Buku apa yang mengesankan sepanjang 2012 ini? Tentu saja kita membicarakan buku lokal, dari penulis lokal, dan diterbitkan penerbit lokal. Meski deru bisnis perbukuan di Tanah Air mengalami stagnasi dalam kurun 2-3 tahun terakhir ini, tetaplah buku-buku terbaik atau mencuri perhatian diterbitkan.
Untuk kali pertama dalam Indonesia Book Fair 2012, Ikapi memberikan penghargaan Book of the Year yang jatuh pada buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong karya Tjahja Gunawan Diredja. Pesaing utama dari buku ini untuk mendapatkan predikat itu adalah Sepatu Dahlan karya Krishna Pabhicara yang juga melesat mencuri perhatian. Namun, penjualan buku CT dalam rentang kurang dari setahun yang menembus angka lebih dari 100.000 eksemplar memanglah sangat fenomenal—di luar soal iklan yang jor-joran di media milik beliau. Konten dan kemasan bukunya tetap diakui sangat bagus, selain juga harganya yang melandai untuk ukuran buku sejenis.
Soal Book of the Year ini lain lagi dengan versi anugerah yang diselenggarakan beberapa lembaga/institusi. Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) misalnya, yang rutin memberikan penghargaan untuk karya sastra terbaik mengganjar novel Semusim (Dan Semusim Lagi) karya Andian Dian Dwi Fatma sebagai juara I. Sayembara yang sangat ketat ini juga memilih empat buku (pemenang unggulan), yaitu Dasamuka karya Junaedi Setiyono, Kei karya Erni Aladjai, Simpul Waktu karya Sulfiza Ariska, dan Surat Panjang tentang Jarak Kita yang Jutaan Tahun Cahaya karya Ni Putu Dewi Kharisma Michelia. Buku dan penulis yang mungkin terdengar asing bagi jagat perbukuan populer di Indonesia. Namun, itulah buku (novel) 2012 pilihan DKJ.
Senapas dengan DKJ, ada lagi penghargaan untuk karya sastra terbaik versi Khatulistiwa Literary Award (KLA). Mereka yang dianggap terbaik mewakili tahun 2012 adalah Maryam karya Okky Madasari (novel/prosa) dan Postkolonial dan Wisata Sejarah karya Zeffrey Alkatiri (puisi). Penghargaan yang hanya diperuntukkan bagi dua kategori ini yaitu fiksi (prosa/novel) dan puisi ini juga menyebutkan 5 besar nomine yang juga menampakkan nama-nama sastrawan besar:
Fiksi
- Cerita Cinta Enrico, Ayu Utami
- 65, Gitanyali
- Seekor Anjing Mati di Bala Murghab, Linda Christanty
- Maryam, Okky Madasari
- Gadis Kretek, Ratih Kumala
Puisi
- Secangkir Harapan, Aspar Paturusi
- Langit Pilihan, Eka Budianta
- Benih Kayu Dewa Dapur, Hana Fransisca
- Mahna Hauri, Hasan Aspahani
- Postkolonial dan Wisata Sejarah, Zeffry Alkatiri
Tidak boleh tertinggal adalah menyebutkan buku tahun 2012 versi pembaca Indonesia yang dimotori Goodreads Indonesia dalam ajang Festival Pembaca Indonesia. Penghargaan yang dilakukan dengan cara pooling terbanyak ini menghasilkan nomine terfavorit sebagai berikut:
- Penulis dan Buku Fiksi Terfavorit: Negeri Para Bedebah oleh Tere Liye
- Penulis dan Buku Non Fiksi Terfavorit: How To Master Your Habits oleh Felix Y. Siauw
- Penulis dan Buku Puisi Terfavorit: Mata Ketiga Cinta oleh Helvy Tiana Rosa
- Penulis dan Buku Komik/Novel Grafis Terfavorit: 33 Pesan Nabi Vol. 2: Jaga Hati, Buka Pikiran oleh Vbi Djenggotten
- Sampul Buku Fiksi Terfavorit: Berjuta Rasanya oleh Mano Wolfie
- Sampul Buku Non Fiksi Terfavorit: How To Master Your Habits oleh Tim Khilafah Press
- Sampul Buku Puisi Terfavorit: Dear You: Demi Apa? Demikian Aku Mencintaimu oleh Dwi Anissa Anindhika
- Sampul Buku Komik/ Novel Grafis Terfavorit: 33 Pesan Nabi Vol. 2: Jaga Hati, Buka Pikiran oleh Vbi Djenggotten
Sebenarnya ada novel yang juga mencuri perhatian pada akhir 2012 ini yaitu karya Leila S. Chudori berjudul Pulang. Pulang mengisahkan drama keluarga, persahabatan, cinta dan pengkhianatan berlatar belakang tiga peristiwa bersejarah: Indonesia 30 September 1965, Prancis Mei 1968, dan Indonesia Mei 1998. Tampaknya novel ini sedang merambat menuju predikat best seller juga.
Kita juga tidak akan melewatkan tokoh dan peristiwa yang selalu melatari setiap tahun hingga kemudian muncul dalam bentuk buku. Dua tokoh yang patut diketengahkan di sini dan seolah menjadi magnet perbukuan adalah Dahlan Iskan dan Jokowi. Sepanjang 2012, lebih dari 10 judul buku tentang mereka, terutama kategori faksi (biografi/autobiografi) telah terbit dari berbagai penerbit. Novel berbasis kisah nyata Dahlan Iskan yaitu Sepatu Dahlan karya Krishna Pabichara (terbitan Noura Books) sontak menjadi novel yang mencuri perhatian dan penjualannya merambat cepat menuju best seller. Begitu juga dengan autobiografi resmi Jokowi berjudul Jokowi: Memimpin Kota Menyentuh Jakarta yang diterbitkan Metagraf (imprint Tiga Serangkai) diluncurkan November 2012 dan sudah mengalami cetak ulang sebulan kemudian.
