Satu aktivitas yang tak kenal kata pensiun adalah menulis. Uniknya aktivitas ini bisa dimulai sejak kecil hingga seseorang menjelang uzur. Banyak kisah tentang para penulis yang masih setia menulis walau sudah uzur.
Menulis menjadi aktivitas yang tak terbatas ruang dan waktu. Di mana pun seseorang kini bisa menulis menggunakan catatan kecil, atau lebih modern dengan perangkat notebook, tablet, bahkan smartphone. Waktu juga begitu fleksibel, menyesuaikan dengan saat paling tenteram untuk menulis, seperti saat malam hari atau subuh hari.
Bagaimana dengan mereka yang akan mengisi hari-harinya dengan pensiun? Satu jawaban yang mudah, murah, dan meriah dalam hati adalah menulis. Ya, tentu apalagi menulis tidak sekadar menulis, tetapi sesuatu yang dapat dibukukan menjadi warisan untuk anak cucu.
Masalahnya bagaimana jika para pensiunan itu tidak punya bekal kemampuan menulis. Kembali pada paragraf pertama bahwa hal itu dapat dilatihkan meskipun para pensiunan sudah memasuki usia di atas kepala lima. Tips paling mudah adalah memulai dulu dengan apa yang dirasakan dan ingin dikeluarkan.
Nah, baru kemudian kita mengenali apa yang hendak ditulis. Kisah imajinasikah? Pembelajarankah? Atau kisah nyata berdasarkan perjalanan hidup? Umumnya banyak pensiunan yang akan mengambil jalur nonfiksi, yaitu memaparkan tentang pengalamannya sebagai ilmu atau keterampilan.
Sebuah proses dan metode standar yang selalu saya latihkan untuk siapa pun termasuk pensiunan adalah prewriting-drafting-revising-editing-publishing. Memang metode ini pun harus diikuti dengan pendampingan hingga seseorang dapat menghasilkan buku.
Mewujudkan impian menulis buku setelah pensiun saat ini makin dipermudah dengan kehadiran teknologi. Dengan hanya biaya kurang dari Rp3 juta, seseorang sudah bisa menerbitkan buku sendiri, termasuk menjualnya dalam format digital.
Tidak percaya? Silakan menfaatkan kursus privat dan pendampingan yang saya tawarkan. 🙂
Hak cipta © Bambang Trim 2014

Bambang Trim adalah Pendiri Penulis Pro Indonesia (Penprin). Ia telah berpengalaman 30 tahun di dunia penulisan-penerbitan serta telah menulis lebih dari 250 buku (1994–2023). Ia tercatat sebagai perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia. Kini, ia menjadi Ketua Umum Perkumpulan Penulis dan Editor Profesional periode 2022–2026. Bambang Trim aktif di Pusat Perbukuan, Kemendikbudristek sebagai narasumber dan anggota Komite Penilaian Buku Teks.