Bentuk tulisan berikut ini mungkin akrab dalam ingatan Anda, yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi. Ada yang menikmati dan bersemangat dengan materi pembelajaran mengarang ini di sekolah dasar. Namun, tidak sedikit pula yang dibuat pusing dengan pembagian bentuk ini.
Tulisan ini tidak hendak memaparkan tentang pembelajaran mengarang dari keempat bentuk tulisan tersebut. Namun, bagi mereka yang berkiprah di dunia tulis-menulis atau karang-mengarang, pentinglah untuk mengetahui dasar pembagian bentuk serta ragam tulisan/karangan.
Mengutip The Liang Gie dalam bukunya Terampil Mengarang (Penerbit Andi, 2002) pembagian bentuk tadi disebut sebagai klasifikasi pertama atau klasifikasi induk. Sebagai induk maka wajar jika kita dikenalkan pada jenis tulisan/karangan tersebut kali pertama belajar di SD. Kita tidak dikenalkan pembagian secara jenis, seperti fiksi, nonfiksi, dan faksi.
Klasifikasi kedua atau klasifikasi turunan memaparkan hierarki berikut ini:
RAGAM
JENIS
RANAH/LARAS
MACAM
Klasifikasi kedua didasarkan pada tujuan dan isi (konten) bahan tulisan tersebut. Tujuan orang mengarang pada dasarnya dibagi dua, yaitu
- memberi informasi, memberitahukan sesuatu;
- memberi hiburan, menggerakkan hati.
Dari tujuan memberi informasi maka tersurat adanya data dan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan si penulis/pengarang. Karena itu, tulisan/karangan jenis ini disebut tulisan/karangan faktawi.
Sebaliknya, tujuan tulisan/karangan untuk memberi hiburan lazimnya didasarkan dari hasil imajinasi, fantasi, dan khayalan si penulis/pengarang. Karena itu, tulisan/karangan jenis ini disebut tulisan/karangan khayali (The Liang Gie, 2002: 26).
The Liang Gie menyebutkan istilah yang digunakan John Riebel dalam bukunya How to Write Reports, Papers, Theses, Articles terbitan 1978, untuk kedua ragam tulisan/karangan tersebut yaitu factual writing dan imaginative writing. Jadi, ragam tulisan/karangan dapat dibagi ke dalam dua tulisan/karangan besar.
Selanjutnya, karangan faktawi dapat dipecah lagi berdasarkan pembaca sasaran yang dituju yaitu karangan ilmiah dan karangan informatif. Karangan ilmiah ditujukan untuk kalangan pembaca yang termasuk pakar/ahli atau berpendidikan tinggi, sedangkan karagan informatif lebih ditujukan pada masyarakat secara umum.
Saya kemudian mencoba memodifikasi lagi hierarki ragam tulisan seperti berikut ini:
Untuk tulisan/karangan faktawi, saya menggunakan istilah umum saat ini yaitu nonfiksi. Untuk tulisan/karangan khayali, saya menggunakan istilah fiksi yang pada dasarnya sama dengan genre dalam karya sastra. Selanjutnya, ada satu genre yang saya masukkan sebagai faksi yaitu gabungan antara fakta dan fiksi dengan contoh biografi, autobiografi, dan memoar.
Di samping pembagian yang didasarkan pada tujuan dan isi tulisan/karangan, ada pembagian yang didasarkan pada sifat publikasi seperti berikut ini.
Sifat Tulisan | Deskripsi dan Contoh |
Tulisan/Karangan Pribadi Tertutup | Tulisan bersifat pribadi atau antara dua orang yang memiliki hubungan khusus hingga cenderung dirahasiakan, seperti surat wasiat, surat cinta, surat rahasia. |
Tulisan/Karangan Pribadi Terbuka | Tulisan bersifat pribadi yang cenderung sengaja atau dibiarka dibaca oleh orang banyak, seperti pembaruan status di media sosial, surat terbuka, iklan permohonan maaf. |
Tulisan/Karangan Publik Terbatas | Tulisan bersifat umum untuk kalangan terbatas di suatu lingkungan (perusahaan, lembaga pemerintah, dan komunitas), seperti surat keputusan, proposal, teks pidato. |
Tulisan/Karangan Publik Tidak Terbatas | Tulisan bersifat umum untuk kalangan tidak terbatas dan sengaja dibuat agar dibaca sebanyak mungkin orang, seperti artikel media, berita media, iklan produk. |
Nah, itulah dasar-dasar pembagian bentuk dan ragam tulisan/karangan sehingga kemudian muncul berbagai macam karangan/tulisan dengan ciri-ciri tertentunya. Para penulis yang mengambil jalan writerpreneur ada yang memilih spesialisasi berada pada satu jenis tulisan/karangan atau ada yang memilih jalur generalis dengan berada di tiga jenis tulisan/karangan sekaligus (fiksi, nonfiksi, dan faksi).
