Manistebu.com | Riska telah berkali-kali mengikuti pelatihan menulis, namun hingga kini ia masih tetap kesulitan menuangkan gagasannya. Jangankan menuangkan gagasan, di satu sisi ia pun merasa gagasannya tidak layak untuk ditulis. Riska ingin mampu menulis seperti teman-temannya sekomunitas, termasuk impiannya dapat menulis buku.
Calon penulis seperti Riska memang banyak. Terkadang mereka mencoba melatihkan sendiri teknik menulis lewat buku-buku. Namun, buku-buku yang ada alih-alih membahas soal teknis menulis, malah banyak menceritakan fenomena dan motivasi menulis. Lha, menulisnya bagaimana?
Sesungguhnya tidak ada rumus ajaib dalam menulis hingga seseorang secara sim salabim menguasainya tanpa berlatih dan tanpa memiliki seorang guru. Keterampilan menulis dikuasai secara berproses–terkadang bermula dari dorongan tertentu. Proses inilah yang kemudian melahirkan metode untuk berlatih menulis dan tentu dengan bimbingan seorang guru yang juga telah piawai menulis.
Pun tidak ada yang ajaib dalam soal menguasai keterampilan menulis ini. Setiap orang pasti mampu menguasainya. Keajaiban justru terletak pada manusianya. Mengutip teori Daniel Coyle bahwa bakat adalah keterampilan yang diulang-ulang. Sesuatu menjadi bakat apabila seseorang mendapatkan lecutan api hasrat, lalu mendapatkan guru yang tepat, dan melakukan pelatihan yang mendalam.

Bambang Trim adalah Pendiri Penulis Pro Indonesia (Penprin). Ia telah berpengalaman 30 tahun di dunia penulisan-penerbitan serta telah menulis lebih dari 250 buku (1994–2023). Ia tercatat sebagai perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia. Kini, ia menjadi Ketua Umum Perkumpulan Penulis dan Editor Profesional periode 2022–2026. Bambang Trim aktif di Pusat Perbukuan, Kemendikbudristek sebagai narasumber dan anggota Komite Penilaian Buku Teks.