“Novel yang saya ciptakan ini titik tekan utamanya adalah kematian. Dan kisah Harry Potter saya buka dengan kematian orangtua Harry. Ada obsesi Voldemort untuk menaklukkan kematian dan usahanya meraih keabadian dengan segala macam cara.”
J.K. ROWLING
Aku Ingin Bunuh Harry Potter! (AIBHP) merupakan buku ke-31 saya. AIBHP saya buat pada tahun 2007—kira-kira sebulan sebelum jilid terakhir novel Harry Potter, Harry Potter and Deathly Hallows terbit. Sebelum membuat buku AIBHP, saya tentu memperkaya pikiran saya dengan membaca terlebih dahulu keenam jilid novel Harry Potter. Tak berhenti hanya membaca, saya pun berusaha “mengikat makna” setiap jilid novel tersebut.
Bahkan resensi buku jilid pertamanya, Harry Potter dan Batu Bertuah (2000), sempat dimuat di harian pagi Kompas. Resensi jilid ketiganya, Harry Potter dan Tawanan Azkaban (2001) dimuat di majalah Gatra dan resensi jilid kelimanya, Harry Potter dan Orde Phoenix (2004), saya ajarkan di kelas Bahasa Indonesia untuk kelas dua di SMA Plus Muthahhari, Bandung. Sekali lagi, saya tak hanya menikmati (membaca) novel fantasi yang fantastis itu. Saya juga berusaha menemukan dan mengikat “hikmah” kisah-kisah yang ada di novel tersebut.
Setelah menemukan “hikmah” dari novel-novel Harry Potter sejak jilid pertama hingga keenam, saya pun aktif mengumpulkan berita-berita tentang Harry Potter ketujuh secara online. Waktu itu, saya bahkan berlangganan berita dari Google Alert! Lewat Google Alert! saya dibanjiri berita-berita tentang Harry Potter ketujuh dari seluruh penjuru dunia. Saya mengunduhnya kemudian memilih berita-berita yang paling menarik.
Film-film Harry Potter yang sudah beredar pun saya cermati lagi keunikannya. Misalnya, saya sangat terkesan dengan film serial Harry Potter yang disutradarai Alfonso Cuaron. Menurut saya, Cuaron berhasil memvisualkan sosok Dementor secara sangat dramatis. Visualisasi sosok Dementor—dengan iringan musik yang pas—tersebut seakan-akan mampu mengisap kebahagiaan yang saya rasakan.
“Hikmah” yang saya peroleh dari setiap jilid Harry Potter yang sudah terbit kemudian saya pakai sebagai judul-judul bab di buku AIBHP. Bab-bab itu adalah Bab 2 “Horcrux” (pecahan jiwa Voldemort), Bab 3 “Dolores Umbridge” (salah satu Guru Pertahanan terhadap Ilmu Hitam yang menghukum Harry Potter secara sangat mengerikan), dan Bab 4 “Dementor” (sang Penyedot Kebahagiaan). Ada tujuh bab di buku AIBHP.
Bab 1, saya manfaatkan untuk mengantarkan buku atau mengenalkan tujuan buku AIBHP. Bab 1 sengaja saya buat pendek dan hanya berisi cerita fiksi tentang seorang remaja bernama Heri Puter yang tergila-gila dengan novel Harry Potter, kemudian—tanpa alasan yang jelas—membenci sosok Harry Potter.
Heri Puter tak berhenti hanya membenci Harry Potter, tetapi bahkan ingin membunuhnya. Lantas di ujung rasa marahnya itu, dia teringat “horcrux” yang diperkenalkan oleh J.K. Rowling di jilid keenam Harry Potter. Setelah membahas “horcrux” di Bab 2, pikiran saya berpindah ke sikap bengis Dolores Umbridge (Bab 3) dan sosok Dementor (Bab 4) yang mengerikan.
Bab 5 saya beri judul dengan “Sang Terpilih” untuk menunjukkan proses kreatif Rowling dalam menciptakan Harry Potter. Bab 6 berjudul “Lumos Maxima”—sebuah mantra sihir yang sangat saya sukai—untuk melukiskan kehebatan buku Harry Potter yang telah “mencahayai” dunia anak-anak, dunia buku, dan dunia (industri) hiburan lainnya. Dan Bab 7, bab terakhir, saya isi dengan kesadaran Heri Puter yang menemukan cinta—lawan kata benci. Di Bab 7 ini, Heri Puter menemukan “lingkaran cinta” yang menaungi kehidupan Harry Potter.
