Senyampang saya membuka facebook, tiba-tiba kerap masuk chat dari seorang teman. Dimulai dengan sapaan, lalu keinginan bertanya: “Naskah apa yang sedang diperlukan penerbit Anda saat ini?” Terus terang, saya agak malas menjawabnya. Apalagi, kalau ditimpali dengan pertanyaan lain: Penerbit Anda alamatnya di mana? Punya web atau email? Berapa lama saya akan mendapatkan jawaban? Naskah dikirim dalam softcopy atau hardcopy?
Pertanyaan standar, tetapi cukup menjengkelkan untuk zaman sekarang. Mengapa? Karena para penanya sedang menggunakan fb, salah satu jejaring social media yang memungkinkan ia mendapat banyak informasi. Â Posting-posting masa lalu saya, baik di fb maupun di blog dapat memperlihatkan apa yang ditanyakan itu. Hanya terkadang dunia digital tetap membuat kita malas untuk melakukan pencarian walaupun lewat pertolongan sang Google.
Lucunya lagi, orang terkadang tidak melihat jejak karier saya sehingga sampai sekarang masih ada yang mengira saya masih bekerja di Penerbit MQS, Penerbit Salamadani, dan mungkin masih akrab bahwa saya mengelola Penerbit Tiga Serangkai. Lalu, diajukanlah pertanyaan naskah apa yang diperlukan Penerbit Tiga Serangkai. Nah, untuk penerbit terakhir ini, Anda hanya tinggal membuka Google, ketik penerbit tiga serangkai maka pada urutan pertama akan langsung terhubung dengan web Penerbit Tiga Serangkai. Lalu, kliklah general book untuk memilih informasi tentang buku umum. Segala informasi ada di situ, termasuk bagaimana Anda dapat mengajukan naskah. Selesai.
Mau Menawarkan Naskah atau Perabotan Rumah Tangga
Ya, sebaiknya jangan berlaku seperti penjual perabotan rumah tangga seolah-olah diri Anda sebagai penulis adalah penyedia segala naskah. Lalu, Anda bertanya pada customer Anda (penerbit). Anda perlu naskah apa? Fiksi, nonfiksi, faksi? Cerita anak, novel dewasa, novel reliji, nonfiksi motivasi, nonfiksi bisnis–saya punya semuanya. Memang bisa mengesankan Anda penulis generalis, tetapi bisa juga penulis gado-gado yang tidak jelas kompetensinya. Beruntung jika ada yang mengenali Anda dan karya Anda sebelumnya. Namun, jika tidak ada sama sekali jejak rekam Anda di dunia buku, ya Anda dianggap petualang dunia buku saja.
Karena itu, fokuslah pada diri Anda karena posisi Anda harus jelas sebagai penulis, agen penulis, atau agen naskah. Jika Anda sebagai penulis, Anda menawarkan naskah langsung pada apa yang Anda punya. Tidak perlu bertanya penerbit memerlukan naskah apa. Bagi penerbit, naskah yang diperlukan adalah naskah yang punya potensi pasar, sesuai dengan tren ataupun kecenderungan, dan tentunya berpotensi mencetak hit (best seller). Â Perkara jenis atau kategori naskah, inilah yang harus Anda kenali dan deteksi sejak awal.
Jadi, jangan seperti pedagang perabotan rumah tangga karena Anda membawa panci, sapu, tudung saji, kemoceng, piring, dan lain-lain. Lalu, Anda tanya ke penerbit, perlu ‘perabotan’ apa. Nanti ketika penerbit bilang butuh microwave, Anda akan bengong sendiri.
Mengenali Penerbit dan Reposisi Penerbit
Mudah sekali mengenali penerbit pada zaman seperti ini. Pertama, Anda tidak boleh  malas ke toko buku besar seperti Gramedia, Togamas, ataupun Toko Gunung Agung. Sebagai penulis, pada sebuah buku ada lima hal yang mutlak harus Anda kenali untuk melakukan survey atau mengidentifikasi penerbit: 1) judul buku; 2) penerbit buku; 3) penulis buku; 4) tahun terbit; 5) alamat penerbit. Catatlah itu dengan menggunakan buku notes yang Anda bawa atau catat lewat hp Anda.
