakan cara penulisannya, dan memasarkannya. Kedua, adalah kejujuran mengungkapkan tulisan berdasarkan data dan fakta sebenarnya serta kejujuran mencantumkan sumber-sumber tulisan. Ketiga, adalah inovasi yang terus-menerus dilakukan untuk memperbaiki tulisan agar memiliki keunggulan, diferensiasi, serta sesuai dengan target pembaca sasaran yang dituju. Keempat, adalah komitmen menyelesaikan tulisan dalam rentang waktu tertentu. Kelima, adalah memberikan daya jual terhadap tulisan sehingga layak dihargai dengan ukuran rupiah tertentu atau royalti yang relevan. Lalu, masih banyak butir-butir lain yang mengandung ruh kewirausahaan dalam setiap program penulisan.

Seorang penulis juga memang harus memiliki tingkat daya tahan dan daya banting yang tinggi karena mereka akan berhadapan dengan penolakan, sekaligus berhadapan dengan banyak peluang serta persaingan. Mereka harus tampil dengan cerdik dan tangkas atau cergas menghadapi segala situasi dalam dunia penerbitan. Karena itu, seorang writerpreneur memang diciptakan, bukan dilahirkan. Mereka tercipta oleh pengondisian yang membangun jiwa sekaligus ikhtiar untuk berkarya.

Salah satu inspirasi writerpreneur adalah Jack Canfield dan Mark Victor Hansen. Yang pertama adalah seorang author sekaligus trainer yang punya gagasan brilian. Yang seorang lagi adalah writer berpengalaman sebagai wartawan. Jadilah kolaborasi keduanya menghasilkan ramuan buku bertajuk chicken soup. Namun, chicken soup tak lantas mulus karena menghadapi lebih dari tiga puluh penolakan oleh penerbit sampai kemudian CEO Health Communication menerima dan menerbitkannya. Kisah-kisah heroik, haru, dan penuh nuansa human interest yang dikirimkan audiens serta dieditori dengan sangat baik oleh Jack Canfield dan ditulis ulang dengan apik oleh Mark Victor Hansen menjadikan chicken soup buku dengan “daya ledak” tinggi.

Buku ini mengilhami beberapa penulis untuk mengungkapkan pernak-pernik penuh human interest dalam pergulatan dan perjuangan menulis buku di dalam wadah alumni Cara Taktis Menulis Buku (CTMB) yang baru berdiri akhir 2010 lalu. Terkumpullah sederet tulisan apik yang diedit oleh Triani Retno, lalu diolah oleh Dani Ardiansyah, serta dimanajemeni Ida Mulyani Robit–melibatkan puluhan penulis. Tentu ini kerja berbau entrepreneur karena juga diterbitkan secara mandiri (swakelola alias self-publishing), dan dijual dengan jaringan seperti guirella marketing memanfaatkan mulut digital yang ada di facebook, blog, maupun twitter.

Isinya (insya Allah) jauh melampaui harganya yang hanya Rp40.000 karena mengandung pemelajaran luar biasa bagi para calon penulis buku maupun mereka yang tengah berkecimpung dalam dunia media. Bagi penerbit, buku ini pun memberikan fenomena baru tentang para penulis buku yang hendak unjuk gigih, bukan sekadar unjuk gigi. Mereka tengah berproses di dalam kepompong kreativitas untuk segera dalam jangka tidak terlalu lama menjadi ‘kupu-kupu’ yang menebar semarak warna penerbitan buku.

Buku dengan cetakan terbatas dan penuh rahasia penulisan ini dapat Anda pantau di http://www.pro.indie-publishing.com/archives/337. Berkenalan dengan para kontributornya sekaligus menyambungkan silaturahim penulisan-penerbitan adalah sisi keindahan lain yang hendak dibangun dari penerbitan ini. Bukankah entrepreneur sejati harus memancing rezeki lewat silaturahim? Karena itu, Anda dapat memilih dari sekian penulis untuk dapat memesan dan mendapatkan tanda tangan mereka sebagai tanda suka cita.

***

Writerpreneur adalah niscaya dan akan menjadi penopang kemajuan bangsa, khususnya di bidang literasi. Berpengaruh dan menjadi kaya adalah impian banyak manusia. Namun, jalan pengaruh dan kaya paling bermakna adalah berkarya yaitu menulis buku–sebab efek buku yang luar biasa tetap bergema meski yang menuliskannya sudah tiada.

:: catatan buku Bambang Trim

#komporis-buku-indonesia

8 thoughts on “Writerpreneur itu Nyata!”

  1. Saya kira punya siapa, ternyata punya Pak Bambang toh. Pantas kok akrab sama diksinya.
    Sangat bagus pak postingannya. Sebuah izzah menuai nafkah dari goresan tinta.
    Sebuah kalimat tentang penulisan yang sampai sekarang masih terngiang di telinga saya :
    “Dengan membaca kita mengenal dunia, dan dengan menulis dunia mengenal kita”
    Mohon doanya supaya kami yang junior bisa terus mengasah kemampuan menulis hingga semaster bapak
    Salam Excellent,
    http://www.AlfianAnjar.com

    1. Mantap Mas Alfian, tetap berdoa untuk sukses bersama. Membaca untuk meluaskan derajat kefasihan; Menulis untuk meningkatkan derajat kefasihan. Meluas dan Meninggi…. walau hati tetap merunduk ke bumi Allah. Amiiin.

  2. Sangat inspiratif, Pak Bambang!
    Saya udah share duluan, mohon ijin nich belakangan….hehe (jiwa entrepreneur/ writerpreneur hehe) Makasih Pak…

Leave a Reply to manistebu Cancel Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.