Demikianlah, saya tidak membuat outline (kerangka karangan) untuk buku AIBHP. Mungkin berkat mengikat makna, outline itu tiba-tiba sudah tertata di kepala saya. Setiap kali menulis dan membuat buku, saya memang lebih mengandalkan otak kanan yang fleksibel dan mudah menjalar ke mana-mana. Memang ada keuntungan dan kekurangannya. Kekurangannya, si pembuat buku harus mempersiapkan materi-materi buku yang banyak dan sangat kaya terlebih dahulu. Ini bisa sangat melelahkan! Keuntungannya, otak kanan ini sangat intuitif. Ia pandai mengait-ngaitkan banyak hal dan menemukan “makna” (sesuatu yang penting dan berharga) sebelum otak kiri memutuskan ini-itu.
Dan, tentu saja, saya mengawali penyusunan buku AIBHP dengan sebuah gagasan. Gagasan inilah yang memandu dan mengarahkan saya. Apa gagasan saya? Cinta. Harry Potter sangat dicintai oleh orangtua dan para sahabatnya. Gagasan ini saya temukan dalam kata-kata Albus Dumbledore, “Cinta seorang Ibu mengalir di seluruh kulitmu, Harry. Voldemort tidak menyadari bahwa cinta sekuat cinta Ibumu kepadamu meninggalkan bekas. Bukan seperti bekas luka, bukan pula seperti tanda yang kelihatan…. Jika kita dicintai secara dalam, meskipun orang yang mencintai kita sudah tiada, itu akan memberikan perlindungan selamanya. Perlindungan ini, sekali lagi, ada di kulitmu.” Kata-kata ini saya temukan di jilid kesatu, Harry Potter dan Batu Bertuah.
Buku Aku Ingin Bunuh Harry Potter akhirnya memang tak sekadar mengurutkan struktur atau berisi bab-bab yang sudah saya rancang. Ada banyak sisipan materi-menarik seputar berita Harry Potter ketujuh yang akan terbit dan saya tulis dalam boks. Berita-berita itu saya beri judul “Ramuan 1” hingga “Ramuan 7”. Lantas, ada ilustrasi yang imajinatif dari seorang ilustrator di setiap halaman buku. Ini membuat buku tidak hanya berisi teks yang membosankan.
Tidak berhenti di situ, saya juga memilihkan kutipan-kutipan yang inspiratif untuk membuka setiap bab. Kutipan-kutipan inspiratif ini sesungguhnya mewakili gagasan-inti saya di setiap bab. Dan di ujung halaman, saya masih menambahkan materi yang terlepas dari bab pokok tetapi masih tetap menarik untuk dibaca (diikuti).
Bab-bab yang ada di ujung buku itu saya beri judul “Catatan Rahasia: Teka-Teki Harry Potter Ketujuh” dan “Kenapa dan Bagaimana Buku Ini Ditulis” (yang tentu berbeda dengan apa yang ada di tulisan saya saat ini), serta “Ucapan Terima Kasih” dan “Sumber dan Alat Pencari Materi”. Yang menarik—dan saya baru menyadari ketika menuliskan artikel ini—materi untuk “Catatan Rahasia” ternyata masih menjadi misteri. Meskipun keseluruhan jilid Harry Potter dan filmnya sudah terbit dan beredar—pada tahun 2015 telah muncul serial baru Harry Potter berjudul Harry Potter and the Cursed Child dan film yang mendahului Harry Potteryang berjudul, Fantastic Beasts and Where to Find Them—misteri itu tetap masih belum terkuak. Apa misteri itu? Ada kata scar di baris terakhir buku Harry Potter ketujuh. Tentang scar (bekas luka)? Ya.[]
Hernowo—di dunia maya dikenal dengan nama “Hernowo Hasim”—adalah penulis 24 buku dalam 4 tahun. Dia punya konsep membaca-menulis bernama “mengikat makna”. Ia mulai menekuni dunia menulis di usia lewat 40 tahun. Buku pertamanya, Mengikat Makna (Kaifa 2001) terbit saat usianya mencapai 44 tahun. Kini sudah 37 buku diciptakannya. Buku ke-37-nya berjudul “Flow” di Era Socmed: Efek-Dahsyat Mengikat Makna (Kaifa, 2016). Kini Hernowo sedang mempersiapkan buku tentang “free writing”, bagaimana membuat buku, dan aplikasi “mengikat makna”.