Ingat juga Anda harus akrab dengan fenomena di dunia buku seperti penulis dapat menggunakan nama asli dan nama samaran/nama pena. Nama asli saya adalah Bambang Trimansyah dan nama pena saya adalah Bambang Trim. Bambang Trimansyah dan Bambang Trim adalah orang yang sama. Namun, jika Anda ketik di Google, nama Bambang Trim-lah yang banyak menyediakan informasi tentang saya dibandingkan Bambang Trimansyah. Seperti juga nama Gola Gong akan lebih mudah dicari segala informasinya dibandingkan Heri Hendrayana.
Fenomena lain pada penerbit mayor adalah penggunaan imprint sebagai brand lini penerbitan. Mizan Group memiliki imprint DAR!, Kaifa, Hikmah, Qanita, Bentang, dan lainnya. Semua itu imprint penerbit dalam naungan satu grup Mizan. Ada kemungkinan sebuah imprint ditutup dan imprint baru dibuka (Mizan misalnya tidak lagi mengaktifkan imprint Al Bayan). Erlangga Group punya imprint Esis, Esensi, dan Erlangga Kids. Tiga Serangkai memiliki imprint Tiga Ananda, Metagraf, Metamind, dan Tinta Medina. Jadi, kenali imprint dan penerbit mayornya pemilik imprint itu sendiri. Ada imprint yang sifatnya hanya sebagai brand dengan satu naungan redaksi. Namun, ada imprint yang sifatnya juga sebagai perusahaan berdiri sendiri dengan tim redaksi sendiri seperti yang dimiliki oleh Group Agro Media: Kawan Pustaka, Wahyu Media, Gagas Media, Bukune, dan sebagainya.
Lalu, yang perlu diingat bahwa zaman telah berubah. Ada kecenderungan penerbit mereposisi haluan penerbitannya. Artinya, peluang Anda sebagai penulis sekarang lebih luas dan terbuka. Kini, hanya ada beberapa penerbit yang mengambil spesialisasi penerbitan, misalnya Kesaint Blanc yang tetap konsisten menjadi penerbit buku-buku kebahasaan atau Salemba Empat yang konsisten menerbitkan buku perguruan tinggi.
Kecenderungan yang saya maksud adalah penerbit menjadi general publisher yang melebarkan kategori jenis terbitan maupun menciptakan imprint baru. Lihat saja Pustaka Al Kautsar yang sebelumnya dikenal kental sebagai penerbit buku Islam, kini melebarkan kategori menerbitkan buku anak Islam dan Umum, buku motivasi, buku keterampilan, dan buku lainnya yang tidak mutlak berwarna Islam. Bentang Pustaka yang kental dengan warna buku sastra terakhir melebarkan sayapnya ke buku-buku anak meskipun tentu juga berorientasi sastra, tetapi sebuah genre yang diperluas. Beberapa penerbit mayor buku pelajaran kini mencoba melebarkan sayap ke buku-buku umum.
Ini sebuah fenomena yang harus dicermati para penulis. Artinya, banyak penerbit yang kini dapat menerbitkan segala jenis naskah. Jadi, Anda tidak perlu bertanya penerbit perlu naskah apa. Apa yang harus Anda ajukan adalah saya punya naskah seperti ini, kira-kira apakah masuk kriteria penerbitan di sebuah penerbit. Langkah selanjutnya, Anda memang harus menyiapkan brief for publisher seperti yang pernah saya paparkan dalam buku saya The Art of Stimulating Idea.
Topik-Topik Pencetak Hit
Pasar buku Indonesia kini disesaki oleh begitu banyak judul. Self-publisher juga meramaikan pasar ini di samping tentunya penerbitan dari penerbit mayor maupun penerbit menengah. Ada kira-kira 2.500 judul buku baru masuk ke toko buku besar seperti Gramedia. Tidak sampai 10% dari judul-judul buku itu, kemudian terkapar tidak berdaya dan diretur karena tidak disentuh oleh calon pembaca ataupun tidak bertemu dengan pembacanya.