Berkiprah di Banyak Ranah
Lalu, apakah mungkin seseorang dapat menguasai berbagai jenis tulisan atau ranah/laras tulisan? Pada dasarnya menulis adalah keterampilan hidup yang dapat dikuasai siapa pun. Otak dan kemampuan manusia sangatlah mampu untuk mengenali dan mempraktikkan begitu banyak macam tulisan. Sebagai contoh: apakah Anda bisa membedakan berita dan feature? Apakah Anda bisa membedakan artikel dan esai?
Pembeda-pembeda itu dapat dikenali dari segi konten (isi) dan juga cara penyajian tulisan. Beberapa tulisan seperti dalam ranah jurnalistik dianalogikan ke dalam beberapa bentuk, seperti berita sama dengan segitiga terbalik dan artikel sama dengan jam pasir.
Saya sendiri yang termasuk berkiprah di banyak ranah. Dalam studi S1 di Sastra Indonesia, Unpad, saya mempelajari porsi lebih besar untuk publishing science. Namun, saat menyusun skripsi, saya memilih jalur penelitian sastra anak. Hal ini menarik minat saya untuk mempelajari menulis untuk anak. Alhasil, karena membuat skripsi yang mengandung kritik terhadap penyajian novel anak, saya pun berusaha membuat buku anak yang memenuhi kriteria layak baca untuk anak.
Pada Lomba Penulisan Cerita Keagamaan (Depag RI, 2000) yang ditujukan untuk tingkat pembaca SD, karya saya Pesta Sayuran mendapatkan penghargaan juara I. Juri lomba di antaranya Ibu Titi Said (alm.) yang salah satu karya novel anaknya termasuk karya yang saya kaji di dalam skripsi dan saya kritik (tanpa beliau tahu tentunya). Skripsi saya sendiri kemudian mendapat bantuan Program Pustaka I Ford Foundation dan Adikarya Ikapi untuk diterbitkan menjadi buku.
Tulisan untuk anak, saya ketahui kemudian termasuk ranah tersendiri dengan pembagian jenis yang sama, yaitu fiksi anak, nonfiksi anak, dan faksi anak. Pembeda yang jelas antara karya untuk anak dan karya untuk orang dewasa adalah dari segi penyajian bahasa, kadar isi (konten), dan adanya beberapa “pantangan” yang perlu diperhatikan seperti sifat menggurui.
***
Silakan mencermati dasar pembagian bentuk dan ragam tulisan/karangan agar Anda semakin paham beradaptasi untuk menjadi penulis. Pembagian ini tidak selalu sama dengan beberapa pendapat lain. Sebagai contoh soal faksi, mungkin masih ada yang menganggapnya tetap berada pada genre nonfiksi.
Semoga bermanfaat.
©2014 oleh Bambang Trim
Praktisi penulisan-penerbitan yang kini berkonsentrasi pada pengembangan pelatihan dan jasa penerbitan pada ranah penulisan bisnis dan penulisan akademis. Ia telah menulis lebih dari 150 judul berbagai jenis. Lulusan D3 Prodi Editing Unpad dan S1 Sastra Unpad ini juga pernah mengajar di almamaternya dan juga di Jurusan Penerbitan, Politeknik Negeri Jakarta dan Politeknik Negeri Media Kreatif.
Follow: @bambangtrim | Fanpage FB: Jejaring Bambang Trim | WA 081519400129

Bambang Trim adalah Pendiri Penulis Pro Indonesia (Penprin). Ia telah berpengalaman 30 tahun di dunia penulisan-penerbitan serta telah menulis lebih dari 250 buku (1994–2023). Ia tercatat sebagai perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia. Kini, ia menjadi Ketua Umum Perkumpulan Penulis dan Editor Profesional periode 2022–2026. Bambang Trim aktif di Pusat Perbukuan, Kemendikbudristek sebagai narasumber dan anggota Komite Penilaian Buku Teks.
Dukung terus pak IAARD Press
Siaap Pak Maman 🙂