Dahsyatnya Sastra Mengayakan Hati

Membaca sastra (bermutu) adalah upaya mengayakan hati dan mempengaruhi cara pandang terhadap dunia. Karena itu, sastra sering disebut-sebut sebagai jalan kebenaran keempat, setelah agama, filsafat, dan ilmu pengetahuan. Dalam sastra kita temukan potret konflik anak manusia dan di dalam sastra kita temukan berbagai keindahan-keindahan yang berguna (dulce et utile).

Sastra bermutu yang ditanamkan pada anak dan remaja akan memancing kecerdasan literasi yang membuat mereka berpikir selalu menggunakan hati. Anak-anak periode 80-an besar dengan kisah Lima Sekawan karya Enid Blyton, kisah-kisah menggugah dari penulis lokal Bung Smas dan kisah detektif lokal karya Dwianto Setiawan. Ada juga karya CM Nas yang menarik hati, begitupun karya-karya dari Drs. Suyadi (Pak Raden), Arswendo Atmowiloto, Hilman Hariwijaya, Zara Zetira, dan Gola Gong (tiga penulis terakhir adalah penulis yang dibesarkan majalah remaja paling berpengaruh saat itu, HAI).

Karya sastra akan lahir terus dan berkembang. Dalam rentang dua dekade 1990-2010, kita di Indonesia menikmati berbagai arus model sastra yang membuat anak serta remaja kita mau membaca. Ada sastra relijius yang diusung oleh FLP dan puncaknya pada karya Habiburrahman El-Shirazy, “Ayat-Ayat Cinta”, kemudian ada karya bernuansa pendidikan yang meledak yaitu “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata, dan ada pula karya-karya lain yang meramaikan jagat sastra Indonesia.

Hebatnya, karya-karya itu berdampingan secara damai dengan karya-karya sastra asing yang juga membanjiri Indonesia. Dominasi penulis sastra dari kalangan perempuan dan kalangan lelaki nyaris seimbang meskipun kadang-kadang kaum perempuan lebih banyak terjun ke sastra. Tidak boleh dilewatkan pengaruh sastrawati yang mengusung karya berbeda seperti Ayu Utami, Djenar Mahesa Ayu, dan juga Dewi Dee dengan karya perdananya “Supernova”.

Harry Potter adalah contoh karya yang mendunia dan juga berimbas ke Indonesia. Lebih dari 150 ribu eksemplar novel Harry Potter terjual di Indonesia dalam setiap serialnya. Euforianya tidak berhenti hingga kini sampai dirilisnya film Deadly Hollow.

Sebuah wilayah fantasi petualangan dihadirkan ke Indonesia, berbeda dengan Lima Sekawan ataupun model kisah misteri detektif karya Agatha Christie. Kali ini, seorang anak negeri bernama Tasaro GK, seperti hendak menyumbang sesuatu yang menggugah dengan karya sastra bercita rasa. Lahirlah sebuah konsep novel berseri yang mengambil setting dunia Atlantis beberapa masa lalu dan diamblillah genre aksi-fantasi yang mengantarkan jagoan bernama Dhaca Suli. Kita seperti memasuki dunia lain, berbeda dengan kisah duel atau silat yang biasa ditampilkan seperti halnya dua karya duel besar, “Senopati Pamungkas” karya Arswendo dan “Nagabumi” karya Seno Gumira Adjidarma.

Membaca novel bertajuk “Nibiru dan Kesatria Atlantis” memberi pengalaman sastra baru, terutama bagi anak dan remaja. :: Dahsyatnya sastra untuk mengayakan hati. Salah satu penghantar kedahsyatan sastra itu adalah lelaki penggenggam mimpi, bernama Tasaro GK. Jangan kehilangan momentum untuk menikmati karyanya. Liburan ini mungkin kurang seru jika Anda tidak membaca NIBIRU. Salam.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.