Bisa menggagas, tetapi tidak bisa menulis adalah kebiasaan orang-orang yang sangat menonjol authoring-nya. Mereka memang pantas disebut pengarang dengan begitu banyak ide hendak digelontorkan. Namun, sayangnya mereka kerap merasa tidak mampu menuliskannya, terkadang sempitnya waktu menjadi alasan atau memang tidak terampil dalam menulis.
Ada kecenderungan kini para author memberanikan diri menulis, tetapi tulisannya menjadi berformat gado-gado–tidak terstruktur. Karena itu, seorang author atau pengarang belum tentu juga seorang penulis (writer) yang memahami komposisi sebuah tulisan. Ide saja tidak cukup untuk membuat dia kemudian mampu mengeksekusi dengan baik dan menyajikan harmoni makna kepada pembacanya.
Idealnya dua kemampuan menggagas (authoring) dan menulis (writing) dikuasai secara bersamaan dengan semacam teknik berlatih. Jika Anda cenderung pada fiksi, Anda pun akan melatihkan ‘otot-otot’ menulis Anda untuk merangkai sebuah kisah yang diwujudkan dalam rangkaian kata-kata. Misalnya, Anda melihat sebotol air mineral, coba Anda tuliskan dalam tiga paragraf kisah tentang air mineral. Pikiran Anda akan berpikir kali pertama mengingat-ingat pengalaman dengan sebotol air mineral, baik itu pengalaman diri sendiri atau pengalaman orang lain. Pikiran Anda juga mungkin melesat pada soal asal usul air mineral dan kisah tentang produk bernama Aqua yang dulu menjadi produk tertawaan orang-orang. Banyak hal bisa Anda tuliskan, tetapi tadi, tidak cukup kepiawaian menuliskannya. Karena itu, Anda perlu pelatihan kalau memang menulis menjadi hasrat Anda.
Kalau Anda tetap frustrasi sebagai author, tentu Anda gunakan jalan lain dengan merekrut seorang ghost writer atau co-writer untuk membantu Anda menuliskan berbagai ide yang berkecamuk di kepala. Beberapa orang lagi merasa memerlukan editor walaupun kemudian editor akhirnya menjadi penulis pendamping juga dengan melakukan rewriting. Namun, menemukan writer atau editor yang bisa menjadi soulmate Anda juga tidak mudah. Mereka harus orang-orang yang mengerti dan berempati dengan kegalauan Anda, lalu menemukan formula yang tepat untuk menuliskan beban ide Anda itu.
Menggagas dan menulis dua keterampilan yang sekaligus bisa dilatihkan dan didalami. Seseorang yang mengaku profesional di dalam bidang ini biasanya menguasai keduanya dengan sama baiknya, seperti teori keseimbangan otak kiri dan otak kanan. Dan sejujurnya tidak pernah ada mata air ide yang dapat kering di dalam lautan kehidupan ini dan tidak pula seseorang mampu menuliskan semuanya. Masih banyak hal yang tersembunyi yang belum dituliskan manusia, ada pula hal yang diulangtulis berkali-kali, ada pula hal yang disempurnakan. Jadi, menulis sesuatu itu yang memang sesuatu–terus bergulir bersamaan dengan waktu. Karena itu, ketika Anda cuma menggagas, waktu tidak akan berkompromi menunggu.
Ba(ha)sa Basi Bambang Trim
Hanya5Alinea ©2012 oleh Bambang Trim

Bambang Trim adalah Pendiri Penulis Pro Indonesia (Penprin). Ia telah berpengalaman 30 tahun di dunia penulisan-penerbitan serta telah menulis lebih dari 250 buku (1994–2023). Ia tercatat sebagai perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia. Kini, ia menjadi Ketua Umum Perkumpulan Penulis dan Editor Profesional periode 2022–2026. Bambang Trim aktif di Pusat Perbukuan, Kemendikbudristek sebagai narasumber dan anggota Komite Penilaian Buku Teks.