Inilah perkakas terakhir yang saya sediakan di writing toolbox milik saya. Saya menemukan perkakas kelima ini di buku fenomenal Quantum Learning. Pencipta buku Quantum Learning, Bobbi DePorter, di halaman 47 menulis demikian:
“Sesuatu yang ingin Anda kerjakan harus menjanjikan manfaat bagi Anda atau Anda tidak akan termotivasi untuk melakukannya.”
Ya, AMBAK memang bertujuan untuk membangkitkan minat atau motivasi. Tujuan saya menjadikan AMBAK sebagai perkakas kelima adalah memang untuk membangkitkan motivasi (semangat) menulis. Menulis itu kadang terasa sangat berat—bahkan membebani—dan kerap membuat frustrasi. Apalagi jika dalam menulis tersebut kita ingin mendapatkan hasil yang berkualitas—tidak biasa-biasa saja. AMBAK saya gunakan untuk membantu saya mengatasi beban berat menulis dan meredam rasa frustrasi tersebut.
Salah satau manfaat AMBAK dalam menulis adalah mengarahkan saya untuk menemukan makna (alasan kenapa saya harus menulis). Atau dalam bahasa lain: AMBAK dapat membantu saya untuk membangkitkan semangat (motivasi) menulis agar saya menulis dengan hasil yang baik dan berkualitas. Makna atau semangat akan menjadikan kegiatan menulis yang saya lakukan kemudian tidak gampang terbentur tembok tebal bernama kesia-siaan atau sekadarnya. Bahkan jika saya berhasil menemukan makna atau semangat ketika menulis, saya meyakini bobot atau kualitas tulisan saya pun dapat meningkat secara tajam.
Memang menulis ya menulis. Apa pun yang kita tulis sesungguhnya tidak perlu kita risaukan. Berhasil mengalirkan pikiran yang abstrak dalam bentuk deretan kata-kata yang tersusun rapi, sudah merupakan sebuah proses yang layak dihargai. Tidak semua orang mampu untuk mengalirkan kata-kata secara tertata dan apik. Apalagi jika kata-kata tersebut kemudian berhasil menghadirkan makna. Ini sebuah peristiwa kehidupan yang luar biasa. Peristiwa yang fenomenal!
Hanya saja, menulis bukan sekedar menulis. Menulis akan menjadikan diri kita berkembang dan berubah secara sangat pesat. Kepesatan perkembangan dan perubahan diri kita biasanya ditandai dengan ditemukannya hal-hal baru yang berbeda dengan sebelumnya. Diri kita, setelah berhasil menulis atau merumuskan sesuatu, akan berubah. Ada ilmu baru yang kita peroleh. Itu senantiasa saya rasakan begitu selesai menulis.
Ya, sebelum menulis, diri kita mungkin telah memiliki sesuatu yang berharga atau ilmu lama yang belum tersusun dan terbentuk dengan jelas. Setelah kegiatan menulis atau merumuskan selesai kita lakukan, maka ilmu lama yang kita miliki itu pun terwujud/terbangun. Ajaibnya, tiba-tiba diri kita akan merasakan masuk (mewujud)-nya ilmu baru yang berbeda dengan ilmu lama yang sudah terumuskan terserbut. Inilah yang ingin saya sebut sebagai “sepotong makna”. Inilah pemerolehan dari menulis atau manfaat menulis yang luar biasa.
Nah, AMBAK dapat membantu seseorang untuk tak sekadar menulis. AMBAK bahkan akan mempersiapkan seorang penulis dalam menghasilkan tulisan yang tidak biasa. Lewat mekanisme berpikir yang rumit, seseorang yang ingin menulis akan memperoleh materi yang unik dan langka selain semangat atau motivasi yang menggebu. AMBAK dapat mengarahkan seorang penulis menuju pemerolehan materi untuk ditulis yang unik dan langka tersebut.
Pada buku Quantum Learning, AMBAK adalah semacam akronim. Akronim itu dalam bentuk pertanyaan atau sikap mempertanyakan tentang sesuatu yang akan kita lakukan. Kepanjangan AMBAK adalah “Apa Manfaatnya Bagiku?” Nah, kata “nya” dalam “manfaat-‘nya’” itu jika terkait dengan menulis ya menjadi “Apa Manfaat Menulis Bagiku?” Apa sesungguhnya manfaat menulis bagi diri Anda?
Apabila diri kita dapat menjawab pertanyaan tersebut secara meyakinkan, tentulah akan diperoleh sebuah energi dahsyat dalam membangkitkan minat atau motivasi kita dalam menulis. Jika kita tak mendapatkannya, ya ada kemungkinan kita akan jatuh pada kegiatan menulis yang ala kadarnya atau asal-asalan. AMBAK dapat mendorong diri kita melakukan kegiatan menulis secara sungguh-sungguh dan bermakna.[]
Hernowo—di dunia maya dikenal dengan nama “Hernowo Hasim”—adalah penulis 24 buku dalam 4 tahun. Dia punya konsep membaca-menulis bernama “mengikat makna”. Ia mulai menekuni dunia menulis di usia lewat 40 tahun. Buku pertamanya, Mengikat Makna (Kaifa 2001) terbit saat usianya mencapai 44 tahun. Kini sudah 37 buku diciptakannya. Buku ke-37-nya berjudul “Flow” di Era Socmed: Efek-Dahsyat Mengikat Makna (Kaifa, 2016). Kini Hernowo sedang mempersiapkan buku tentang “free writing”, bagaimana membuat buku, dan aplikasi “mengikat makna”.