Pembaca Indonesia punya topik-topik favorit untuk mereka baca dan penerbit melihatnya sebagai tren atau kecenderungan yang berlaku. Karena itu, ada penerbit yang mengambil posisi menciptakan tren (trendsetter) ataupun ada penerbit yang mengambil posisi menjadi epigon dari buku-buku pencetak hits.
Berikut adalah 10 Topik Pencetak Hit buku-buku di Indonesia hasil rangkuman saya.
|
Buku yang mendorong pembaca pada kehidupan keberagamaan yang sebenarnya, tata cara ibadah, sukses dunia akhirat. Buku reliji Islam masih mencetak banyak hit dalam penjualan buku-buku di Indonesia. |
|
Buku anak adalah buku yang tidak pernah ada matinya, baik dari kategori fiksi, nonfiksi, maupun faksi. |
|
Kisah termasuk pada kategori kumpulan cerpen, novel, dan juga kisah nyata (faksi) yang tetap banyak menginspirasi pembaca. Beberapa buku ini mampu mencetak hit. |
|
Buku tentang bagaimana mencapai kemakmuran, baik itu berupa motivasi maupun kiat bisnis, tetap dicari pembaca Indonesia. Entrepreneurship juga menjadi topik yang tetap mengemuka. |
|
Buku-buku hobi marak seiring dengan banyaknya komunitas hobi yang tumbuh di Indonesia dalam berbagai bidang. |
|
Buku keterampilan termasuk mengusung semangat entrepreneurship dan juga punya tempat dalam pasar buku Indonesia. |
|
Buku kesehatan selalu dicari terutama oleh para manula maupun masyarakat yang memasuki paruh baya. Banyaknya fenomena penyakit dan kesadaran tinggi menjaga kesehatan turut mendorong lakunya buku-buku jenis ini. |
|
Teknologi yang sangat cepat berubah adalah bidang komputer serta teknologi informasi. Buku-buku ini punya pembaca fanatik dengan lahirnya generasi digital kini. |
|
Buku keilmuan atau bidang edukasi memang termasuk buku yang tidak akan pernah surut dibutuhkan seiring dengan bertambahnya anak usia sekolah serta kesadaran tinggi terhadap pendidikan. |
|
Buku yang tetap dicari dalam jagat pembaca Indonesia karena rasa ingin tahu yang tinggi. |
Ada topik-topik lain yang juga punya kekuatan, seperti kewanitaan dan keluarga (parenting). Semua sangat bergantung pada momentum, kompetensi penulisnya, penyajian, kemenarikan, serta tentunya kepentingan untuk diterbitkan.
Nah, Anda dapat mempertimbangkan pengalaman, pengetahuan, serta keterampilan yang Anda miliki untuk menulis naskah dari kesepuluh topik pencetak hit tersebut. Pastikan Anda memiliki keunikan, ide-ide penyajian yang merupakan terobosan, serta mampu menjabarkan isi (content) yang lebih lengkap dan mutakhir (up to date).
***
Penerbit perlu naskah yang tidak seperti naskah kebanyakan meskipun Anda bukanlah penulis yang bernama ataupun punya portofolio buku sampai puluhan, bahkan ratusan. Penerbit perlu melihat Anda sebagai sosok penulis yang dapat dilejitkan dengan naskahnya yang powerful. Jangan terlalu banyak bertanya, berkaryalah dan kirimkan segera. Karena itu, baiklah Anda baca dulu buku The Art of Stimulating Idea. Atau jika menggumpal begitu banyak pertanyaan, tanyakanlah sesuatu yang lebih esensial daripada: Penerbit anu ini penerbit apa ya? Siapa yang bisa dihubungi? Emailnya atau alamatnya apa ya? Anda perlu naskah apa saja?
Lebih baik lagi jika Anda bergabung pada Akademi Penulis Indonesia (ALINEA) yang akan menggelar training “Book Writing Revolution” batch #1 di Jogjakarta, pada 17-18 Desember 2011. Anda akan mendapatkan informasi yang komprehensif soal penulisan dan penerbitan buku langsung dari saya.
