Meniru Sukses IPB Press

Menjelang siang, cuaca Jakarta cerah (9/12). Saya memacu mobil dari arah Ampera, masuk tol menuju Bogor. Sudah ada janji kunjungan ke IPB Press dan bertemu Mas Elang  yang memiliki nama lengkap berikut gelar: Dr. H. Elang Ilik Martawijaya, Ir. MM. Beliau kini menjadi direktur di IPB Press.

Setelah agak kesasar dikit, akhirnya bersua kantor IPB Press di mandala Taman Kencana, Bogor. Saya disambut Mas Elang dan masuk ke bangunan kuno yang dijadikan kantor penerbitan itu. Suasana adem langsung menyergap.

Hanya sebentar ngobrol tentang lamanya kami tidak bersua–saya terakhir bertemu Mas Elang sekitar tahun 2006 saat masih aktif di MQS–kami pun berkeliling melihat-lihat fasilitas di IPB Press. IPB Press sudah memiliki personel lengkap, seperti editor, layout, dan desainer. Sampai ke belakang, saya pun melihat mesin POD andalan IPB Press dari Xerox tipe Nuvera 120 EA & DocuColor 8002 berikut mesin finishing yaitu mesin potong otomatis dan mesin jilid lem. Artinya, IPB Press dapat melayani cetak terbatas (POD), baik hitam putih maupun berwarna untuk oplag di bawah 500 eksemplar secara in-line.

IPB Press memang mengalami kemajuan signifikan sejak dipimpin Elang Ilik tahun 2009 sebagai perusahaan profesional. IPB Press berbadan hukum PT yang hal itu dimungkinkan tersebab posisi IPB sendiri waktu itu sebagai badan hukum milik negara (BHMN), kemudian berubah menjadi badan hukum pendidikan pemerintah.

Kunci sukses IPB Press terletak pada sentuhan “tangan dingin” Elang Ilik yang pernah mengenyam “pendidikan nonformal” di Elexmedia Komputindo pada bagian pemasaran. Ia juga telah merintis usaha sendiri bernama Gudang Buku sebagai distributor dan pengecer buku. IPB Press pun digenjot untuk menghasilkan buku-buku berkualitas dengan tampilan desain yang menarik, konten yang tertata, harga yang relatif terjangkau, segmentasi pasar yang jelas, serta distribusi yang luas.

Buku mini karya Elang Ilik yang menjadi bahan untuk seminar/pelatihan penulisan buku
Buku mini karya Elang Ilik yang menjadi bahan untuk seminar/pelatihan penulisan buku

Alih-alih sebagai penerbit perguruan tinggi (university press) yang kerap hanya berorientasi memenuhi kebutuhan sivitas akademika, IPB Press juga menjadi perusahaan jasa, terutama jasa cetak print on-demand (POD) yang sangat membantu para akademisi untuk mencetak buku secara terbatas. Banyak penerbitan perguruan tinggi dan juga perseorangan yang menggunakan jasa cetak IPB Press, termasuk jasa untuk desain-layout.

Keberhasilan IPB Press menjadi lokomotif penerbit sukses university press ini membawa Elang Ilik menjadi salah satu inisiator terbentuknya Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi Indonesia (APPTI) yang kini beranggotakan lebih dari 200 university press seluruh Indonesia. Ia juga kerap diminta untuk berbagi soal penulisan dan penerbitan buku, khususnya untuk lingkup perguruan tinggi.

Pertemuan saya dan Mas Elang seperti berjodoh karena kami sama-sama bergiat dalam penerbitan buku ilmiah sebagai pembicara ataupun trainer. Karena itu, pertemuan tersebut kami manfaatkan untuk saling berbagi pengalaman dan juga berbincang tentang prospek penerbitan buku-buku ilmiah atau ilmiah populer ala university press.

