10 Tanya-Jawab Buku Ajar Perguruan Tinggi

Manistebu.com | Buku ajar atau buku teks perguruan tinggi sampai kini tetap menjadi bahan ajar primer untuk belajar mengajar di perguruan tinggi. Biasanya buku ajar berasal dari risalah materi (handout) yang disusun oleh dosen atau dapat pula berupa diktat. Jadi, bentuk sempurna bahan ajar primer itu disebut buku ajar atau buku teks.

Seyogianya yang menulis buku ajar adalah dosen pengampu mata kuliah. Namun, dapat juga yang menulis buku ajar seorang pakar dengan tentunya pengalaman mengajar. Bahan baku utama penulisan buku ajar adalah silabus (kurikulum) yang disusun oleh perguruan tinggi.

Berikut ini saya tuliskan 10 pertanyaan beserta jawaban terkait buku ajar perguruan tinggi yang sering muncul.

1: Apakah Sama Buku Ajar dan Buku Teks?

Buku ajar dan buku teks adalah istilah yang sama untuk menyebut buku yang digunakan sebagai manual pemelajaran di perguruan tinggi. Padanannya dalam bahasa Inggris sama kita ketahui yaitu text book. Berbeda halnya dengan buku untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah yang disebut buku sekolah (school book) atau buku pelajaran.

Definisi buku ajar/buku teks menurut Pedoman Publikasi Ilmiah Dikti 2017 adalah sebagai berikut.

Buku ajar atau buku teks (textbook) merupakan manual untuk pengajaran dalam suatu cabang ilmu sebagai pegangan untuk suatu mata kuliah dan sarana pengantar ilmu pengetahuan. Buku ajar dibuat dengan bahasa yang mudah dimenge[r]ti oleh mahasiswa dengan banyak ilustrasi untuk memperjelas konsep, biasanya tersedia soal latihan dan penugasan. Umumnya buku ajar berwujud cetakan tetapi sekarang ini semakin banyak yang berupa e-book dalam format PDF, sistem tutor daring, dan bahkan kuliah lewat video. Buku ajar ditulis dan disusun oleh pakar di bidangnya dan memenuhi kaidah buku teks serta diterbitkan secara resmi dan disebarluaskan. 

2: Apa Perbedaan antara Buku Ajar dan Bahan Ajar?

Jadi, secara mudah saya berikan ungkapan berikut: Buku ajar sudah pasti merupakan bahan ajar. Namun, tidak semua bahan ajar adalah buku ajar. Ada bahan ajar yang disebut bahan ajar primer yaitu bahan ajar yang ditulis atau disusun mengacu pada silabus atau satuan acara perkuliahan (SAP). Bentuk bahan ajar primer itu dapat berupa risalah materi (handout), presentasi salindia (slide), diktat, modul, dan buku ajar. Khusus untuk modul meskipun berupa buku, ia secara khas digunakan sebagai bahan ajar mandiri dalam pemelajaran jarak jauh.

3: Apa Perbedaan Signifikan antara Buku Ajar, Buku Referensi, dan Buku Ilmiah Populer?

Di dalam ranah penulisan buku ilmiah memang terdapat beberapa jenis buku di antaranya buku referensi dan buku ilmiah populer (popular scientific book). Buku referensi adalah buku yang dijadikan rujukan utama yang biasa digunakan berulang, seperti kamus, ensiklopedia, atlas, buku pintar, farmakope (daftar obat), direktori, dan katalog. Adapun buku ilmiah populer adalah buku yang disusun dari hasil penelitian, penemuan, atau pemikiran penulisnya yang ditulis berdasarkan kaidah ilmiah dan disajikan secara populer untuk pembaca sasaran lebih luas.

Buku referensi dan buku ilmiah populer jelas tidak mengacu pada silabus/kurikulum dalam penulisannya. Itulah letak perbedaan signifikan dengan buku ajar. Selain itu, buku referensi dan buku ilmiah populer dapat dijadikan bahan ajar, tetapi disebut bahan ajar sekunder sehingga keberadaannya tidak wajib. Dalam hal angka kredit, buku referensi dan buku ilmiah populer dinilai lebih tinggi karena secara teknis lebih sulit disusun daripada buku ajar. Buku ilmiah populer bernilai angka kredit 40, sedangkan buku ajar bernilai angka kredit 20.

4: Apakah Monografi Dapat Dijadikan Buku Ajar?

Monografi adalah buku yang ditulis ulang dari hasil penelitian dengan pendalaman satu topik oleh satu orang. Karena itu, disebut monografi. Hal yang jelas monografi bukanlah buku ajar, tetapi dapat dijadikan bahan ajar–dengan kedudukan sebagai bahan ajar sekunder. Sebuah hasil penelitian dapat saja dimasukkan ke dalam materi buku ajar sebagai materi pengayaan. Namun, hasil penelitian tidak dapat dibukukan sebagai buku ajar, tetapi sebagai bahan ajar jelas boleh.

