Ini petikan berita sebuah media daring ‘online’
“Buku ini memang tebal, terus terang saya stres, setelah jadi ternyata tebal buku ini,” ujar SBY dalam sambutan bukunya di Assembly Hall Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat, (17/12014) malam.
Begitulah Pak SBY mengaku mengalami stres menulis buku ini saking tebalnya karena takut tidak dibaca orang. Buku berjudul Selalu Ada Pilihan itu memang bertebal 800 halaman. Sebenarnya masih kalah tebal dari Nagabumi II, sebuah novel silat
Stres pada penulis itu biasa, terutama tekanan akibat tenggat ‘deadline’ yang ketat. Seperti saat ini saya pun harus dikejar-kejar tenggat untuk menyelesaikan naskah 101 Solusi Editing setebal lebih dari 360 halaman. Bukan apa-apa, ketika menulis, muncul perkara baru yang harus saya masukkan sehingga naskah terus bertambah.
Boleh jadi Pak SBY juga sebenarnya mengalami tekanan soal tenggat. Buku itu paling tidak harus terbit sebelum April 2014. Jadi, momen yang bagus adalah Januari 2014.
Lalu, buku itu juga paling tidak bisa mendorong sedikit naik elektabilitas Partai Demokrat dengan mengungkapkan pemikiran SBY terkini. Jadilah stres karena tenggat sebelum Pemilu 2014 dan ujungnya juga sangat tebal demi memasukkan semua pemikiran.
Buku tebal juga pernah ditulis Presiden Soekarno, Di Bawah Bendera Revolusi, dengan ketebalan di atas 600 halaman serta dalam ukuran besar hampir A4. Buku itu pun menjadi warisan sejarah tentang intelektualitas presiden pertama RI itu.
Kembali soal stres dalam menulis. Pertama, memang tersebab tenggat karena buku terkadang punya momentum tertentu yang pas diluncurkan. Untuk mengatasi hal ini tidak ada lain memang harus disiplin menulis pada jam-jam tertentu yang memang lowong atau kondusif untuk menulis.
Kedua, stres dapat muncul karena kekurangan bahan tulisan sehingga bisa menyebabkan writer’s block. Untuk mengatasi hal ini tentu saja sang penulis harus rajin menelusuri perpustakaan atau toko buku dan jangan terlalu mengandalkan Om Google.
Ketiga, stres juga boleh terjadi karena terlalu banyak bahan sehingga menimbulkan kepusingan sendiri. Untuk hal ini, cobalah mengulang kembali menentukan big picture dari tulisan dan memecahnya ulang menjadi small picture yang benar-benar mewakili topik tulisan. Jangan memaksakan sesuatu yang tidak atau kurang penting untuk dijejalkan ke dalam naskah, apalagi menjejalkan begitu banyak definisi-definisi.
Baiklah semoga Anda tidak stres menulis seperti Pak SBY, kecuali Anda memang seorang presiden atau capres yang tentu banyak sekali hal harus diurusi di negeri ini. Tetap semangat menulis bersama MANISTEBU. 🙂
©2014 oleh Bambang Trim

Bambang Trim adalah Pendiri Penulis Pro Indonesia (Penprin). Ia telah berpengalaman 30 tahun di dunia penulisan-penerbitan serta telah menulis lebih dari 250 buku (1994–2023). Ia tercatat sebagai perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia. Kini, ia menjadi Ketua Umum Perkumpulan Penulis dan Editor Profesional periode 2022–2026. Bambang Trim aktif di Pusat Perbukuan, Kemendikbudristek sebagai narasumber dan anggota Komite Penilaian Buku Teks.