Berhasil meloloskan tulisan di media massa itu memang sesuatu sekali. Saya kali pertama bisa menempatkan artikel di media itu tahun 1994 (menjelang lulus kuliah). Artikel pertama saya menyoroti soal opspek mahasiswa yang dimuat di Tabloid Hikmah (grup Pikiran Rakyat) yang kini sudah almarhum.
Ada banyak pilihan berkarya di media massa dengan tulisan dari ranah/laras jurnalistik. Biasanya yang menjadi favorit adalah artikel. Tulisan lain yang lebih subjektif dan biasanya dibuat seseorang yang telah diakui reputasinya (tokoh) adalah esai. Lalu, ada pula bentuk tulisan lain berupa kritik yang disebut resensi–bisa resensi buku, resensi musik, resensi film, ataupun resensi pertunjukan.
Jenis lain yang juga menantang adalah feature sebagai kategori tulisan informatif yang bersifat human interest. Namun, feature biasanya dibuat oleh wartawan media yang bersangkutan.
Pada zaman internet kini, seorang penulis hampir tidak lagi bergantung pada media massa mainstream yang menempatkan Redaksi sebagai penjaga gawang. Sulit memang menjebol gawang Redaksi yang begitu ketat menyeleksi naskah. Namun, kini ada blog atau website yang membuat penulis lebih bebas memublikasikan karyanya ke khalayak.
Sebagai contoh adalah blog jurnalisme warga yang terbesar di Indonesia yaitu Kompasiana. Di blog ini segala tulisan dari Kompasianer (sebutan untuk anggotanya) bisa diterima dan dipublikasikan. Tulisan yang terpilih dapat pula nampang sebagai headline di sana. Artinya, siapa pun dapat memublikasikan tulisannya tanpa kendala editing–hanya jika berbau iklan yang vulgar atau mengandung pelecehan SARA, tulisan alamat akan dihapus.
Selain itu, ada juga media sosial semacam Facebook yang paling populer, membuka peluang bagi para penulis untuk eksis, baik dengan menulis status maupun menulis note. Di Facebook kita kerap menuliskan status dalam bentuk esai ataupun feature.
Untuk bisa menarik perhatian publik ataupun memengaruhi khalayak dengan opini kita, tentu diperlukan keterampilan menulis yang jernih, jelas, dan tepat sasaran. Ada beberapa hal yang bisa diasah, termasuk memilih judul yang mantap dan juga menggunakan lead yang menarik.
Tiga tulisan saja dapat kita kuasai, yaitu artikel-esai-feature maka cukup untuk membuat kita eksis sebagai blogger ataupun nantinya sebagai penulis media. Karena itu, saya coba berbagi dalam kursus daring (online) menggunakan fasilitas grup tertutup di Facebook tentang teknik menulis artike-esai-feature. Kelebihan kursus daring dengan menggunakan fasilitas media sosial ini tentu membuat kita tetap dapat terkoneksi meskipun kursus sudah usai.
Ya, banyak yang dapat kita lakukan dengan penguasaan keterampilan penulisan pendek semacam ini. Saya sendiri kini menikmati profesi sebagai penulis lepas, salah satunya menjadi kontributor tulisan untuk website tentang kopi. Selain itu, saya juga aktif sebagai Kompasianer dan beberapa kali menyajikan tulisan yang menjadi headline.
Tertarik bergabung? Ini saatnya. [BT]

Bambang Trim adalah Pendiri Penulis Pro Indonesia (Penprin). Ia telah berpengalaman 30 tahun di dunia penulisan-penerbitan serta telah menulis lebih dari 250 buku (1994–2023). Ia tercatat sebagai perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia. Kini, ia menjadi Ketua Umum Perkumpulan Penulis dan Editor Profesional periode 2022–2026. Bambang Trim aktif di Pusat Perbukuan, Kemendikbudristek sebagai narasumber dan anggota Komite Penilaian Buku Teks.
Ya, menulis memang memperkaya batin dan pikir. Ada desiran yang syahdu terasa mendayu melebur dalam jiwa ketika sebuah tulisan terselesaikan. Salam kreatif selalu..!