Manistebu.com | Masih hangat soal reshuffle jilid II yang dilakukan Presiden Jokowi hari ini, 27/7. Satu hal yang mengejutkan adalah digantinya Anies Baswedan, menteri yang mencanangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) oleh Prof. Muhadjir Effendy, mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.
Ingat UMM saya menjadi terkenang tahun lalu diundang ke kampus resik di Malang oleh UMM Press. Saya diminta untuk memberikan materi Konversi KTI Nonbuku Menjadi Buku untuk para dosen. UMM sendiri termasuk universitas swasta terbaik menempati peringkat 27 secara nasional.
Kembali soal reshuffle, Anies Baswedan selama 20 bulan memimpin telah memberikan angin segar dan kecerahan matahari bagi dunia literasi Indonesia. Anies membangun kembali hubungan yang mesra dengan dunia perbukuan. Ia mencanangkan gerakan membaca selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai, lalu memperbesarnya menjadi Gerakan Literasi Sekolah pada Februari 2016.
Sebelumnya, Anies juga menjadi pendukung penuh terhadap penyelenggaraan Frankfurt Book Fair 2016 yang telah menunjuk Indonesia menjadi tamu kehormatan. Kemendikbud membentuk Komite Nasional untuk memastikan Indonesia tampil mengesankan. FBF sukses mengharumkan nama Indonesia di kancah perbukuan internasional.
Baca juga http://www.kompasiana.com/bambangtrim/digital-war-buku-pelajaran_5791056c29b0bd2d0a132b18
Melihat latar belakang Prof. Muhadjir, beliau juga seorang pencinta literasi. Ia aktif sebagai wartawan kampus pada saat aktif kuliah dan hingga kini tetap rajin menulis artikel, esai, dan buku. Artinya, gebrakan literasi yang telah dilakukan Anies Baswedan, sangatlah mungkin didukung oleh Prof. Muhadjir yang tercatat sebagai cendekiawan Muslim berdedikasi terhadap dunia pendidikan ini.
Dunia literasi Indonesia yang salah satunya diwakili oleh Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) sangat berharap Kemendikbud menjadi mitra yang mesra untuk membangun budaya literasi dan menjadi Indonesia sebagia negara yang literat. Industri buku yang sebagia besar bertumpu pada dunia pendidikan harus diberi jalan untuk tumbuh dan berkembang.
Tentulah integritas harus tetap ditegakkan agar tidak terjadi pengalaman-pengalaman buruk pada masa lalu yaitu buku menjadi objek komersialisasi di dunia pendidikan. Regulasi seperti RUU Sistem Perbukuan Nasional yang sedang digodok Komisi X DPR bersama pemangku kepentingan dunia buku menjadi sangat penting sebagai acuan untuk mencapai visi dan misi bersama di bidang literasi.
Prof. Muhadjir memang mewarisi persoalan tidak gampang soal pendidikan. Kabar terbaru adalah tentang revisi K13 sendiri dan buku K13 yang kini dijual melalui toko buku daring (online) dengan versi K13 lama. Banyak yang menduga buku buatan pemerintah ini akan terlambat didistribusikan.
Namun, dengan segudang pengalaman Prof. Muhadjir, tampaknya beliau akan dapat mengambil langkah-langkah strategis dan efektif terkait ketimpangan dalam implementasi K13 ini di sekolah-sekolah seluruh Indonesia. Bukankah Muhammadiyah sejak dulu memang sudah terkenal sebagai pencetak menteri pendidikan?
Selamat bertugas Prof. Muhadjir. Semoga Kemendikbud tetap menjadi lokomotif literasi di negeri ini.

Bambang Trim adalah Pendiri Penulis Pro Indonesia (Penprin). Ia telah berpengalaman 30 tahun di dunia penulisan-penerbitan serta telah menulis lebih dari 250 buku (1994–2023). Ia tercatat sebagai perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia. Kini, ia menjadi Ketua Umum Perkumpulan Penulis dan Editor Profesional periode 2022–2026. Bambang Trim aktif di Pusat Perbukuan, Kemendikbudristek sebagai narasumber dan anggota Komite Penilaian Buku Teks.