Hari kedua lebaran, saya sempat singgah di TB Gramedia yang terdapat di Istana Plaza Bandung. Ada empat buku yang saya beli dan salah satunya karya Ongky Hojanto berjudul Trainerpreneur. Saya tertarik bukan karena anak judul “Rahasia Menjadi Trainer Rp1 Miliar”, melainkan karena ingin mengikuti alur pemikiran penulisnya tentang training sebagai bisnis.
Sebuah momen yang tidak pernah saya lupakan adalah ketika berhasil menggelar seminar The True Power of Water dengan mendatangkan Masaru Emoto dari Jepang di Hotel Mulia, Senayan. Waktu itu MQS yang saya pimpin bekerja sama dengan produsen air kemasan Hexagonal. Selain menghadirkan Masaru Emoto, hadir juga Aa Gym sebagai pembicara.
Saya memberi sambutan selaku direktur MQS dan di hadapan saya duduk para pembicara andal negeri ini, di antaranya Tung Desem Waringin, Andrie Wongso, dan Ary Ginanjar. Grogi, jelas karena saya berbicara meskipun singkat di hadapan para trainer papan atas negeri ini. Saya sempat juga bertemu dengan ketiga orang itu secara pribadi. Nama MQS sebagai bagian dari MQ Corp. memudahkan saya mendapatkan akses ke berbagai pembicara andal di negeri ini karena waktu itu Aa Gym sendiri seperti menjadi “mahaguru” public speaker dan motivator.
Turun dari panggung, tepuk tangan pun bergema. Saya melihat Pak Tung mengacungkan tangannya memberi jempol kepada saya. 🙂
Sejak di MQ kemudian saya akrab dengan dunia training dan motivasi meskipun saya memulainya jauh lebih awal yaitu tahun 2000. Saya masuk ke MQ tahun 2003. Saya sempat membawa trainer Parlindungan Marpaung ke MQS hingga buku gelegarnya 1/2 Isi 1/2 Kosong diterbitkan di MQS dan sampai sekarang buku itu masih hidup. Di MQS pula saya kali pertama menerima kunjungan Ippho Santosa yang hendak menerbitkan buku Marketing with Love dengan menggaet Aa Gym sebagai salah satu ikon buku. Ippho masa itu memang belum menjadi Ippho yang sekarang terkerek dengan buku rezekinya.
Saya juga menyambut kerja sama penerbitan dengan para trainer, seperti dengan Hermawan Kartajaya untuk buku Spiritual Marketer dan dengan Andrew Ho untuk buku The Power of Networking. Meskipun buku itu diset sebagai penulisan bersama dengan Aa Gym, segala sesuatunya tim MQS-lah yang menyiapkan, termasuk materi.
Terkoneksi dengan beberapa trainer inilah yang menyeret saya ke dunia training lebih jauh hingga kemudian saya mendirikan Komunitas Lintas Buku (KOLBU) sebagai lini training penulisan-penerbitan di MQS. KOLBU sempat menggelar beberapa kali training penulisan. Kebiasaan ini juga terus terbawa hingga saya tidak lagi di MQS, tetapi masuk ke Salamadani Pustaka Semesta.

Training yang Menggiurkan
Ada joke atau mungkin terkesan olok-olok kepada para trainer motivasi yang sering disebut motivator, terutama mereka yang memberikan kuliah bisnis. Sebenarnya bisnis mereka itu apa sih sehingga bisa memberikan saran-saran bisnis yang begitu memukau? Apa mereka pernah berhasil menjadi pebisnis?
Ya itu, bisnisnya ternyata bisnis training alias cari makannya dari cuap-cuap di event training. Bisnis yang dikelolanya justru tidak ada selain training. Kalaupun ada, tidak semoncer bisnis trainingnya. Lho, kok bisa memberikan nasihat-nasihat bisnis untuk berbagai bidang? Nah, itulah hebatnya trainer. Namanya juga trainer sebagai pelatih alih-alih kemudian menyebut dirinya coach–sebuah istilah yang sering dipakai untuk sebutan pelatih di dunia olahraga ataupun tutor untuk satu bidang spesifik.
