Apa tujuan Anda sebenarnya jika mengikuti pelatihan-pelatihan  menulis? Tentulah Anda ingin tahu bagaimana menulis itu dapat dilakukan dan bagaimana hambatan-hambatan yang ada diri Anda dihilangkan. Selain itu, ada pula yang spesifik ingin mengetahui seluk beluk penulisan buku, tentunya dengan metode tertentu.
Kebanyakan  pelatihan penulisan memang menawarkan sukses bagi Anda untuk menulis. Namun, terkadang unsur penting metode dan proses langkah demi langkah terabaikan. Ada saja pelatihan yang hanya mengisahkan kisah sukses sang penulis tanpa pernah sekalipun si penulis menunjukkan bagaimana ia bisa menulis. Hal ini dapat dimaklumi karena si penulis pun memang tidak mengetahui mengapa ia bisa menulis atau lebih tepatnya ia mengalami “mendadak menulis”. Peluang dan keberuntungan membuatnya langsung bisa berkarya dan diterbitkan.
Menulis tetaplah sebuah proses yang dapat dijabarkan langkah demi langkah. Menulis tentu bermula dari ide yang dikembangkan menjadi topik dan kerangka penulisan. Tahun 1972 Donald M. Murray memublikasikan sebuah  manifesto singkat berjudul “Teach Writing as a Process Not Product”. Murray, seorang wartawan sekaligus guru ini, mulai mendengungkan pentingnya proses daripada produk dalam tulisan. Begitu pula Maxine Hairston, pada tahun 1982 berpendapat bahwa pengajaran menulis telah mengalami “pergeseran paradigma” dari  berfokus pada produk tulisan menjadi bergerak fokus pada proses menulis.

Jadi, pelatihan-pelatihan menulis memang harus memperhatikan proses bukan sekadar teknik yang menyiratkan “mendadak menulis”. Proses standar itu adalah prewriting-drafting-revising-editing-publishing. Contohnya, jika ada yang mempraktikkan teknik free writing yaitu menulis bebas saat melakukannya tanpa berfokus soal tata bahasa, teknik itu dipraktikkan pada drafting. Dalam revising dan editing, para calon penulis diberi pengetahuan bahwa mereka dapat melakukan perbaikan-perbaikan pada tulisan mereka sebelum dipublikasikan.
Dalam banyak pelatihan tentang penulisan buku, saya selalu menekankan output akhir dari pelatihan adalah outline buku dan draf naskah. Dari sini biasanya para peserta termotivasi untuk menyelesaikan naskah dengan komitmen tertentu. Biasanya pasca-pelatihan saya  masih  mendampingi dalam bentuk konsultasi dan review naskah yang tengah dikerjakan. Beberapa peserta pun akhirnya bisa menembus penilaian para penerbit.[BT]

Bambang Trim adalah Pendiri Penulis Pro Indonesia (Penprin). Ia telah berpengalaman 30 tahun di dunia penulisan-penerbitan serta telah menulis lebih dari 250 buku (1994–2023). Ia tercatat sebagai perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia. Kini, ia menjadi Ketua Umum Perkumpulan Penulis dan Editor Profesional periode 2022–2026. Bambang Trim aktif di Pusat Perbukuan, Kemendikbudristek sebagai narasumber dan anggota Komite Penilaian Buku Teks.