Perjumpaan penulis yang berkesan justru bukan dengan penerbit yang meminang karyanya untuk diterbitkan. Perjumpaan yang menggoreskan makna adalah perjumpaan penulis dengan pembacanya. Pembaca lalu memberikan umpan balik, baik itu berupa pujian, harapan, maupun kritikan. Penulis akan merasa benar-benar menjadi penulis.
Perjumpaan karya dengan pembaca itu memang susah-susah gampang. Bukan rahasia lagi semakin banyak penerbit, semakin banyak buku, semakin terbatasnya toko-toko buku maka semakin kecil peluang mempertemukan buku dengan pembacanya. Pertemuan itu menjadi sebuah takdir karena diperlukan daya pikat tertentu untuk menarik perhatian calon pembaca. Daya pikat itu bisa judul, tampilan kover, blurb (teks di kover belakang), ataupun spine (judul punggung).
Kalau karya tak mampu dipertemukan dengan pembacanya, sang penulis pun alamat takkan bertemu dengan pembacanya yang potensial. Boleh jadi kini kita mampu mempertemukan karya kita dengan pembaca di media sosial ataupun blog dan website, tetapi diperlukan usaha untuk meyakinkan mereka membeli buku tanpa menyentuhnya. Walaupun demikian, penerbit sangatlah berkepentingan menjadi event organizer dalam pertemuan atau perjumpaan ini. Namun, kerapkali sebuah karya, terutama buku tidak dapat dipertemukan sama sekali dengan calon pembaca potensial karena tenaga dan usaha yang kurang.
Siapa pembaca potensial itu? Mereka adalah pertama orang-orang yang memiliki dana cukup untuk membeli buku dan punya keinginan kuat untuk membaca serta mengoleksi buku. Kedua, mereka adalah orang-orang yang menghargai penulis (termasuk mereka yang tidak suka meminta buku gratis kepada penulis). Ketiga, orang-orang yang memahami arti penting literasi dan buku sudah menjadi gaya hidup mereka. Kaum potensial seperti ini memang tidak banyak di Indonesia, tetapi mereka terus bertumbuh dan bertumbuh. Mereka harus diberi tahu dan dipikat dengan teknik marketing yang andal.
Kalau penulis sudah dapat dipertemukan dengan pembacanya, hati pun senang tiada terkira. Kegiatan turunan dari ini adalah ritual menandatangani buku, berfoto bersama, sampai kemudian bertukar nomor hp atau pin BB. Silaturahim terpanjangkan menyangkut konten buku. Manfaat buku menyebar sampai pada titik yang tidak pernah terbayangkan oleh penulis; mengubah orang lain!
Ba(ha)sa Basi Bambang Trim
Hanya5Alinea ©2012 oleh Bambang Trim

Bambang Trim adalah Pendiri Penulis Pro Indonesia (Penprin). Ia telah berpengalaman 30 tahun di dunia penulisan-penerbitan serta telah menulis lebih dari 250 buku (1994–2023). Ia tercatat sebagai perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia. Kini, ia menjadi Ketua Umum Perkumpulan Penulis dan Editor Profesional periode 2022–2026. Bambang Trim aktif di Pusat Perbukuan, Kemendikbudristek sebagai narasumber dan anggota Komite Penilaian Buku Teks.