Training memang sebuah bisnis menggiurkan dan sama halnya dengan bisnis lain, training harus dijalankan dengan model bisnis yang andal, termasuk pemasaran. Beberapa perusahaan training bertahan lama dan tetap menghasilkan pundi-pundi keuntungan, contohnya PPM, MarkPlus, dan Dunamis. Umumnya lembaga training mengandalkan satu ikon trainer, tetapi banyak juga yang mengandalkan beberapa ikon trainer sebagai satu tim dan ada model regenerasi dengan membuat juga training of trainer.
Buku yang ditulis Ongky Hojanto sebenarnya ringan-ringan saja seperti halnya saya melakoni diri sebagai trainer penulisan-penerbitan sejak 2000. Saya berada di laut biru karena praktis sedikit pesaing untuk berada di bidang pelatihan penulisan-penerbitan. Saya terbantu oleh latar belakang pendidikan di bidang publishing science plus reputasi telah memimpin beberapa perusahaan penerbitan (Grafindo Media Pratama, MQS, Salamadani, Tiga Serangkai Pustaka Utama, Trim Komunikata) dan juga telah menulis lebih dari 150 judul buku.
Terus terang, saya belajar secara autodidak untuk menjadi trainer, termasuk soal public speaking. Saya sempat berada di dua zaman, yaitu zaman OHP ketika harus menyiapkan salindia (slide) dari plastik transparan dan kini dengan Powerpoint yang semakin canggih.
Bolehlah saya sebutkan beberapa klien pelatihan saya, yaitu Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Pemberantasan Korupsi, BPKP, Badan Informasi Geospasial, LIPI Press, Pusbindiklat LIPI, PDII LIPI, Bank Syariah Mandiri, Bank Babel-Sumsel, PT Telkom Indonesia, PTPN XII, IAARD Press (Balitbangtan), Pusdiklatnakes Kemenkes, Ditjen PAUDNI Kemdikbud, Ditjen Dikdas Kemendikbud, Binapenta Kemnaker, Pusdiklat Kemenperin, Pusdiklat Kemenhut, Kementeria PU, IPDN Sumbar, P2M2 UT, Fak. Kedokteran Unpad, UB Press, Persatuan Editor Malaysia, Penerbit Bumi Aksara, Penerbit Tiga Serangkai, Penerbit Duta, Alinea Ikapi, dan banyak lagi.
Bulan Juli dan awal Agustus 2015, saya juga harus mengisi pelatihan di Biro Pusat Statistik Jakarta dan PT PLN Persero Medan. Pelatihan membuat saya bisa keliling Indonesia plus juga profesi saya sebagai writerpreneur. Menggiurkan, bukan?

Menarik Mana, Jadi Trainer atau Writer?
Wah, dua-duanya menarik dan saling mendukung. Itu sebabnya kalau seorang trainer tidak memiliki buku atau belum menulis buku, terasa kurang “afdol”. Kadang reputasinya diragukan. Nah, kalau saya sudah lebih dulu menulis puluhan buku hingga ratusan buku sampai sekarang. Jadi, langsung tune in jadi trainer di bidang penulisan-penerbitan.
Dulu saya sempat menulis buku motivasi berjudul Mengintall Nyali. Nah, tiba-tiba ada undangan dari Makassar untuk memberikan pelatihan motivasi. Itulah kali pertama dan kali terakhir saya memberi training motivasi. He-he-he saya merasa itu bukan bidang saya untuk ngompori orang termotivasi berubah, bidang dan renjana (passion) saya adalah ngompori orang termotivasi menulis.
Uniknya, saya pernah menggelar training menulis bertajuk H16H di MQS, yang ikut malah 90% trainer-trainer yang ingin menulis buku. Ya, alhasil saya juga banyak terhubung dengan para trainer yang ingin menulis buku.
Namun, benar kata Ongky Hojanto terkadang effort yang dikeluarkan untuk jadi trainer itu kecil, tetapi hasilnya besar. Ya, dalam dua hari training paling tidak saya bisa mengantongi honor jutaan hingga belasan juta rupiah atau kalau dalam hitungan jam sekitar 12 jam bisa mengantongi honor 8-12 juta. Ya, ada trainer yang memang bisa memperoleh penghasilan dari tarif yang wah. Namun, untuk kasus lembaga pemerintah memang biaya training sudah dipatok per jamnya. Berbeda halnya dengan perusahaan swasta yang bisa membayar puluhan juta rupiah untuk satu event training.
