Manistebu.com | Ketika hendak berangkat menuju ke Gedung DPR-RI untuk pembahasan RUU Sistem Perbukuan, Pak Itok Isdianto (ilustrator kawakan) yang kini menjadi kolega saya di Institut Penulis Indonesia mengenalkan sebuah majalah bertajuk Stone Soup–majalah unuk penulis dan ilustrator anak-anak. Majalah itu terbitan 2012 dan terpampang harganya $6.50 AS.
Segera saja majalah itu menarik perhatian saya karena menampilkan kolaborasi unik sekaligus kreatif antara penulis dan ilustrator anak-anak. Mereka yang diperkenankan menulis adalah rentang usia 8-13 tahun. Umumnya yang mengirimkan tulisan adalah anak-anak dari Amerika dan Kanada, tetapi majalah ini terbuka untuk karya anak-anak dari seluruh dunia.
Saya coba mengakses informasi lebih jauh lewat StoneSoup.com. Dari situs tersebut tahulah saya bahwa majalah ini dirintis oleh William Rubel dan Gerry Mandel sejak 1973. Keduanya tercatat sebagai editor.
Usaha hebat ini dijalankan oleh organisasi nirlaba bernama The Children’s Art Foundation yang bertujuan mendorong kreativitas anak-anak. Selama lebih dari empat dekade, StoneSoup sudah menerbitkan 10.000 halaman tulisan dan ilustrasi bernilai seni dari anak-anak. Era digital kini membuat StoneSoup juga sedang berproses memperluas fokusnya memasukkan kreativitas anak-anak lainnya, di bidang musik, komposisi, tarian, dan pembuatan film. StoneSoup sendiri tersedia dalam bentuk cetak, aplikasi, dan versi web.
Ada satu kepercayaan yang diyakini para pendiri StoneSoup bahwa karya-karya tulisan berkualitas dari anak-anak akan menginspirasi anak-anak lainnya untuk membaca dan menulis. StoneSoup pun disebutkan bakal menjadi hadiah yang sangat menginspirasi anak-anak dalam literasi.
Majalah Stone Soup hanya terbit 6 kali dalam setahun, yaitu Januari, Maret, Mei, Juli, September, dan November. Karya-karya yang dimuat adalah cerpen, puisi, dan timbangan buku. Redaksi Stone Soup akan mempertimbangkan karya-karya terbaik anak-anak dan memberi jawaban maksimal 4 minggu untuk menyatakan suatu karya layak ditampilkan. Khusus untuk ilustrasi, redaksi meminta tiga contoh ilustrasi berwarna. Ilustrator anak-anak inilah yang nantinya dikolaborasikan dengan penulis anak-anak terpilih.
Jelaslah ini gagasan literasi yang brilian menciptakan kebanggaan besar pada anak untuk berkarya. Iri juga rasanya ingin Indonesia memiliki majalah seperti ini atau lebih jauh proyek seperti ini. Kita mampu kok membuat yang seperti ini.
Dalam terbitan terbarunya Stone Soup menyajikan konten secara tematik, seperti keluarga, persahabatan, fiksi-sains, dan sekolah. Konten-konten ini dapat diakses di StoneSoup.com.

Pikiran saya sama mungkin dengan Anda sejak melihat majalah ini. Mengapa namanya Stone Soup? Stone Soup adalah cerita rakyat yang berkembang dari tradisi lisan di Eropa yang mengisahkan tentang seorang lelaki yang cerdas. Versi tulisan pertamanya disebutkan muncul dari penulis wanita berkebangsaan Prancis, Madame de Noyer pada tahun 1720. Tidak ada sejarah yang tepat menggambarkan dari mana cerita tersebut berasal.
Jika kita andaikan dengan Indonesia, ide Stone Soup ini sungguhlah dapat diwujudkan karena Indonesia memiliki kekayaan literasi setara dengan kekayaan alamnya. Hanya keliterasian kita telah kadung dicap terpuruk. Salah siapa? Siapa salah? Salah-salah mencari siapa …. Lebih baik melihat ke depan, apalagi soal “batuan-batuan” banyak sekali idenya di Indonesia. Tinggal mau apa tidak, itu saja–kata Iwan Fals.

Bambang Trim adalah Pendiri Penulis Pro Indonesia (Penprin). Ia telah berpengalaman 30 tahun di dunia penulisan-penerbitan serta telah menulis lebih dari 250 buku (1994–2023). Ia tercatat sebagai perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia. Kini, ia menjadi Ketua Umum Perkumpulan Penulis dan Editor Profesional periode 2022–2026. Bambang Trim aktif di Pusat Perbukuan, Kemendikbudristek sebagai narasumber dan anggota Komite Penilaian Buku Teks.