Manistebu.com | UKBI atau uji kemahiran berbahasa Indonesia memang belum sepopuler TOEFL atau IELTS yang mendunia. Namun, tanda-tanda UKBI dapat diinternasionalkan mulai ada. Seperti apa yang disampaikan oleh Dr. Hurip Danu Ismadi, M.Pd., Kepala Pusat (Kapus) Pengembangan dan Pelindungan, Badan Bahasa, saat Rapat Pembakuan II UKBI di Hotel Salak Tower, tanggal 4 Juni lalu.
Kapus menyampaikan bahwa sudah ada permintaan dari Thailand dan Jepang untuk mengadakan UKBI di negara mereka. Artinya, dua negara Asia itu meminta diadakannya tempat uji kompetensi di negaranya karena banyaknya juga mahasiswa yang belajar bahasa Indonesia di sana. Permintaan ini menuntut kesiapan Badan Bahasa sebagai lembaga resmi yang menyelenggarakan UKBI.
Terkait dengan penyusunan soal-soal UKBI dan uji cobanya ditekankan perlunya mempertimbangkan soal untuk para penutur asing bahasa Indonesia yang harus berbeda untuk penutur asli bahasa Indonesia. Soal yang perlu perhatian khusus adalah seksi berbicara dan seksi menulis.
UKBI memang belum terlalu populer karena belum diwajibkan secara massal. Seharusnya, para mahasiswa selain dites TOEFL juga dites UKBI. Tahun ini menurut Kapus Pengembangan dan Pelindungan, UKBI tidak lagi digratiskan, tetapi berbayar yang menjadi penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Di sinilah UKBI semestinya memang dipersiapkan sebagai sertifikasi standar untuk lembaga-lembaga di Indonesia, terutama lembaga pendidikan.
Jika sekarang mahasiswa yang hendak lulus harus memiliki sertifikat pendamping ijazah, tampaknya UKBI pantas dimasukkan sebagai salah satu syarat kelulusan mahasiswa Indonesia. Karena itu, UKBI harus dipersiapkan sebagai tes atau uji kompetensi yang standar dan memiliki indikator yang jelas.
Jadi, siap dulu secara nasional, barulah UKBI dapat didorong untuk internasionalisasi dan sangat mungkin banyak negara yang berminat mengadakan tempat uji kompetensi di negaranya. Bahasa Indonesia pun akan menjadi semakin kukuh eksistensinya.[]

Bambang Trim adalah Pendiri Penulis Pro Indonesia (Penprin). Ia telah berpengalaman 30 tahun di dunia penulisan-penerbitan serta telah menulis lebih dari 250 buku (1994–2023). Ia tercatat sebagai perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia. Kini, ia menjadi Ketua Umum Perkumpulan Penulis dan Editor Profesional periode 2022–2026. Bambang Trim aktif di Pusat Perbukuan, Kemendikbudristek sebagai narasumber dan anggota Komite Penilaian Buku Teks.