Kunci sukses penerbitan university press memang dalam konteks kini harus memperhatikan unsur 4 C, yaitu

  1. Content yang berarti masih diperlukan keterampilan menyajikan tulisan secara enak dibaca, menarik, dan tentunya mengandung keunggulan materi.
  2. Context yang berarti perlunya menata tulisan dalam kemasan yang baik yaitu dari segi perwajahan isi (tata letak) dan perwajahan kover.
  3. Connectivity yang berarti perlunya membangun keterhubungan dengan para kreator konten (penulis) serta juga pembaca sasaran buku sehingga penerbit dapat memahami kebutuhan, baik penulis maupun pembaca sasaran, termasuk dalam soal pemasaran (harga, persebaran, dan ketersediaan oplag). Konektivitas juga perlu dibangun terhadap kemajuan teknologi, terutama teknologi cetak dan teknologi digital.
  4. Community yang berarti perlunya berinteraksi dengan komunitas university press dan juga mendorong komunitas pembaca buku yang captive dan niche untuk saling berbagi informasi sebagai ciri khas penerbitan perguruan tinggi. Apalagi untuk saat ini, bagaimana penggunaan media sosial sudah begitu meluas dan dapat dijadikan “senjata” publikasi bagi university press.

Untuk menjalankan 4C tadi tidak pelak diperlukan SDM-SDM andal di university press yang memang passion-nya mengarah pada buku atau secara umum publikasi kreatif. University press memang sebaiknya menghindarkan penggunaan SDM-SDM yang sama sekali tidak memahami proses kreatif industri buku, apalagi tidak menyukai buku karena ujung-ujungnya akan bernasib seperti kebanyakan university press lain: hidup segan mati tak mau.

Perjumpaan di IPB Press dengan Mas Elang langsung mendorong saya untuk membuat sebuah konsep pengembangan university press yang bisa dibagikan untuk kepentingan konsultasi, seminar, ataupun pelatihan bagi para pengelola, termasuk juga para dosen/akademisi yang ingin menulis buku. Peluang buku-buku perguruan tinggi untuk maju sangatlah besar, apalagi jika didukung sivitas akademika perguruan tinggi bersangkutan. Namun, yang paling penting juga adalah dukungan pengambil kebijakan di perguruan tinggi seperti rektor untuk mendorong majunya university press.

Bukan apa-apa, penerbit di sebuah perguruan tinggi juga dapat menjadi indikator kemajuan perguruan tinggi tersebut di tengah lemahnya produksi publikasi ilmiah di kalangan dosen/peneliti/akademisi. Terkadang mereka yang ingin menulis dan memublikasikan karyanya memang tidak tahu harus mulai dari mana dan bagaimana hal itu bisa diwujudkan secara baik dan benar. Terus terang memang banyak buku ilmiah atau ilmiah populer yang terbit tidak dikemas secara baik dan benar.

Untuk itu, kami berdua akan bersinergi demi membantu university press di seluruh Indonesia untuk maju bersama.

©2014 oleh Bambang Trim

7 thoughts on “Meniru Sukses IPB Press”

  1. IPB Press, apakah hanya untuk kalangan penulis dan buku perguruan tinggi aja pak? Tidak untuk penulis umum, buku umum dan pembaca sasaran umum …. Btw, jadi ikut senang sbg alumninya pak, hehe. mksh

  2. saya juga ingin berhasil seperti mas Elang, karena saat ini penerbitan buku di Ma’had saya mengalami kesulitan dalam hal pengembangannya. Terlebih penerbitan ini masih belum mendapatkan dukungan dari universitas, padahal Ma’had berada dibawah naungan universitas. 🙂

    1. Aamiin semoga Mas. Memang agak mengherankan jika ada universitas tidak menaruh perhatian terhadap buku karena bukulah ciri intelektual, termasuk juga tradisi alim ulama kaum Muslim.

  3. Alhamdulillah. Dengan menuliskan yang kita pikirkan dalam lembar buku, akan jadi asset masa depan generasi penerus. @hasprabu

Leave a Reply to Bambang Trim Cancel Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.