“Akhirnya, kesimpulan saya sederhana. Apabila anak-anak dapat membaca untuk kesenangan, apabila mereka dapat ‘terikat dengan buku’, mereka pun akan memperoleh—secara tidak sengaja dan tanpa usaha yang dilakukan dengan sadar—hampir semua hal yang disebut ‘keterampilan kebahasaan’: mereka akan menjadi pembaca andal, mendapatkan banyak kosakata, mengembangkan kemampuan untuk memahami dan menggunakan susunan kalimat majemuk, mengembangkan gaya penulisan yang bagus, dan menjadi pengeja yang hebat (walaupun tidak sempurna).” DR. STEPHEN D. KRASHEN
Saya akan meminta bantuan ahli linguistik, Dr. Stephen D. Krashen, dan juga Stephen King dalam menjelaskan cara bekerjanya perangkat bahasa ini. Dr. Krashen adalah penulis buku The Power of Reading: Insights from the Research (Libraries Unlimited, 2004). Dari bukunya itulah, saya memperoleh hal menarik nan penting tentang kegiatan membaca yang sangat berkaitan dengan menulis. Saya menafsirkan hasil riset Dr. Krashen sebagai berikut: membaca itu merupakan upaya-sadar untuk memasukkan kata-kata ke dalam pikiran, sementara menulis merupakan kegiatan mengeluarkan (mengungkapkan) pikiran dengan bantuan kata-kata yang sudah tersedia.
Semakin kaya dan bervariasi perbendaharaan kata yang dimiliki seseorang, akan semakin mudah, ringan, dan lancar orang tersebut mengungkapkan pikirannya secara tertulis. Sebaliknya, semakin sedikit perbendaharaan kata yang dimilikinya, semakin sulit dan tersendat-sendatlah kegiatan menulisnya. Demikiaanlah gambaran sederha cara bekerjanya perangkat bahasa dalam writing toolbox berpijak pada riset Dr. Krashen. Kita hanya perlu menyediakan sebanyak mungkin berbagai ragam kata. Begitu pikiran (diri) kita memiliki banyak sekali ragam kata, secara otomatis perangkat bahasa itu akan bekerja secara canggih dalam membantu diri kita menulis. Pertanyaannya, bagaimana agar diri kita dapat memiliki kosakata (perbendaharaan kata) yang sangat kaya?
Agar diri kita memiliki kosakata yang sangat kaya, membaca teks—baik teks itu berupa artikel pendek maupun buku—yang bergizi adalah jalannya. Saya menyebutkan secara khusus “teks yang bergizi” untuk menggambarkan tentang manfaat teks tersebut bagi pikiran (yang akan menulis). Kita dapat saja membaca sembarang teks—tanpa memeriksa dan memilih kualitas teks tersebut—namun, apabila Anda ingin menulis maka Anda harus memperhatikan pengaruh teks yang Anda baca terhadap pikiran Anda. Memilih teks yang bergizi tidak hanya akan menyehatkan pikiran Anda, sebagaimana makanan bergizi akan menyehatkan tubuh Anda. Teks yang bergizi juga akan menumbuhkembangkan pikiran Anda dengan baik dan membuat isi pikiran Anda siap diungkapkan secara tertulis.
Seperti pernyataan Dr. Krashen yang saya kutip di awal tulisan ini, teks yang baik—yang bergizi—yang dimasukkan ke dalam pikiran lewat membaca akan menjadikan diri Anda memiliki banyak sekali keterampilan kebahasaan. Keterampilan kebahasaan yang akan Anda miliki itu, antara lain, berupa (1) menjadi pembaca andal, (2) mendapatkan banyak kosakata, (3) mengembangkan kemampuan untuk memahami dan menggunakan susunan kalimat majemuk, (4) mengembangkan gaya penulisan yang bagus, serta (5) menjadi pengeja yang hebat.[]
Hernowo—di dunia maya dikenal dengan nama “Hernowo Hasim”—adalah penulis 24 buku dalam 4 tahun. Dia punya konsep membaca-menulis bernama “mengikat makna”. Ia mulai menekuni dunia menulis di usia lewat 40 tahun. Buku pertamanya, Mengikat Makna (Kaifa 2001) terbit saat usianya mencapai 44 tahun. Kini sudah 37 buku diciptakannya. Buku ke-37-nya berjudul “Flow” di Era Socmed: Efek-Dahsyat Mengikat Makna (Kaifa, 2016). Kini Hernowo sedang mempersiapkan buku tentang “free writing”, bagaimana membuat buku, dan aplikasi “mengikat makna”.