Manistebu.com | Sesi tanya jawab saat bincang-bincang dengan penulis dan tokoh yang dituliskan dalam Peluncuran Buku Yasuo: Hidup Tak Henti Memberi Arti, menjadi hangat ketika Syamsuddin Ch. Haesy (Bang Sem) melontarkan gurauan andaikan seorang Yasuo lahir di Ciamis. Secara berkelakar, pendiri AkarpadiNews ini menyebut Yasuo “Rusunawa” ini telah mempraktikkan banyak kearifan lokal tatar Sunda.
“Karena itu, jangan-jangan sebenarnya Yasuo yang mewakili bangsa Jepang ini pernah belajar dari orang Sunda.”
Seketika tawa berderai dari tokoh-tokoh yang hadir, di antaranya Komjen Polisi (P) Nanan Soekarna, Dr. H. Berliana Kartakusuma (Sekjen Partai Hanura), Ahmad Kurniadi (mantan Deputi Kepala BKPM), Dewi Utama Fazya (Kemdikbud dan Yayasan Ayo Membaca Indonesia), Firdaus Oemar (Ketua Yayasan Gemar Membaca Indonesia), Tatty Elmir (penulis dan tokoh Forum Indonesia Muda), Rosidayati Rozalina (Ketua Ikapi), dan Lucya Andam Dewi (Ketua Dewan Pertimbangan Ikapi).
Peluncuran Buku biografi bisnis Yasuo diadakan di Hotel JW Marriot, Jakarta, pada Selasa/16 Februari 2016 yang diselenggarakan PT Furukawa Indonesia dan Trim Komunikata Publishing. Peluncuran ini langsung menghadirkan tokoh sentral buku yaitu Yasuo Furukawa, CEO Furukawa Shell Co., Ltd. Di Indonesia Furukawa juga membuka cabang perusahaan atas nama PT Furukawa Indonesia yang bergerak di bidang pembuatan komponen onderdil otomotif. Hadir dalam bincang-bincang buku juga penulis, Lisman Suryanegara dan Zeni Zaelani.
Dalam penjelasannya Furukawa menegaskan sebenarnya ia awalnya tidak merasa layak kisah hidupnya dibukukan. Namun, Zeni Zaelani yang juga bekerja di perusahaannya merasakan banyak nilai hidup dari sosok Furukawa yang unik. Contohnya, Zeni mengisahkan bagaimana Furukawa memberi kesempatan kedua kepada karyawannya yang jelas-jelas melanggar peraturan dan berbohong. Itu baru satu contoh unik dari karakter Furukawa.
Sebuah kisah yang melatari perjalanan bisnisnya juga sangat dramatis. Ketika Furukawa tak mampu melanjutkan keinginannya menjadi atlet senam profesional, ia lalu memilih bekerja untuk mengumpulkan uang di sebuah pabrik. Belum lama ia bekerja, ibunya jatuh sakit. Antara bekerja dan merawat ibunya, ia memilih merawat ibunya dan berhenti bekerja.
Beberapa orang berpendapat, Furukawa mendapatkan berkah bisnis karena berbakti kepada ibunya. Ia mengorbankan impian juga karena bertenggang rasa dengan kemampuan orangtuanya. Sosok Furukawa adalah sosok yang tidak bisa lepas dari didikan orangtua yang dicintainya. Ia membalas apa yang telah diberikan ibunya kepadanya dengan mengambil peran merawat ibunya yang sakit.
Beberapa hadirin yang hadir sempat membaca buku sekilas dan menyatakan kekagumannya atas sosok Furukawa. Karena itu, Dr. Berliana dari Partai Hanura bermaksud mengundang Furukawa untuk berbicara di depan kader Hanura. Ia pun hendak mewajibkan para anggota DPR dan DPRD Hanura membaca buku Yasuo, begitupun DPP dan DPD.
Ahmad Kurniadi yang sudah lama mengenal Furukawa sejak berinvetasi di Indonesia tahun 2012, juga menyampaikan kesannya kepada sosok Furukawa. Salah satu keberhasilan penting investasi juga penerapan bisnis berbasis hati nurani yang bisa dipelajari bangsa Indonesia. Karena itu, kehadiran Furukawa Indonesia sangat positif karena CEO-nya menerapkan nilai-nilai kehidupan.
Dewi Utama Fayza dalam testimoni menyampaikan ia ingin menyampaikan buku ini kepada Bapak Menteri, Anies Baswedan. Hal itu karena Kemdikbud juga sudah mengadakan Direktorat Pembinaan Keluarga.
“Buku ini penuh dengan kehangatan bagaimana kekuatan domestik yang begitu hebat mengasuh dan melayani pendidikan karakter untuk anak. Saya memberikan satu kata oskare samadesta. Buku ini tidak bercerita dominan tentang bagaimana Yasuo Furukawa, bagaimana setting sosial dan budaya pengasuhan,” begitu pernyataan Dewi Utama.
Komjen Nanan Soekarna juga turut memberi testimoni. Ada pernyataan menarik dari beliau, “Ini buku harusnya diberikan kepada semua partai. Jika semua ketua partai punya hati nurani, kemudian menurunkan ego pribadi dan partainya; mengataskan kepentingan bangsa negara, ah sudah nggak ada lagi bencana di Indonesia. Tapi, jika hati nurani tidak ada dan kepentingan pribadi dan partai di atas segalanya, rusaklah Indonesia. Saya sering mengatakan kalau perlu tidak usah memakai Demokrasi dan HAM jika haknya yang dikedepankan, bukan kewajiban.”
Acara peluncuran ini membawa kesan bagi yang hadir. Mereka merasakan bagaimana Furukawa tak henti menebar senyum, mengucapkan terima kasih, dan juga mengucapkan maaf berkali-kali sambil membungkukkan badannya. Hadirin pun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk meminta tanda tangan dan berfoto bersama.

Bambang Trim adalah Pendiri Penulis Pro Indonesia (Penprin). Ia telah berpengalaman 30 tahun di dunia penulisan-penerbitan serta telah menulis lebih dari 250 buku (1994–2023). Ia tercatat sebagai perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia. Kini, ia menjadi Ketua Umum Perkumpulan Penulis dan Editor Profesional periode 2022–2026. Bambang Trim aktif di Pusat Perbukuan, Kemendikbudristek sebagai narasumber dan anggota Komite Penilaian Buku Teks.