Manistebu.com | Penulisan memang terasa seperti perjodohan dan perjodohan adalah pertemuan yang ditakdirkan. Seorang penulis pasti punya pengalaman mengapa ia bertemu dengan kesenangan menulis atau dorongan apa yang membuat ia ingin menulis. Bahkan, para penulis profesional punya momen-momen penting yang membuat mereka membanting stir kehidupan untuk memilih jalan keabadian menulis.
Perjodohan penulis yang sangat penting adalah perjumpaannya dengan ide. Ide atau gagasan memang sebuah perjumpaan/pertemuaan, bukanlah pencarian. Ide ditemukan terkait dengan hasrat yang dibaluri pengalaman berikut pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman-pengalaman.
Ide menampakkan dirinya pada kejernihan pikiran dan perasaan meskipun sang penulis dalam keadaan terdesak oleh waktu atau terpojok oleh keadaan. Karena itu, penulis yang stres sekalipun dapat saja bersua ide tanpa harus ia pahami.
Penerbit adalah jodoh penulis selanjutnya yang membuat karyanya diolah lalu disebarkan. Terkadang perjodohan dengan penerbit adalah pertaruhan apakah karya “layu sebelum berkembang” atau menemukan momentumnya merajai pasar.
Ketika penulis tak menemukan jodoh satu pun dalam penerbitan, mereka memilih menjadi penerbit itu sendiri (self publisher) dan “mencumbui” bayangnya.
Siapa lagi yang akan berjodoh dengan penulis? Penulis juga dapat berjodoh dengan para pekerja kreatif penerbitan lainnya, seperti desainer dan ilustrator. Ia memerlukan “proses kimia” untuk dapat bekerja sama menghasilkan ide-ide kreatif. Niscaya bukunya menjadi lebih berdaya.
Perjodohan adalah sebuah proses. Proses mengenali dan juga mendalami. Begitupun menulis adalah sebuah proses untuk menghasilkan produk bernama tulisan. Dua proses yang harus digauli seorang penulis adalah menggagas dan menulis itu sendiri.
Penulis harus berpacaran dengan bacaan serta buku-buku dan menjadikan membaca sebagai keranjingan tingkat dewa. Karena itu, membaca membawanya pada sang Dewa Cinta (Amor) hingga menemukan jodohnya: terus menulis!
Ba(ha)sa Basi Bambang Trim

Bambang Trim adalah Pendiri Penulis Pro Indonesia (Penprin). Ia telah berpengalaman 30 tahun di dunia penulisan-penerbitan serta telah menulis lebih dari 250 buku (1994–2023). Ia tercatat sebagai perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia. Kini, ia menjadi Ketua Umum Perkumpulan Penulis dan Editor Profesional periode 2022–2026. Bambang Trim aktif di Pusat Perbukuan, Kemendikbudristek sebagai narasumber dan anggota Komite Penilaian Buku Teks.
“Hanya5Alinea” ini gerakan menulis pak bambang ya? hehehe.. oke punya nih. klo gerakan saya gerakan “3paragraf”, pak :d
Hehehe gerakan untuk diri sendiri… menulis dengan membatasi diri pada lima alinea, lumayan Mas untuk menebalkan myelin menulis. 🙂