Iklan gencar sebuah usaha yang ditengarai sebagai money game itu memang menarik perhatian di televisi. Berkali-kali pula situs berita daring semacam detik.com memberitakan kiprah usaha bernama Manusia Membantu Manusia itu. Namun, saya memang tidak ada urusan membahas bisnis yang konon sedang dipantau OJK tersebut.
Galibnya manusia memang harus menolong manusia lainnya sebagai makhluk sosial. Karena itu, di dalam menulis juga ada manusia yang menolong manusia untuk menuliskan buah pemikiran atau kisah hidupnya–tersebab manusia yang hendak ditolong memang tidak memungkinkan untuk menulis. Itulah yang dikenal dengan ghost writer (penulis bayangan) atau co-writer (penulis pendamping).
Lebih khusus, ada manusia yang menulis manusia jika mereka memasuki ranah biografi, autobiografi, ataupun memoar. Jasa ini ternyata penting untuk mengompilasi sejarah anak manusia dalam bentuk paling akrab yaitu buku. Tidak peduli siapa pun tokoh itu, selalu ada pembelajaran yang bisa dipetik dari perjalanan hidupnya.
Karena itu, manusia menulis manusia adalah pekerjaan mulia dan nyata diperlukan. Ada yang memang direkrut untuk itu dan ada pula yang melakukannya dengan sukarela atau dengan harapan tertentu, seperti ketenaran dan juga keberuntungan.
Tokoh-tokoh manusia memang selalu ada mewarnai zaman. Dan mereka pun pantas untuk dituliskan menjadi buku. Tahun-tahun belakangan ini lihat saja beberapa tokoh yang berseliweran, seperti Menteri Susi, Gubernur Ahok, Raisa, Merry Riana, atau tokoh yang tiba-tiba menyedot perhatian, tetapi belum ada biografinya seperti alm. Olga Syahputra. Mereka memerlukan manusia penulis untuk menuliskan kiprahnya.
https://manistebu.com/jasa-penulisan/biografi-tokoh/
Kompetensi utama manusia yang menulis manusia adalah keterampilan menulis kisah dengan memperhatikan soal tempat (latar), tokoh (penokohan), dan tentunya alur (plot). Ini bukan fiksi, tetapi faksi–fakta yang dikisahkan ulang. Mereka yang tidak terbiasa berkisah tentu akan kesulitan merangkai cerita atau menghidupkan tokoh dengan pemikiran dan kiprahnya, apalagi membuat sang tokoh benar-benar manusiawi.
Hal pertama yang harus dilakukan tentulah pengumpulan sumber-sumber penulisan dengan data-data yang valid dan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan. Ada bagian yang harus diceritakan secara terang benderang, dan ada pula bagian yang memang tetap tersimpan tanpa perlu dipublikasikan atas permintaan sang manusia yang hendak dituliskan. Walaupun demikian, manusia menulis manusia adalah tantangan kejujuran untuk tidak mendudukkan sang manusia sebagai manusia setengah dewa tanpa ada cacat cela.
Lakon manusia menuliskan manusia ini yang juga saya jalani. Diperlukan kesabaran untuk melakukan pengumpulan data, termasuk wawancara. Namun, efeknya bagi sang manusia penulis sangatlah luar biasa karena ia mendapatkan pengalaman mengalibrasi watak dan perilaku berbagai manusia. Dari sana terkadang ada jejak mengapa seorang manusia bisa sukses atau mencapai impiannya dengan perjuangannya yang dramatis.
Tiada manusia yang menggapai sukses tanpa perjuangan berdarah-darah. Mengutip Goenawan Muhammad ada hal menarik tentang sejarah manusia: “Hanya mereka yang mengenal trauma, mereka yang pernah dicakar sejarah, tahu benar bagaimana menerima kedahsyatan dan keterbatasan yang bernama manusia”.
Ya mereka itu kisahnya pantas dituliskan. Mereka yang pernah dicakar sejarah dan kemudian dibukukan bagaimana mereka bisa sintas atau menjadi penyintas ‘survivor‘ dalam kerasnya hidup.
Anda mau menjadi manusia yang menulis manusia? Atau manusia yang hendak dituliskan dalam sejarah?
©2015 oleh Bambang Trim

Bambang Trim adalah Pendiri Penulis Pro Indonesia (Penprin). Ia telah berpengalaman 30 tahun di dunia penulisan-penerbitan serta telah menulis lebih dari 250 buku (1994–2023). Ia tercatat sebagai perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia. Kini, ia menjadi Ketua Umum Perkumpulan Penulis dan Editor Profesional periode 2022–2026. Bambang Trim aktif di Pusat Perbukuan, Kemendikbudristek sebagai narasumber dan anggota Komite Penilaian Buku Teks.