Dari kelompok buku religi nonfiksi, terutama Islam, muncul nama Felix Y. Siauw, ustad muda yang menyentak dengan bukunya: How to Master Your Habits terbitan Khilafah Press. Kover buku yang menarik, tulisan yang renyah, dan isu-isu aktual yang diangkat menjadikan buku ini masuk jajaran buku religi yang laris manis. Karya-karya buku sang ustad tahun ke depan, kemungkinan akan menjadi magnet dan penyegaran buku-buku religi Islam, di samping karya Ustad Yusuf Mansur (YM) yang pada 2012 ini juga keluar beberapa judul serta tampilan kover yang lebih ngepop.
Bagaimana dengan buku bisnis dan entrepreneurship? Nama Ippho Santosa dengan bukunya Hanya 2 Menit lanjutan dari 7 Keajaiban Rezeki dan Percepatan Rezeki (terbitan Elexmedia) memang tidak bisa dilewatkan. Buku yang pas momentum dan pas pembaca meskipun isinya berupa ringkasan-ringkasan berbutir-butir—posisinya bisa sebagai buku bisnis dan buku religi. Karena itu, pasar muslim entrepreneur yang tengah bangkit ini dibangunkan lagi awal tahun dengan buku Moslem Millionaire, bahkan sudah dibuka preordernya. Kover buku terbaru ini juga senada dengan Percepatan Rezeki, wanita bercadar dan latar belakang Menara Eiffel. Kaya, usaha, lalu masuk surga adalah tema yang tak pernah mati.
Satu hal yang menarik juga tahun 2012 ini terkait buku adalah difilmkannya beberapa novel ataupun kisah nyata ke layar lebar. Perahu Kertas, 5 cm, serta Ainun dan Habibie adalah contoh buku yang difilmkan dan mendapat respons yang sangat baik. Dua yang terakhir, bahkan muncul pada akhir tahun ini dan secara mengejutkan ditonton masyarakat Indonesia dengan antusias. Film 5 cm yang diangkat dari novel karya Donny Dhirgantoro, bahkan menembus angka 1 juta penonton.
Ada yang terlewat? Tentu tidak semua buku yang mencuri perhatian dapat saya sampaikan dalam catatan ringan ini. Ada buku bagus terkadang tidak menjadi buku yang laku; sebaliknya, ada buku yang kurang bagus, tetapi menjadi buku yang laku. Itu sudah menjadi fenomena biasa dalam dunia buku.
Nah, yang terlewat adalah soal buku anak. Sungguh, saat ini kurang sekali anugerah terhadap buku anak terbaik, kecuali yang diadakan Ikapi DKI dalam perhelatan Islamic Book Fair. Buku anak dan penulis buku anak kita seperti berada di ruang lain, padahal buku anak termasuk penyumbang omzet terbesar bagi bisnis perbukuan nasional. Serial buku yang tetap menjadi favorit anak-anak adalah seri Kecil-Kecil Punya Karya (KKPK). Seri KKPK mampu bersaing dengan buku anak terjemahan yang memang membanjiri pasar lokal.
Keadaan kemajuan literasi untuk anak Indonesia ini memang patut menjadi perhatian, terutama agar muncul buku-buku hebat setiap tahun yang dapat mencuri perhatian pembaca anak. Ada perjuangan memang yang dilakukan Komunitas Penulis Bacaan Anak (KPBA) yang dimotori Ali Muakhir, Benny Ramdhani, Ary Nilandari, dkk. Semoga ke depan ada kategori dari lembaga mana pun untuk memberi penghargaan kepada penulis buku anak dan bukunya yang terbaik.
Sekarang tinggal menantikan kejutan buku, tokoh, peristiwa, dan wacana pada 2013. Berharap juga dunia perbukuan Indonesia makin membaik dan kondusif untuk menampung karya-karya kreatif penulis Indonesia.[]

Bambang Trim adalah Pendiri Penulis Pro Indonesia (Penprin). Ia telah berpengalaman 30 tahun di dunia penulisan-penerbitan serta telah menulis lebih dari 250 buku (1994–2023). Ia tercatat sebagai perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia. Kini, ia menjadi Ketua Umum Perkumpulan Penulis dan Editor Profesional periode 2022–2026. Bambang Trim aktif di Pusat Perbukuan, Kemendikbudristek sebagai narasumber dan anggota Komite Penilaian Buku Teks.
Andaikan ada ajang penghargaan untuk dunia penulisan, seperti FFI di dunia film. Saya membayangkan ada dua orang yang membacakan nominasi dari masing-masing kategori. Misal, Penulis Muda Pria Favorit, Buku Fiksi Terbaik, Editor Terbaik, Terjemahan Terbaik, dll.
Itu yang juga kita mimpikan di negara besar ini. 🙂
syukurlah budaya literasi kita masih hidup Pak. Semoga tahun depan dan kedepan lagi buku-buku yang berkualitas dan juga mencerahkan (dalam sisi apapun) juga semakin banyak di produksi. Tentunya harapan juga diimbangi oleh meningkatnya minat baca. Terima kasih share nya Pak Bambang
Aamiin… semoga tahun-tahun ke depan lebih baik lagi.