Manistebu.com | Kau yang ngaku-ngaku ngefans kepadaku tiba-tiba mengirim pesan via WA.
“Aku kaget, kukira kamu yang menulis buku itu?”
“Buku apaan?! Oh, buku itu, ya?”
“Ya, aku sudah mengira tidak mungkin kamu. Gaya menulismu tidak begitu. Hanya namamu mirip dengannya ….”
Syukurlah aku tidak menjadi korban salah tangkap gara-gara buku penuh data dan fakta palsu tentang sang Presiden itu. Bahkan, seseorang dengan yakinnya ingin memesan buku itu kepadaku, saking tenarnya.
“Serius?” tanyamu dengan antusias.
“Beneranlah ….”
Namaku memang nyaris sama. Bambang Trim alias Bambang Trimansyah dan cek “nama sebelah” adalah Bambang Tri Mulyono. Sang Bambang Tri(M) kini mendekam di penjara gara-gara bukunya karena bukunya memang membuat gara-gara.
Sepanjang aku hidup, aku tidak didesain sebagai pencela seorang pemimpin, apalagi presiden, karena aku membentengi itu dengan membaca sekaligus menulis. Ada sisi manusiawi seorang presiden, apakah dia itu Sukarno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY, dan Jokowi. Kalau gusar dengan pola tingkah presiden, aku jelas mengalaminya juga.
Aku pernah gusar dengan Gus Dur sampai menulis sebuah artikel opini di harian lokal. Aku juga pernah gusar dengan Bu Mega yang banyak diam, juga Pak SBY yang selalu curhat. Dengan Jokowi? Tentulah ada rasa gusarku sehingga ingin juga aku menghardik si Kaesang, “Emangnya bapakmu yang punya negara ini?”
Hehehe. Itu manusiawi, tapi bukan menebar fitnah karena itu melebihi sikap hewani karena hewan tidak pernah memfitnah sesamanya. Membongkar aib saja sudah dilarang agama, apalagi melabelkan aib kepada orang yang tidak berbuat.
Dan ingat aku dan kau itu diciptakan menjadi pemimpin. Kau lihat sajalah dirimu apakah sudah benar menjadi pemimpin. Nah, ini memimpin 250 juta orang lebih loh!
“Ah, bodo amat, emang gue pikiran,” katamu sambil menambahkan ikon wajah menjulurkan lidah.
Aku selalu berhati-hati untuk soal ini, apalagi dalam menulis, pastilah kau paham itu. Makin tua aku sekarang menanjak ke-44 tahun maka makin banyak aku berpikir untuk menuliskan sesuatu. Bukan soal berani atau tidak berani, tetapi energiku mudah terkuras untuk soal ini, sedangkan pekerjaanku bukanlah berbuat huru hara dalam tulisan atau memainkan jurus hit and run.
Aku jelas tak sudi (tanpa pakai Silalahi) disamakan dengan Bambang Tri(M). Biarlah dia menyadari bahwa hidup ini terlalu singkat untuk cepat populer. Ia telah memilih jalan menulisnya yang penuh gemuruh dan kehebohan, sedangkan aku memilih jalan menulis yang sunyi dan soliter.
“Apa kamu nggak ingin terkenal seperti si Bambang Tri itu?”
Aku hanya tersenyum sambil menyeruput kopi cap Ayam Merak yang harum itu. Kau pun mengetikkan “?????”
“Aku ingin hidup seribu tahun lagi …,” tulisku mantap
“Binatang jalang dong …!”
“Sialan!”

Bambang Trim adalah Pendiri Penulis Pro Indonesia (Penprin). Ia telah berpengalaman 30 tahun di dunia penulisan-penerbitan serta telah menulis lebih dari 250 buku (1994–2023). Ia tercatat sebagai perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia. Kini, ia menjadi Ketua Umum Perkumpulan Penulis dan Editor Profesional periode 2022–2026. Bambang Trim aktif di Pusat Perbukuan, Kemendikbudristek sebagai narasumber dan anggota Komite Penilaian Buku Teks.