Di luar itu, yang paling utama adalah mendapatkan kenalan baru dan bisa mengunjungi berbagai tempat di Indonesia secara gratis. Karena saya juga writerpreneur, terkadang ada pekerjaan lanjutan yang saya dapatkan.
Jadi, saya bisa membalik-balik keadaan menjadi sebuah peluang usaha. Ada yang mengundang saya untuk menulis, kemudian baru saya tawarkan program training. Sebaliknya, ada yang mengundang saya untuk training, baru saya tawarkan program penulisan buku. Contoh kasus untuk hal inilah adalah yang sedang saya program untuk PT Freeport Indonesia, khususnya di Divisi HL & General Projects.
Training sebagai Bisnis

Ya, sah-sah saja menekuni training sebagai bisnis. Saya sendiri jujur lebih sering bermain one man show dalam training. Ada tim di belakang saya, tetapi lebih banyak support untuk masalah desain materi ataupun persiapan peralatan jika kami mengadakan public training. Selain itu, kami juga mempersiapkan direktori training secara lengkap.
Bisnis training sebenarnya berkorelasi dengan bisnis event organizer. EO-lah yang mengatur dan mengeset gelaran training. Itu sebabnya ada trainer yang bekerja sama dengan EO atau ia sendiri mendirikan perusahaan EO seperti halnya Ongky.
Personal brand juga sangat diperhatikan oleh para trainer sehingga muncullah “kecap-kecap” nomor 1, seperti Motivator Nomor 1 di Indonesia, Konseptor Bisnis Nomor 1, Pakar Kartu Kredit Nomor 1, Inspirator Bisnis Nomor 1, dan banyak lagi. Kadang pola ini juga diikuti oleh trainer-trainer muda yang baru muncul sehingga mereka menyandang gelar yang sebenarnya “berat” karena tidak sesuai dengan kompetensi dan reputasinya.
Saya juga menambatkan gelar itu, seperti Bambang Trim, Komporis Buku Indonesia atau Tukang Buku Keliling. Ya, saya ngeri-ngeri sedap menambatkan kata nomor satu seperti Motivator Menulis Nomor 1 di Indonesia.
Langkah Selanjutnya di Digital Training Marketplace
Ini langkah saya yang belum kelar-kelar meskipun persiapan sudah digelar. Saya mulai menciptakan digital training marketplace lewat situs Uwritinc.com. Ya, saya membuka training atau kursus menulis secara daring (online) sehingga bisa diakses di mana pun dan kapan pun.
Terlihat mudah, tetapi perlu ekstra waktu dan usaha untuk merekam materi secara digital, baik dengan suara maupun video. Namun, saya kira ini investasi. Paling tidak cara ini juga akan membuat orang semakin mengenali training menulis yang sebenarnya penting sebagai keterampilan hidup.
Kunci training sebagai bisnis ini dan akan hidup terus karena memang TIDAK ADA ORANG YANG TIDAK INGIN SUKSES DAN KAYA. Karena itu, jualan training umumnya ke arah sana, di luar hal lain misalnya menguasai suatu keterampilan.
—————————————————-
Institut Penulis Indonesia
Konsentrasi: Penulisan Akademis, Penulisan Bisnis, Penulisan Jurnalistik, Penulisan Kreatif, Penulisan Buku | Kontak langsung Bambang Trim HP/WA 081519400129

Bambang Trim adalah Pendiri Penulis Pro Indonesia (Penprin). Ia telah berpengalaman 30 tahun di dunia penulisan-penerbitan serta telah menulis lebih dari 250 buku (1994–2023). Ia tercatat sebagai perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia. Kini, ia menjadi Ketua Umum Perkumpulan Penulis dan Editor Profesional periode 2022–2026. Bambang Trim aktif di Pusat Perbukuan, Kemendikbudristek sebagai narasumber dan anggota Komite Penilaian Buku Teks.
Training di Perusahaan butuh yang powerful, sayang belum bias.