5: Bagaimana Alur Menulis Buku Ajar?

Alur menulis buku ajar sebenarnya sama dengan alur penulisan karya lainnya, yaitu pratulis-menulis draf-merevisi-menyunting-menerbitkan. Fase utama yang harus disiapkan adalah pratulis yaitu mengonversi muatan kurikulum menjadi bab dan subbab di dalam buku ajar. Jadi, dari tabel atau daftar satuan acara perkuliahan (SAP) maka penulis fokus pada pokok bahasan setiap pertemuan.

Judul bab tidak harus identik dengan judul pokok bahasan, tetapi muatannya harus sama karena pokok bahasan berhubungan dengan tujuan pembelajaran yaitu meningkatkan kompetensi mahasiswa dari segi pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (attitude).

6: Bagaimana Menulis Buku Ajar yang Menarik?

Harus diingat bahwa pembaca sasaran utama buku ajar adalah mahasiswa. Karena itu, penulis juga wajib mengenali karakteristik mahasiswa, terutama dalam konteks kini. Kita tidak dapat lagi menggunakan pola lama di dalam penulisan buku ajar/buku teks yang menjejalkan aneka teori, konsep, serta definisi, tanpa berhasil mengajak mahasiswa berpikir kritis. Buku ajar yang menarik adalah buku ajar yang memiliki daya gugah, daya ubah, dan daya pikat.

Daya gugah artinya dari segi materi dan penyajian mampu menggugah mahasiswa untuk menuntaskan bacaan. Daya ubah artinya dari segi materi mampu mengubah mahasiswa dari tidak tahu menjadi tahu, dari tahu menjadi paham, dan dari paham menjadi mampu melakukan. Daya pikat artinya dari segi penulisan dan desain menarik untuk dibaca serta mudah dipahami.

7: Adakah Pola Tertentu untuk Menulis Buku Ajar?

Buku ajar biasanya ditulis dengan pola hierarkis atau tahapan. Tahapan itu sudah terdapat di dalam pokok bahasan pada SAP atau silabus. Karena itu, apabila dosen pengampu keliru menyusun silabus maka keliru pula menyusun buku ajar. Selain pola hierarkis, ada juga buku ajar yang ditulis dengan pola prosedural/proses, biasanya pada buku-buku pendidikan vokasi yang mengajarkan keterampilan.

8: Berapa Orang Sebaiknya Menulis Buku Ajar?

Tidak ada aturan berapa orang boleh menulis buku ajar dalam satu judul. Namun, jika Anda mampu sendiri, itu lebih baik karena buah pikiran Anda dapat secara mandiri dituangkan ke dalam buku ajar. Menulis berdua atau bahkan bertiga juga tidak mengapa sepanjang Anda memiliki visi yang sama dengan penulis lainnya, dan syukur-syukur kemampuannya setara. Hal yang tidak boleh Anda lakukan adalah mencantumkan nama rekan atau kolega Anda yang sebenarnya tidak ikut menulis hanya agar ia mendapatkan angka kredit. Hentikan sikap melecehkan intelektual semacam ini karena akan merugikan diri sendiri.

9: Di Mana Sebaiknya Menerbitkan Buku Ajar?

Jika Anda menyasar pasar lebih luas dalam arti buku ajar Anda dipakai di berbagai perguruan tinggi, sebaiknya Anda menerbitkannya di penerbit mayor (penerbit besar) yang biasa menerbitkan buku perguruan tinggi. Namun, jika pasar Anda fokus pada mahasiswa perguruan tinggi Anda sendiri, Anda dapat mempertimbangkan penerbitan di penerbit perguruan tinggi (university press). Pilihlah penerbit yang profesional, masuk dalam keanggotaan profesi penerbit seperti Ikapi atau APPTI, dan memiliki tim editorial yang lengkap (editor, desainer, ilustrator).

10: Adakah Sistematika Standar Buku Ajar

Buku ajar sebagai bahan ajar primer tentu harus mengandung materi pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk menumbuhkan kompetensi mahasiswa. Karena itu, sistematika buku ajar biasaya terdiri atas hal berikut:

  • materi utama;
  • materi pengayaan;
  • pelatihan/tugas;
  • rangkuman; dan
  • evaluasi.

Itulah tanya-jawab seputar buku ajar perguruan tinggi. Jika Anda berminat mendalami, Anda dapat mengikuti kelas daring “Menulis Buku Ajar Perguruan Tinggi” yang diselenggarakan Literator Learning Center (LLC) dengan tutor saya sendiri, Bambang Trim.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.