Wajarlah karena separuh lebih hidup saya memang dari menulis dan untuk menulis maka saya kerap membuat “kegaduhan-kegaduhan literasi” di jagat perbukuan Indonesia. Ya, banyak hal yang sudah coba saya bangun sejak dulu ketika bergiat di perusahaan penerbitan, dari milik Bapak H. Syaifullah Sirin (Syaifullah Sirin Group) hingga MQ Corp milik Aa Gym, pun sempat mampir sebentar di Tiga Serangkai.
Apa yang saya sebut “kegaduhan literasi” itu adalah gagasan-gagasan saya tentang aneka kegiatan yang berhubungan dengan penguatan keterampilan baca-tulis. Sampailah kemudian saya memutuskan mandiri pada usia 40 tahun dan mencoba jungkir balik untuk menghidupi keluarga dan sekian keluarga karyawan dari jasa tulis-menulis ini. Ujungnya, saya berkolaborasi membentuk PT Trimuvi Akselerasi Media di Cimahi (Bandung) dan CV Detikata Media (Solo) dengan berbagai perjuangan baru yang akan saya jalani.
Nah, tiba-tiba semangat “kegaduhan literasi” itu kumat kembali setelah saya diundang oleh Divisi Digital Business Telkom untuk berdiskusi soal pengembangan eBook serta diundang pula oleh Yayasan Jembati untuk menggagas gerakan “Ayo Membaca Indonesia”. Saya tersengat lagi merealisasikan mimpi yang sudah dalam bentuk embrio menjadi segera dilahirkan. Impian itu adalah CREATOR.
CREATOR bermula dari gagasan saya tentang community development–gagasan yang sejak tahun 2000 saya dengung-dengungkan sebagai kekuatan pendukung industri perbukuan. Ketika saya sudah memiliki tempat untuk berkhidmat yang nyaman dan representatif sebagai usaha milik sendiri, terpikirkan untuk membangun komunitas itu dengan nama panjang CIMAHI READER-AUTHOR-ENTREPRENEUR INCUBATOR (CREATOR). Nama yang begitu kuat mencirikan gabungan kekuatan literasi baca-tulis dan kewirausahaan. Mimpinya saya dapat membina para calon penulis menjadi penulis bermental dan berjiwa wirausaha sehingga kemudian membentuk sebuah jejaring. Ya, kami hendak menantang banyak orang untuk mengarungi laut biru bisnis penulisan dan penerbitan yang sangat luas ini.
Namun, nama Cimahi terasa sempit meskipun hendak menunjukkan identitas geografis seperti juga dilakukan komunitas-komunitas lainnya. Alih-alih sebagai komunitas, saya pun mengeset CREATOR sebagai start-up business dengan beberapa ide baru pengembangan bisnis penulisan-penerbitan berbasis pendidikan dan jasa penerbitan. Karena itu, CREATOR pun diubah sedikit menjadi CREATIVE READER-AUTHOR-ENTREPRENEUR INCUBATOR. Ya, saya mencuil sedikit gagasan dari Guy Kawasaki bertajuk Author-Publisher-Entrepreneur (APE) yang menyebut para pelakunya sebagai pengembang artisanal publishing alias perajin tulisan (buku).
Namun, CREATOR tentu berbeda karena akan memanfaatkan teknologi digital sebagai media untuk mengoneksi dan meluaskan jejaring dengan sebanyak mungkin orang di Indonesia. Kami bersiap untuk memberikan layanan kursus daring (online course) dengan tahap awal menyediakan ratusan materi tentang writing, publishing science, editing, dan juga publishing business. Selain itu, kami hendak merancang aplikasi-aplikasi untuk para penulis. Ini menjadi “kegaduhan literasi” baru yang hendak saya gagas bersama rekan-rekan sevisi.
Akhir tahun 2014 menjadi pemicu untuk berbuat lebih baik lagi. Biarkan “kegaduhan-kegaduhan literasi” saya lakukan demi menciptakan masyarakat membaca dan masyarakat menulis untuk Indonesia.

Bambang Trim adalah Pendiri Penulis Pro Indonesia (Penprin). Ia telah berpengalaman 30 tahun di dunia penulisan-penerbitan serta telah menulis lebih dari 250 buku (1994–2023). Ia tercatat sebagai perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia. Kini, ia menjadi Ketua Umum Perkumpulan Penulis dan Editor Profesional periode 2022–2026. Bambang Trim aktif di Pusat Perbukuan, Kemendikbudristek sebagai narasumber dan anggota Komite Penilaian Buku Teks.
Apakah nanti CREATOR juga bisa membantu penulis untuk menerbitkan bukunya? Semacam indie/self publishing? Interesting idea…
Ya, betul akan ada layanan khusus untuk itu.