Ecek-ecek? Masih ingat kosakata yang suka dipakai anak-anak, mungkin juga orang dewasa ini? Sering digunakan kalangan anak-anak di daerah Sumatra yang bermakna tidak sungguh-sungguh atau pura-pura. Jadi, buku ecek-ecek itu ya buku yang tidak sungguh-sungguh dibuatnya. Contohnya, ya banyak yang sudah terbit dan ketika dibaca, malah memberikan efek kecewa.
Alasan mengapa ada orang yang senang ataupun terpaksa membuat buku ecek-ecek:
- tidak tahu bagaimana membuat buku yang sebenarnya;
- menikmati kemudahan menyelesaikan buku apa adanya, lalu menerbitkannya tanpa alangan (terutama self-publishing);
- dikejar deadline dan kebutuhan dalam waktu bersamaan sehingga menulis buku bisa 3 hari sekali (satu buku);
- tidak punya tujuan menulis buku, kecuali demi imbalan uang dan merasa karya itu tidak harus menjadi karya monumental dalam hidupnya;
- menyepelekan pembaca yang dianggap tidak mengerti dan tidak akan merespons;
- penulis dan editor sama-sama tidak mengerti soal buku.
Nomor 1 dan 6 itu persoalan teknis, keterampilan, dan kepahaman para penggiat perbukuan itu sendiri yang dapat segera diatasi. Nomor 2-5 itu persoalan cara pandang, karakter, dan juga visi untuk menulis buku. Kesemuanya dapat diubah ketika seorang penulis sadar bahwa ia sedang membuat karya untuk publik pembaca (yang kadang luas serta terarah) dan bukan membuat karya untuk dinikmatinya sendiri. Selain itu, buku itu tidak akan memiliki daya kalau tidak ada ‘ruh keunggulan’ yang ditiupkan ke dalam buku–apalagi yang disisipi hasil plagiat maka buku pun memiliki cela.
Tahun 2012 sudah di depan mata dan pada 2011 pasar buku Indonesia mulai lesu serta stagnan dalam penjualan. Â Sedikit penerbit yang mengalami pertumbuhan bisnis, sementara itu judul-judul buku baru terus terbit tak terbendung, bahkan data Gramedia menyebutkan 2.500 judul per bulan. Rata-rata secara normal satu Gramedia hanya mampu menampung satu judul 25 eksemplar untuk display maupun stock (standing order). Jika judulnya memang dianggap kuat, penulisnya terkenal, atau sedang dalam momentum terbaiknya, satu judul dapat dipesan 100-200 eksemplar untuk standing order tahap pertama.
Buku ecek-ecek tentu kini sulit mendapatkan perlakuan istimewa dengan display yang mengena. Paling-paling hanya sekadarnya didisplay, lalu dalam waktu singkat paling lama tiga bulan sudah kembali diretur kepada si pemiliknya. Â Apalagi jika buku itu memang dibiarkan hidup sendiri tanpa daya, tiada promosi karena buatnya juga ecek-ecek.
Ecek-ecek atau bukan semua bermula dari gagasan. Gagasan sederhana bukan berarti tidak dapat dieksplorasi menjadi buku penuh daya, apalagi gagasan buku yang brilian. Dari sebuah gagasan sederhana dapat dikembangkan sebuah buku yang berdaya melalui pengayaan-pengayaan gagasan dengan pengalaman diri sendiri, pengalaman orang lain, referensi, serta riset. Alhasil, sebuah gagasan sederhana juga menawarkan sebuah formula yang dapat diaplikasikan pembaca dan pembaca mendapat pencerahan untuk berubah atau kesenangan (hiburan) yang membahagiakan.
Ecek-ecek atau bukan dibedakan dengan benefit yang hendak disodorkan penulis kepada pembaca yang kemudian benefit itu juga berpengaruh pada penerbit dari sisi imej dan profit. Sekian benefit harus dapat diidentifikasi oleh penulis dari tiga sisi yang saya sebut MAP. M adalah menarik yaitu apakah naskah memiliki unsur-unsur kemenarikan dari sisi isi (content) maupun dari sisi penyajian. A adalah amanat yaitu apakah naskah mengandung pesan-pesan positif untuk perubahan/pengembangan diri pembaca ke arah lebih baik (bukan sebaliknya). P adalah penting yaitu apakah naskah memiliki unsur kepentingan untuk diterbitkan dan disebarluaskan karena mengandung pengetahuan atau informasi baru, mengandung pelurusan terhadap hal-hal yang menyimpang, atau mengandung pengungkapan  misteri atau fakta-fakta yang disembunyikan.
