Seseorang yang membeli buku saya bertanya tentang Katalog Dalam Terbitan (KDT) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan Cataloguing in Publication (CIP). Ia penasaran dengan angka yang selalu terdapat di bagian bawah kanan KDT. Bagaimana angka-angka itu ditentukan?
Saya sering menyinggung soal ini juga. Karena ada kebiasaan membuat sendiri hitungan ISBN dan barkodnya, timbul pula kebiasaan menyusun KDT sendiri. Di sisi lain, editor yang menyusun KDT ternyata tidak paham tentang aturan menyusun KDT yang harus diikuti dengan nomor klasifikasi buku.
Itulah nomor yang terletak di bagian bawah kanan setiap KDT. Karena itu, KDT resmi dikeluarkan oleh PNRI satu paket dengan ISBN pada masa sebelumnya. Namun, kini hanya ISBN yang diberikan jika KDT tidak diminta. Umumnya yang paham untuk menyusun KDT adalah pustakawan. KDT biasanya menggunakan klasifikasi yang disebut Dewey Decimal Classification (DDC). Ada lagi yang disebut Universal Decimal Classification (UDC).
Saya mendapatkan mata kuliah bernama Bibliografi ini sebanyak 2 SKS. Jadi, sedikit banyak memahami karena juga ada praktik membuat KDT dalam format kartu yang bagian tengah bawahnya dibolongi. Biasanya di perpustakaan masa lalu adalah rak kartu KDT. Bagian bolong itu dibuat agar bisa dimasukkan ke dalam besi sebagai penahan kartu.
Kadang lucunya di dalam buku, pencantuman KDT juga turut mencantumkan lingkaran di bagian bawah tengah sebagai tanda untuk dibolongi. Soalnya PNRI memang memberikan KDT dalam bentuk kartu tersebut satu paket dengan nomor ISBN.
KDT menjadi dasar bagi pustakawan untuk menempatkan buku pada subjek yang benar, contohnya buku untuk tajuk BAHASA akan mendapatkan nomor tajuk subjek 400, tetapi BAHASA INDONESIA 410 dan BAHASA INGGRIS 420. Contoh lain untuk buku yang membahas tentang LGBT misalnya, nomor subjek tajuknya 157.7; 176; 306.7; 63.4; 616.8. Jadi, boleh dibilang sulit menelusurinya jika tajuk subjek disajikan secara mendetail.
Sebuah buku yang menyajikan secara ringkas tajuk subjek untuk perpustakaan pernah diterbitkan BPK Gunung Mulia dan saya beli untuk membantu para editor menentukan tajuk subjek di KDT. Buku ini disusun oleh J.N.B. Tairas dan Drs. Soekarman K., MLS. Terbitan tahun 2002.
Perhatikan KDT untuk buku tersebut.
Kode tajuk subjeknya adalah 025.49 yang masuk kategori subjek Perpustakaan. Di dalam KDT termuat informasi judul, nama penulis, nama editor, tebal buku, ukuran buku, dan juga subjek bahasan buku. Mereka yang tidak terbiasa dengan informasi yang termuat mungkin akan bingung. Contoh adanya informasi ketebalan xxx + 146 hlm. Itu berarti halaman pendahulu (prelims) buku ada xxx (30 hlm.). Jika ditanya tebal keseluruhan buku, jawaban yang benar adalah 176 hlm.
Jadi, karena kadang dianggap merepotkan, kini kebanyakan buku tidak lagi mencantumkan KDT di halaman keterangan penerbitan atau sering disebut halaman hak cipta. Padahal, informasi yang termuat di KDT sangat penting, termasuk juga penting bagi peresensi buku untuk mencantumkan informasi primer tentang buku. Karena itu, KDT semestinya bukan sekadar ada dan yang membuatnya juga bukan sekadar meniru tanpa memahami.
Semoga bermanfaat.
©2015 oleh Bambang Trim
Praktisi Penulisan-Penerbitan

Bambang Trim adalah Pendiri Penulis Pro Indonesia (Penprin). Ia telah berpengalaman 30 tahun di dunia penulisan-penerbitan serta telah menulis lebih dari 250 buku (1994–2023). Ia tercatat sebagai perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia. Kini, ia menjadi Ketua Umum Perkumpulan Penulis dan Editor Profesional periode 2022–2026. Bambang Trim aktif di Pusat Perbukuan, Kemendikbudristek sebagai narasumber dan anggota Komite Penilaian Buku Teks.
itu jumlah halaman 180 dari mana pak? xxx + 146 + ….. ?
Mohon maaf ada kesalahan. Terima kasih atas koreksinya. Kesalahan sudah diedit.
Alhamdulillah pas saya baca sudah tidak ada kesalahan hitung, he-he-he.