Sebagai sebuah usaha atau bisnis, pelatihan penulisan juga didorong untuk memunculkan pembeda (dari pelatihan lainnya). Mengutip Joe Vitalae dalam rumusannya untuk menciptakan hypnotic writing via iklan maka Anda harus menawarkan rumus JANJI-BUKTI-HARGA.
Janji atau garansi didahulukan. Di sini Joe memberi saran untuk mengedepankan harapan daripada rasa sakit (pain).
Contoh iklan penulisan yang memberi harapan.
Tidak peduli siapa pun Anda, Anda pasti bisa menulis sebab menulis bukan bakat, melainkan keterampilan yang bisa dikuasai semua orang.
Contoh iklan penulisan yang menakut-nakuti.
Tidak mampu menulis itu kesedihan sekaligus kemunduran. Sudah dapat dipastikan pada suatu saat, Anda pasti menghadapi kesulitan.
Ya, saya setuju dengan Joe sebaiknya kita lebih mengedepankan harapan dalam beriklan daripada malapetaka seperti halnya iklan obat nyamuk yang menakut-nakuti publik dengan epidemi demam berdarah atau iklan sabun yang menakut-nakuti dengan hasil survey banyaknya kuman di tubuh anak.
Dalam pelatihan menulis mulai banyak yang berani menawarkan janji karya seseorang bisa terbit di penerbit mayor. Itu pula yang kemarin ditanyakan seseorang kepada saya.
“Apakah dengan mengikuti kelas privat Pak Bambang bisa dijamin karya saya terbit?”
Saya tidak pernah menjanjikan seperti itu. Karena itu, saya selalu menjawab standar untuk hal ini, “Karya bisa terbit itu sangat bergantung pada diri Anda sendiri.”
Mengapa saya tidak mengedepankan janji garansi terbit semacam ini? Bagaimanapun saya tetap menyakini menulis itu sulit. Janji itu hanya bisa terpenuhi jika seseorang yang mengikuti pelatihan menulis tidak berpikir cara instan dan menghindari proses. Ia harus percaya bahwa ia bisa menulis karena bukan bakat; ia harus yakin bahwa ia bisa menulis karena ada hasrat menggebu; dan ia harus terima bahwa menulis hanya dapat dilakukan dengan latihan demi latihan.
Apa tidak bisa dengan cara lain? Sangat bisa.
Cara pertama adalah menjadikan saya penulis pendamping dengan tambah bayaran lagi. Cara kedua, menjadikan saya ghost writer dengan cara membayar lebih mahal lagi. Cara ketiga, bernegosiasi dengan penerbit mayor untuk membeli buku karya penulis sejumlah tertentu (di sini penerbit sudah aman karena modal cetaknya sudah kembali lebih dulu). Cara keempat, menggunakan kekuatan koneksi saya di beberapa penerbit dan meyakinkan petinggi penerbit atau editor tentang penulis binaan saya itu.
Perlu disadari bahwa naskah itu adalah bahan baku utama penerbitan buku. Penerbit sangat memerlukan bahan baku demi kelangsungan usahanya. Para penilai kualitas bahan baku itu adalah editor meskipun tingkat kemampuan mereka dalam menilai di beberapa penerbit berbeda-beda.
“Sangat beruntung” jika kita mendapatkan editor yang menggunakan jurus Dewa Mabuk. Artinya, ia mengakuisisi naskah secara asal demi tercapainya target jumlah judul. Ia tidak peduli apakah kemudian buku yang dikawalnya itu laku atau tidak. Dalam bahasa Sunda ini disebut editor kumaha engke (gimana nanti aja).
Para trainer dengan garansi terbit semacam itu tentu sudah menjalin hubungan yang sangat baik dengan beberapa editor penerbit atau bahkan tingkat manajer. Alih-alih sebagai trainer, mereka malah menjadi literary agent juga alias agen karya tulis.
Garansi itu memang bisa meyakinkan untuk menarik calon peserta pelatihan. Anda ikut, buku Anda pasti terbit, terutama mereka yang menggebu menjadikan buku bagian dari penguatan jenama diri. Seharusnya memang ada tanda bintang kecil di akhir kalimat. Syarat dan ketentuan berlaku.
Lalu, apakah sebenarnya bisa seseorang dilatih menulis dan karyanya langsung, bahkan pasti terbit? Tentu saja sangat bisa dengan metode tertentu ditambah koneksi trainer ke berbagai penerbit yang terjalin dengan baik. Paling tidak kepada calon peserta, trainer sudah menunjukkan silabus pelatihan dan metode yang diterapkan agar si calon peserta benar-benar mampu menulis kelak dengan cara yang meyakinkan.
Di sisi lain, trainer juga meyakinkan penerbit bahwa karya anak didiknya telah didorong untuk memenuhi unsur layak terbit. Saya sering menyebutnya unsur MAP yaitu Menarik-Amanat-Penting.
Mutualisme seperti ini memang sah-sah saja terjadi, apa pun cara yang digunakan. Karena itu, memang bisa terjadi seseorang yang sudah ikut pelatihan tetap saja tidak bisa menulis, tetapi karya bukunya ternyata terbit. Mengapa tidak? Itu bukanlah sebuah keajaiban.
©2015 oleh Bambang Trim

Bambang Trim adalah Pendiri Penulis Pro Indonesia (Penprin). Ia telah berpengalaman 30 tahun di dunia penulisan-penerbitan serta telah menulis lebih dari 250 buku (1994–2023). Ia tercatat sebagai perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia. Kini, ia menjadi Ketua Umum Perkumpulan Penulis dan Editor Profesional periode 2022–2026. Bambang Trim aktif di Pusat Perbukuan, Kemendikbudristek sebagai narasumber dan anggota Komite Penilaian Buku Teks.