MAP ini ibarat peta bagi penulis yang kemudian dalam buku nonfiksi diturunkan menjadi outline atau kerangka karangan. Dengan metode yang saya sebut matriks (beberapa orang menyebutnya frame work) maka sebuah naskah dapat dipetakan menjadi topik, subtopik, serta sub-subtopik yang mengandung MAP berikut benefit-benefitnya bagi pembaca.
Seorang penulis dapat merancang sebuah advance information sheet atau lembar informasi awal seperti ini. Biasanya yang menyiapkannya adalah editor untuk presentasi naskah yang menunjukkan kita tidak ecek-ecek menawarkan sebuah naskah. Dalam buku The Art of Stimulating Idea saya menunjukkan contoh brief for publishing yang disiapkan penulis dan kemudian editor dapat menurunkannya menjadi AIS ini. Berikut contohnya.
Buku tersebut sudah lolos seleksi dan diterbitkan sebagai satu-satunya buku yang menghimpun kekayaan kearifan lokal (local wisdom) beberapa daerah di Indonesia. Penerbit Tiga Serangkai menjadi pelopor penerbitan buku referensi ini sehingga penting digunakan anak-anak SD maupun SMP untuk mengayakan pengetahuan mereka tentang kearifan bangsa Indonesia.
Anda mungkin penasaran dengan pola-pola perencanaan buku seperti ini atau mungkin juga Anda sudah melakukannya. Memang ini menunjukkan keseriusan kita menggarap sebuah buku. Lalu, apakah Anda ingin tahu lebih jauh? Anda dapat menghadiri acara Bursa Naskah di Indonesia Book Fair 2011 mulai 28 Nov-4 Des dan temukan booth Tiga Serangkai karena di sana ada editor akuisisi yang akan bernegosiasi dengan Anda untuk dapat membuat naskah berdaya bukan naskah buku ecek-ecek. Ingat, bahwa Penerbit TS tidak mencari naskah, tetapi mencari penulis-penulis yang punya dedikasi terhadap naskah bermutu sekaligus berdaya.
Kalau Anda ingin lebih tahu lagi secara spesifik teknis, tidak boleh dilewatkan kesempatan workshop bersama saya dengan supervisi langsung pada 17-18 Desember 2011 di Jogjakarta, tepatnya di Akademi Penulis Indonesia Training Center (ALINEA TC), Ruko Demangan Square No.4 Jln. Demangan Baru, Yogyakarta. Investasi hanya Rp300.000,00 untuk 2 hari dan Anda sudah mendapatkan modul + CD materi + sertifikat serta keanggotaan ALINEA (sangat murah).
Informasi dan pendaftaran : SMS ke 0274-9566049 atau 08122952272 Ketik : Daftar ALINEA_Nama. Biaya dapat ditransfer ke Rekening BCA a.n. Irma Susilowati No. 2821355526, KCP Maranatha Bandung.
Masihkah Anda ingin membuat buku ecek-ecek pada 2012 dan merasa sudah menulis buku? Janganlah….
: catatan kreativitas Bambang Trim
#komporis-buku-indonesia

Bambang Trim adalah Pendiri Penulis Pro Indonesia (Penprin). Ia telah berpengalaman 30 tahun di dunia penulisan-penerbitan serta telah menulis lebih dari 250 buku (1994–2023). Ia tercatat sebagai perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia. Kini, ia menjadi Ketua Umum Perkumpulan Penulis dan Editor Profesional periode 2022–2026. Bambang Trim aktif di Pusat Perbukuan, Kemendikbudristek sebagai narasumber dan anggota Komite Penilaian Buku Teks.
ilmu dan informasi yang sangat menarik. semoga kita bisa bersua di 17 dan 18 desember tersebut Pak.
Amiin Mas… Siap di Jogjakarta kita bongkar rahasianya…
Wooow, makasih tulisannya, pak.
Inspiratif bagi penulis pemula seperti saya. hehe 😀
Sama-sama 🙂 pemula tapi gak pemalu kan… ?
Sinyo sudah siapkan dua naskah non fiksi untuk tgl 17-18 semoga fresh dan tidak ecek-ecek, aamiin ya Allah ^_^ semangat dengan terampil 🙂
Mantap Mas… Maju terus.
Saya menyimak, Pak. Sukses untuk training Desember besok.
kapan di Jakarta pak? saya juga masih penulis pemula soalnya (baru 1 buku), mau banyak belajar teknis menulis buku dg menari ^^