: catatan kreativitas Bambang Trim
komporis buku Indonesia

Bambang Trim adalah Pendiri Penulis Pro Indonesia (Penprin). Ia telah berpengalaman 30 tahun di dunia penulisan-penerbitan serta telah menulis lebih dari 250 buku (1994–2023). Ia tercatat sebagai perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia. Kini, ia menjadi Ketua Umum Perkumpulan Penulis dan Editor Profesional periode 2022–2026. Bambang Trim aktif di Pusat Perbukuan, Kemendikbudristek sebagai narasumber dan anggota Komite Penilaian Buku Teks.
Mantap sekali uraiannya, Pak Bambang! Semakin membakar, sebagaimana Pak Bambang Trim adalah Komporis bagi mereka yang hendak menjadi penulis profesional. Makasih, salam.
Semoga Pak, hehehe….
Ada kata ‘aktrab’ pada paragraf tigas, Mas. : )
Sudah diedit Mas, terima kasih.
Tahu tidak mas? Membaca artikel ini, serasa Nyo sudah memiliki buku The Art of Stimulating Idea jilid ke II (kekekekeke). Jadi bertambah semangat dan yakin bahwa jalur yang selama ini Nyo tempuh sudah lurus dan kreatif, hanya saja kurang PD (baca ‘pede’ bukan Partai demokrat heeee). Mas Bambang yang membuat Nyo pede lewat The Art of Stimulating Idea. Semoga dibalas dengan kebaikan yang berlipat-lipat banyaknya, aamiin ya Allah 🙂
Waduh… jadi kepikiran bikin TAoSI II dong… 🙂
saya pernah baca sharing penulis buku senior. bahwa sblm mengirim naskah sebaiknya menghubungi penerbit dulu dan tanyakan naskah yg mereka butuhkan. menurut bpk wajibkah penulis melakukan ritual tsbt sblm menawarkan naskahnya ?
🙂 Ya itu pola pikir seolah-olah kita tukang bikin naskah, padahal kita penulis–punya visi, punya konsep, dan punya keyakinan bahwa apa pun naskah yang kita buat itu memang diperlukan oleh banyak orang. Saat ini dengan kemajuan teknologi dan akses informasi, kita sudah dapat ‘membaca’ warna dan haluan penerbitan sebuah penerbit, bahkan mereka sendiri yang memberitahukan secara terbuka. Seperti saat ini menjelang akhir tahun, penerbit sudah punya ‘cetak biru’ judul-judul dan konsep yang akan digarap. Jadi, lebih efektif mengenali penerbit dan mempersiapkan naskah tanpa perlu bertanya. Pertanyaan itu mengesankan penulis tidak memahami penerbit itu sendiri. Begitu Mbak.
Info ini bermanfaat bagi penulis seperti saya. Terima kasih mas
Sama-sama Mas Erick… 🙂
Mantapp.. informatif.. suka dengan kalimat yang ini, “Jangan terlalu banyak bertanya, berkaryalah dan kirimkan segera.”
Jadi semangaatttt ^-^
makasih pak bambang
Maaf, Pak, keluar topik. Saya mau tanya, kalau mau cari (beli) buku Taktis Menulis Buku Maximalis (Salamadani) dan Taktis Menyunting Buku Maximalis (Salamadani) di mana, ya. Saya sudah coba cari di Toga Mas Jogja, Social Agency Baru Jogja, dan Gramedia, tapi nggak dapat. Mungkin Pak Bambang tahu informasinya. Terima kasih 🙂
Taktis Menulis Buku belum terbit… 🙂 Kalau Taktis Menyunting Buku bisa dipesan via Dixigraf yang alamatnya ada di blog ini.
Pingback: Memilih Tema Buku Yang Pasti Laku Di Indonesia
Ya bisa saja ego dikedepankan dengan menyasar pasar captive (terbatas) ataupun niche (ceruk), tetapi tetap prinsip pemasaran harus dikuasai terlebih dahulu.