Manistebu.com | Bagaimanapun buku sebagai produk intelektual terus diproduksi, tidak terkecuali oleh lembaga pemerintah dan kementerian. Di dunia pendidikan, buku-buku terus diterbitkan serta dicetak oleh Kemendikbud dengan juga membuka keterlibatan penerbit swasta.
Pasca diundangkannya UU Nomor 3 Tahun 2017 tentang Sistem Perbukuan, peluang kontribusi swasta untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan buku, lebih terbuka. UU telah menempatkan buku sebagai produk, perilaku, dan proses budaya yang penting sehingga keberadaan buku sangat vital bagi pembangunan SDM.
Dalam kesempatan berbagi soal peluang buku proyek pemerintah kepada tim Penerbit Bhuana Ilmu Populer (BIP), saya memaparkan dua peluang yang dapat diambil penerbit yaitu proyek dan jasa. Dalam hal proyek pengadaan buku sesuai dengan amanat UU dan nantinya juga PP, setiap buku yang akan dibeli pemerintah wajib lolos dalam penilaian atau memiliki SK penggunaan dari menteri. Buku yang masuk kategori proyek umumnya buku-buku nonteks pelajaran (pengayaan dan panduan).

Di samping proyek pengadaan yang menggunakan dana pemerintah, ada juga proyek dalam bentuk jasa penerbitan. Banyak lembaga/kementerian yang mengalihdayakan pekerjaan penulisan-penerbitan kepada para profesional, termasuk lembaga penerbitan. Peluang di sini masih terbuka luas karena setiap tahun begitu banyak kegiatan penerbitan yang dilakukan.
Saya memberikan rumus 4C untuk dapat sukses mendulang peluang dari buku-buku resmi terbitan pemerintah ini atau buku-buku yang dibeli dengan proyek pemerintah. Apa itu 4C?
- Content yaitu terkait dengan materi buku yang bermutu.
- Context yaitu terkait dengan penyajian buku dan penampilan buku yang menggugah minat baca.
- Creativity yaitu kreativitas dalam menulis materi dan menyajikannya mengikuti perkembangan zaman.
- Consultancy yaitu kemampuan memberikan konsultansi kepada klien yang kemungkinan akan banyak bertanya.
Karena itu, penerbit harus mempersiapkan personelnya secara andal, baik personel editorial maupun pemasaran. Dalam konteks ini sama dengan bisnis lainnya, yang ditawarkan penerbit adalah pemecahan terhadap masalah penulisan-penerbitan yang dihadapi oleh klien.
Berbincang selama dua jam di Penerbit BIP memang tidak terasa. Namun, paling tidak saya telah membuka mata kru penerbit bahwa ada begitu banyak peluang untuk menetapi jalan penerbitan buku.[]

Bambang Trim adalah Pendiri Penulis Pro Indonesia (Penprin). Ia telah berpengalaman 30 tahun di dunia penulisan-penerbitan serta telah menulis lebih dari 250 buku (1994–2023). Ia tercatat sebagai perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia. Kini, ia menjadi Ketua Umum Perkumpulan Penulis dan Editor Profesional periode 2022–2026. Bambang Trim aktif di Pusat Perbukuan, Kemendikbudristek sebagai narasumber dan anggota Komite Penilaian Buku Teks.